Thursday, November 1, 2018

Laporan Pendahuluan Anemia


LAPORAN PENDAHULUAN (LP)
I.              Konsep Penyakit Anemia
1.1  Definisi/deskripsi penyakit
Anemia adalah penurunan kadar hemoglobin, hematokrit atau erittrosit (red cell count) berakibat pada penurunan kapasitas pengangkutan oksigen oleh darah. Tetapi harus di ingat terdapat keadaan tertentu dimana ketiga parameter tersebut tidak sejalan dengan massa eritrosit, seperti pada dehidrasi, perdarahan akut, dan sampai kepala label anemia tetapi harus dapat ditetapkan penyakit dasar yang menyebabkan anemia (Sudoyo Aruu, dkk 2009).
Kriteria anemia menurut WHO (dikutip dari Hoffbrand AV, et al. 2001)
1.1.1    Laki-Laki Dewasa = < 13 g/dl
1.1.2    Wanita dewasa tidak hamil = < 12 g/dl
1.1.3    Wanita hamil = <11g/dl

1.2  Etiologi
Anemia bukanlah suatu penyakit tersendiri (disease entity), tetapi merupakan gejala berbagaii macam penyakit dasar (underlying disease). Pada dasarnya anemia disebabkan oleh karena:
1.2.1    Gangguan pembentukan eritrosit oleh sumsum tulang
1.2.2    Kehilangan darah keluar tubuh (perdarahan)
1.2.3    Proses penghancuran eritrosit oleh tubuh sebelum waktunya (hemolisis)
Klasifikasi anemia menutu etiopatogenesis
1.2.2.1  Anemia karena gangguan pembentukan eritrosit dalam sumsum tulang
a.       Kekurangan bahan esensial pembentukan eritrosit
1)      Anemia defisiensi besi
2)      Anemia defisiensi asam folat
3)      Anemia defisiensi vitamin b12
b.      Gangguan penggunaan (utilisasi) besi
1)      Anemia akibat penyakit kronik
2)      Anemia sideroblastik
c.       Kerusakan sumsum tulang
1)      Anemia aplastik
2)      Anemia mieloptisik
3)      Anemia pada keganasan hematologi
4)      Anemia disetropoietik
5)      Anemia pada sindrom mielodisplastik
6)      Anemia akibat kekurangan eritropoietin: anemia pada gagal ginjal kronik
1.2.2.2  Anemia akibat hemoragi
a.       Anemia pasca perdarahan akut
b.      Anemia akibat perdarahan kronik
1.2.2.3  Anemia hemolitik
a.       Anemia hemolitik intrakorpuskular
1)      Gangguan membran eritrosit (membranoopati)
2)      Gangguan ensim eritrosit (enzimipati) anemia akibat defisiensi G6PD
3)      Gangguan hemoglobin (hemoglobinopati)
-          Thalasemia
-          Hemoglobinopati struktural: Hb, HbE, dll
b.      Anemia hemolitik ekstrakorpuskular
1)      Anemia hemolitik autoimun
2)      Anemia hemolitik mikroangiopatik
1.2.2.4  Anemia dengan penyebab tidak diketahui atau patogenesis yang komplek.

1.3       Tanda gejala
Tanda yang sering muncul: pusing, mudah berkunang-kunang, lesu, aktifitas kurang, rasa ngantuk, susah konsentrasi, cepat lelha, prestasi kerja fisik atau pikiran menurun.

Gejala khas anemia: perdarahan berulang atau kronik pada anemia pasca perdarahan anemia defisiensi besi, ikterus, urin berwarna kuning tua/cokelat, perut merongkol atau buncit pada anemia hemolitik.

Pemeriksaan fisik: tanda-tanda anemia umum: pucat, takikardi, pulsus celer, pembuluh darah spontan, bising karotis, bising sistolik anorganik, pembesaran jantung.

Manifestasi khusus pada anemia: defisiensi besi: spoon nail, glositis, defisiensi b12: paresis, ulkus di tungkai, hemolitik: ikterik, splenomegali,, aplastik: anemia biasanya berat, perdarahan, infeksi

1.4  Patofisiologi
Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sum-sum tulang atau kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sum-sum tulang dapt terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, inuasi tumor, atau kebanyakan akibat penyebab yang tidak diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemolisis (destruksi) pada kasus yang disebut terakhir, masalah dapat akibat efek sel darah merah yang tidak sesuai dengan ketahanan sel darah merah normal atau akibat beberapa factor diluar sel darah merah yang menyebabkan destruksi sel darah merah.
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam system fagositik atau dalam system retikuloendotelial terutama dalam hati dan limpa. Sebagai hasil samping proses ini bilirubin yang sedang terbentuk dalam fagosit akan masuk dalam aliran darah. Setiap kenaikan destruksi sel darah merah (hemolisis) segera direpleksikan dengan meningkatkan bilirubin plasma (konsentrasi normalnya 1 mg/dl atau kurang ; kadar 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera.
Anemia merupakan penyakit kurang darah yang ditandai rendahnya kadar hemoglobin (Hb) dan sel darah merah (eritrosit). Fungsi darah adalah membawa makanan dan oksigen ke seluruh organ tubuh. Jika suplai ini kurang, maka asupan oksigen pun akan kurang. Akibatnya dapat menghambat kerja organ-organ penting, Salah satunya otak. Otak terdiri dari 2,5 miliar sel bioneuron. Jika kapasitasnya kurang, maka otak akan seperti komputer yang memorinya lemah, Lambat menangkap. Dan kalau sudah rusak, tidak bisa diperbaiki (Sjaifoellah, 1998).

1.5  Pemeriksaan Penunjang
Pada pemeriksaan laboratorium ditemui :
1.5.1        Jumlah Hb lebih rendah dari normal ( 12 – 14 g/dl )
1.5.2        Kadar Ht menurun ( normal 37% - 41% )
1.5.3        Peningkatan bilirubin total ( pada anemia hemolitik )
1.5.4        Terlihat retikulositosis dan sferositosis pada apusan darah tepi
1.5.5        Terdapat pansitopenia, sumsum tulang kosong diganti lemak ( pada anemia aplastik )
Jumlah darah lengkap (JDL) : hemoglobin dan hemalokrit menurun.
Jumlah eritrosit : menurun (AP), menurun berat (aplastik); MCV (molume korpuskular rerata) dan MCH (hemoglobin korpuskular rerata) menurun dan mikrositik dengan eritrosit hipokronik (DB), peningkatan (AP). Pansitopenia (aplastik).Jumlah retikulosit : bervariasi, misal : menurun (AP), meningkat (respons sumsum tulang terhadap kehilangan darah/hemolisis).

Pewarna sel darah merah : mendeteksi perubahan warna dan bentuk (dapat mengindikasikan tipe khusus anemia). LED : Peningkatan menunjukkan adanya reaksi inflamasi, misal : peningkatan kerusakan sel darah merah : atau penyakit malignasi. Masa hidup sel darah merah : berguna dalam membedakan diagnosa anemia, misal : pada tipe anemia tertentu, sel darah merah mempunyai waktu hidup lebih pendek.

Tes kerapuhan eritrosit : menurun (DB). SDP : jumlah sel total sama dengan sel darah merah (diferensial) mungkin meningkat (hemolitik) atau menurun (aplastik). Jumlah trombosit : menurun caplastik; meningkat (DB); normal atau tinggi (hemolitik). Hemoglobin elektroforesis : mengidentifikasi tipe struktur hemoglobin. Bilirubin serum (tak terkonjugasi): meningkat (AP, hemolitik). Folat serum dan vitamin B12 membantu mendiagnosa anemia sehubungan dengan defisiensi masukan/absorpsi. Besi serum : tak ada (DB); tinggi (hemolitik). BC serum : meningkat (DB), Feritin serum : meningkat (DB), Masa perdarahan : memanjang (aplastik), LDH serum : menurun (DB), Tes schilling : penurunan eksresi vitamin B12 urine (AP), Guaiak : mungkin positif untuk darah pada urine, feses, dan isi gaster, menunjukkan perdarahan akut / kronis (DB). Analisa gaster : penurunan sekresi dengan peningkatan pH dan tak adanya asam hidroklorik bebas (AP).

Aspirasi sumsum tulang/pemeriksaan/biopsi : sel mungkin tampak berubah dalam jumlah, ukuran, dan bentuk, membentuk, membedakan tipe anemia, misal: peningkatan megaloblas (AP), lemak sumsum dengan penurunan sel darah (aplastik). Pemeriksaan andoskopik dan radiografik : memeriksa sisi perdarahan : perdarahan GI (Doenges, 1999).


1.6    Komplikasi
1.6.1        Infeksi
1.6.2        Gagal pernafasan
1.6.3        Kardiovaskuler
1.6.4        Fungsi ginjal
1.6.5        Gangguan fungsi hati.
Anemia juga menyebabkan daya tahan tubuh berkurang. Akibatnya, penderita anemia akan mudah terkena infeksi. Gampang batuk-pilek, gampang flu, atau gampang terkena infeksi saluran napas, jantung juga menjadi gampang lelah, karena harus memompa darah lebih kuat. Pada kasus ibu hamil dengan anemia, jika lambat ditangani dan berkelanjutan dapat menyebabkan kematian, dan berisiko bagi janin. Selain bayi lahir dengan berat badan rendah, anemia bisa juga mengganggu perkembangan organ-organ tubuh, termasuk otak (Sjaifoellah, 1998).

1.7  Penatalaksanaan
Tindakan umum :
Penatalaksanaan anemia ditunjukan untuk mencari penyebab dan mengganti darah yang hilang.
1.7.1        Transpalasi sel darah merah.
1.7.2        Antibiotik diberikan untuk mencegah infeksi.
1.7.3        Suplemen asam folat dapat merangsang pembentukan sel darah merah.
1.7.4        Menghindari situasi kekurangan oksigen atau aktivitas yang membutuhkan oksigen
1.7.5        Obati penyebab perdarahan abnormal bila ada.
1.7.6        Diet kaya besi yang mengandung daging dan sayuran hijau.
Pengobatan (untuk pengobatan tergantung dari penyebabnya) :
1.7.1.1  Anemia defisiensi besi
Mengatur makanan yang mengandung zat besi, usahakan makanan yang diberikan seperti ikan, daging, telur dan sayur. Pemberian preparat fe
Perrosulfat 3x 200mg/hari/per oral sehabis makan
Peroglukonat 3x 200 mg/hari /oral sehabis makan.
1.7.1.2  Anemia pernisiosa : pemberian vitamin B12
1.7.1.3  [i]Anemia asam folat : asam folat 5 mg/hari/oral
1.7.1.4  Anemia karena perdarahan : mengatasi perdarahan dan syok dengan pemberian cairan dan transfusi darah.

II.          Rencana asuhan klien dengan Anemia
2.1  Pengkajian
2.1.1 Riwayat keperawatan
2.1.1.1  Keluhan utama
Keluhan paling utama pada penderita anemia adalah lemah atau pusing
2.1.1.2  Riwayat penyakit sekarang
Keadaan pasien pada saat dikaji dan diperiksa
2.1.1.3  Riwayat penyakit dahulu
Apakah pasien perrnah mengalami penyakit anemia sebelumnya
2.1.1.4  Riwayat kesehatan keluarga
Apakah anggota keluarga pasien memiliki riwayat penyakit keturunan seperti diabetes melitus, penyakit jantung, stroke
2.1.2 Pemeriksaan fisik: data fokus
Pengkajian pasien dengan anemia (Doenges, 1999) meliputi :
2.1.2.1  Aktivitas / istirahat
a.       Gejala : keletihan, kelemahan, malaise umum. Kehilangan produktivitas ; penurunan semangat untuk bekerja. Toleransi terhadap latihan rendah. Kebutuhan untuk tidur dan istirahat lebih banyak.
b.      Tanda : takikardia/ takipnae ; dispnea pada waktu bekerja atau istirahat. Letargi, menarik diri, apatis, lesu, dan kurang tertarik pada sekitarnya. Kelemahan otot, dan penurunan kekuatan. Ataksia, tubuh tidak tegak. Bahu menurun, postur lunglai, berjalan lambat, dan tanda-tanda lain yang menunujukkan keletihan.
2.1.2.2  Sirkulasi
a.       Gejala : riwayat kehilangan darah kronik, misalnya perdarahan GI kronis, menstruasi berat (DB), angina, CHF (akibat kerja jantung berlebihan). Riwayat endokarditis infektif kronis. Palpitasi (takikardia kompensasi).
b.      Tanda : TD : peningkatan sistolik dengan diastolik stabil dan tekanan nadi melebar, hipotensi postural. Disritmia : abnormalitas EKG, depresi segmen ST dan pendataran atau depresi gelombang T; takikardia. Bunyi jantung : murmur sistolik (DB). Ekstremitas (warna) : pucat pada kulit dan membrane mukosa (konjuntiva, mulut, faring, bibir) dan dasar kuku. (catatan: pada pasien kulit hitam, pucat dapat tampak sebagai keabu-abuan). Kulit seperti berlilin, pucat (aplastik, AP) atau kuning lemon terang (AP). Sklera : biru atau putih seperti mutiara (DB). Pengisian kapiler melambat (penurunan aliran darah ke kapiler dan vasokontriksi kompensasi) kuku : mudah patah, berbentuk seperti sendok (koilonikia) (DB). Rambut : kering, mudah putus, menipis, tumbuh uban secara premature (AP).
2.1.2.3  Integritas ego
a.       Gejala : keyakinanan agama/budaya mempengaruhi pilihan pengobatan, misalnya penolakan transfusi darah.
b.      Tanda : depresi.
2.1.2.4  Eleminasi
a.       Gejala : riwayat pielonefritis, gagal ginjal. Flatulen, sindrom malabsorpsi (DB). Hematemesis, feses dengan darah segar, melena. Diare atau konstipasi. Penurunan haluaran urine.
b.      Tanda : distensi abdomen.
2.1.2.5  Makanan/cairan
a.       Gejala : penurunan masukan diet, masukan diet protein hewani rendah/masukan produk sereal tinggi (DB). Nyeri mulut atau lidah, kesulitan menelan (ulkus pada faring). Mual/muntah, dyspepsia, anoreksia. Adanya penurunan berat badan. Tidak pernah puas mengunyah atau peka terhadap es, kotoran, tepung jagung, cat, tanah liat, dan sebagainya (DB).
b.      Tanda : lidah tampak merah daging/halus (AP; defisiensi asam folat dan vitamin B12). Membrane mukosa kering, pucat. Turgor kulit : buruk, kering, tampak kisut/hilang elastisitas (DB). Stomatitis dan glositis (status defisiensi). Bibir : selitis, misalnya inflamasi bibir dengan sudut mulut pecah. (DB).
2.1.2.6  Neurosensori
a.       Gejala : sakit kepala, berdenyut, pusing, vertigo, tinnitus, ketidak mampuan berkonsentrasi. Insomnia, penurunan penglihatan, dan bayangan pada mata. Kelemahan, keseimbangan buruk, kaki goyah ; parestesia tangan/kaki (AP) ; klaudikasi. Sensasi manjadi dingin.
b.      Tanda : peka rangsang, gelisah, depresi cenderung tidur, apatis. Mental : tak mampu berespons, lambat dan dangkal. Oftalmik : hemoragis retina (aplastik, AP). Epitaksis : perdarahan dari lubang-lubang (aplastik). Gangguan koordinasi, ataksia, penurunan rasa getar, dan posisi, tanda Romberg positif, paralysis (AP).
2.1.2.7  Nyeri/kenyamanan
a.       Gejala : nyeri abdomen samara : sakit kepala (DB)
2.1.2.8  Pernapasan
a.       Gejala : riwayat TB, abses paru. Napas pendek pada istirahat dan aktivitas.
b.      Tanda : takipnea, ortopnea, dan dispnea.
2.1.2.9  Keamanan
Gejala : riwayat pekerjaan terpajan terhadap bahan kimia,. Riwayat terpajan pada radiasi; baik terhadap pengobatan atau kecelekaan. Riwayat kanker, terapi kanker. Tidak toleran terhadap dingin dan panas. Transfusi darah sebelumnya. Gangguan penglihatan, penyembuhan luka buruk, sering infeksi.
Tanda : demam rendah, menggigil, berkeringat malam, limfadenopati umum. Ptekie dan ekimosis (aplastik).
2.1.2.10    Seksualitas
a.       Gejala : perubahan aliran menstruasi, misalnya menoragia atau amenore (DB). Hilang libido (pria dan wanita). Imppoten.
b.      Tanda : serviks dan dinding vagina pucat
  
2.2  Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul
Diagnosa 1: Ketidak efektifan perfusi jaringan perifer
2.2.1 Definisi
Penurunan sirkulasi darah ke perifer yang dapat menganggu kesehatan
2.2.2 Batasan karakteristik
Bruit femoral, edema, indeks ankle brakhial <0,90, kelambatan penyembuhan luka perifer, klaudikasi intermiten, nyeri kestrimitas, parestesia, pemendekan jarak bebas nyeri yang ditempuh dalam uji berjalan 6 menit, pemendekan jarak total yang ditempuh dalam uji berjalan 6 menit (400-700 m pada orang dewasa), penurunan nadi perifer, perubahan fungsi motorik, perubahan karakteristik kulit (misal: warna, elastisitas, rambut, kelembapan, kuku, sensasi dan suhu), perubahan tekanan darah di ekstrimitas, tidak ada nadi perifer, waktu pengisian perifer kapiler > 3 detik, warna kulit pucat saat elevasi dan warna tidak kembali ke tungkai 1 menit setelah tungkai diturunkan.
2.2.3 Faktor yang berhubungan
Dm, gaya hidup kurang gerak, hipertensi, kurang pengetahuan tentang faktor pemberat (misal: merokok, gaya hidup monoton, trauma, obesitas, asupan garam dan imobilisasi), kurang pengetahuan tentang proses penyakit (misal: dm, hiperlipidemia), merokok.

Diagnosa 2: Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
2.2.4 Definisi
Asupan nutrisi yang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik
2.2.5 Batasan karakteristik
Berat badan 20 % atau lebih di bawah rentang berat badan ideal, bising usus hiperaktif, cepat kenyang setelah makan , diare, gangguan sensasi rasa, kehilangan rambut berlebih, kelemahan otot pengunyah, kelemahan otot untuk menelan, kerapuhan kapiler, kesalahan informasi, kesalahan persepsi, ketidak mampuan memakan makanan, kram abdomen, kurang informasi, kurang minat pada makanan, membran mukosa pucat, nyeri abdomen, penurunan berat badan dengan asupan makan adekuat, penurunan berat badan dengan asupan makanan adekuat, sariawan rongga mulut dan tonus otot menurun.

2.2.6 Faktor yang berhubungan
Faktor biologis, faktor ekonomi,  gangguan psikososial, ketidakmampuan makan, ketidakmampuan mencerna makanan, ketidakmampuan mengabsorpsi nutrisi, kurang asupan makanan.

Diagnosa 3: nyeri akut
2.2.7 Definisi:
Pengalaman sensori dan emosi yang tidak menyenangkan akibat adanya kerusakan jaringan yang actual atau potensial, atau digambarkan dengan istilah seperti (International for the Study of Pain); awitan yang tiba-tiba atau perlahan dengan intensitas ringan sampai berat dengan akhir yang dapat diantisipasi atau dapat diramalkan dan durasinya kurang dari enam bulan.
2.2.8 Faktor berhubungan:
Subjektif : Mengungkapkan secara verbal nyeri dengan isyarat
Objektif : Posisi untuk menghindari nyeri, Perubahan tonus otot (dengan rentang dari lemas tidak bertenaga sampai kaku)
2.2.9 Batasan karakteristik:
Bukti nyeri dengan menggunakan standar daftar periksa nyeri untuk pasien yang tidak dapat mengungkapkannya (misal: neonatal infant pain scale, pain assessment checklist for senior with limited ability to commonicate), diaforesis, dilatasi pupil, ekspresi wajah nyeri (misal: mata kurang bercahaya, tampak kacau, gerakan mata berpencar atau tetap pad satu fokus, meringis), fokus menyempit (misal: persepi waktu, proses berpikir, interaksi dengan orang dan lingkungan), fokus pada diri sendiri, keluhan tentang intensitas menggunakan standar skala nyeri, keluhan tentang karakteristik nyeri dengan menggunakan standar instrumen nyeri, laporan tentang prilaku nyeri/perubahan aktifitas, mengekspesikan prilaku (misal: gelisah, merengek, menangis, waspada), prilaku distraksi, perubahan pada parameter fisiologis, perubahan posisi untuk menghindari nyeri, perubahan selera makan, putus asa, sikap melindungi area nyeri, sikap tubuh melindungi.
2.2.10   Faktor berhubungan:
Agens cedera biologis (misal: infeksi, iskemia, neoplasma), agens cedera fisik (misal: abses, amputasi, luka bakar, terpotong, mengangkat berat, prosedur bedah, trauma, olahraga berlebihan, agens cedera kimiawi  (misal: luka bakar, kapsaisin, metilen klorida, agens mustard).

2.3  Perencanaan
Diagnosa 1: ketidakefektifan perfusi jaringan
2.3.1 Tujuan dan Kriteria hasil (outcomes criteria):
Dalam waktu 3 x 24 jam setelah diberikan tindakan keperawatan ketidakefektifan perfusi jaringan dapat berkurang atau teratasi dengan kriteria hasil: membrane kulit dan mukosa, fungsi sensori: kutaneus.
2.3.2  Intervensi keperawatan dan rasional:
a.    Pemantauan intake dan output
Rasional: untuk mengetahui dehidrasi
b.   Manajemen sensasi perifer
Rasional: darah yang tidak sampai keperifer menandakan gangguan perfusi
c.    Observasi TTV
Rasional: melihat keadaan umum klien
d.   Berikan transfusi jika perlu
Rasional: meningkatkan haemoglobin klien

Diagnosa 2: ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
2.3.3 Tujuan dan Kriteria hasil (outcomes criteria):
Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama 5 x 24 Jam diharapkan pemenuhan kebutuhan nutrisi klien dapat terpenuhi dengan kriteria hasil : intake nutrisi tercukupi, asupan makanan dan cairan tercukupi, klien mengalami peningkatkan berat badan.
2.3.4 Intervensi keperawatan dan rasional:
a.       Kaji status nutrisi klien
Rasional: untuk mempertahankan berat badan ideal
b.      Jaga kebersihan mulut, kalau pelu berikan perawatan oral hygiene
Rasional: meningkatkan nafsu makan
c.       Bantuan peningkatan berat badan
Rasional: pemberian nutrisi adekuat dapat meningkatkan
d.      Berikan informasi yang tepat terhadap pasien tentang kebutuhan nutrisi yang tepat dan sesuai.
Diagnosa 3: Nyeri akut
2.3.5 Tujuan dan kriteria hasil (outcomes criteria): Memperlihatkan tingkat kenyamanan : Tingkat persepsi positif terhadap kemudahan fisik
2.3.6 Intervensi keperawatan dan rasional:
a.       Mengajarkan Manajemen Nyeri
Rasional : Meringankan atau mengurangi nyeri sampai pada tingkat kenyamanan yang dapat diterima oleh pasien

III.   DAFTAR PUSTAKA
Nanda International, (2016). Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2015-2017. Jakarta: EGC.
Nurjannah, I., & Tumanggor, R., D., (2016). Nursing Interventions Classification (NIC) Edisi Bahasa Indonesia.Yogjakarta: Mocomedia
Nurjannah, I., & Tumanggor, R., D., (2016). Nursing Outcomes Classification (NOC) Edisi Bahasa Indonesia.Yogjakarta: Mocomedia.