LAPORAN PENDAHULUAN (LP)
I.
Konsep Penyakit Anemia
1.1 Definisi/deskripsi penyakit
Anemia adalah penurunan
kadar hemoglobin, hematokrit atau erittrosit (red cell count) berakibat pada penurunan kapasitas pengangkutan
oksigen oleh darah. Tetapi harus di ingat terdapat keadaan tertentu dimana
ketiga parameter tersebut tidak sejalan dengan massa eritrosit, seperti pada
dehidrasi, perdarahan akut, dan sampai kepala label anemia tetapi harus dapat
ditetapkan penyakit dasar yang menyebabkan anemia (Sudoyo Aruu, dkk 2009).
Kriteria anemia menurut
WHO (dikutip dari Hoffbrand AV, et al. 2001)
1.1.1 Laki-Laki
Dewasa = < 13 g/dl
1.1.2 Wanita
dewasa tidak hamil = < 12 g/dl
1.1.3 Wanita
hamil = <11g/dl
1.2 Etiologi
Anemia bukanlah suatu penyakit tersendiri
(disease entity), tetapi merupakan gejala
berbagaii macam penyakit dasar (underlying
disease). Pada dasarnya anemia disebabkan oleh karena:
1.2.1 Gangguan
pembentukan eritrosit oleh sumsum tulang
1.2.2 Kehilangan
darah keluar tubuh (perdarahan)
1.2.3 Proses
penghancuran eritrosit oleh tubuh sebelum waktunya (hemolisis)
Klasifikasi anemia menutu etiopatogenesis
1.2.2.1 Anemia
karena gangguan pembentukan eritrosit dalam sumsum tulang
a. Kekurangan
bahan esensial pembentukan eritrosit
1) Anemia
defisiensi besi
2) Anemia
defisiensi asam folat
3) Anemia
defisiensi vitamin b12
b. Gangguan
penggunaan (utilisasi) besi
1) Anemia
akibat penyakit kronik
2) Anemia
sideroblastik
c. Kerusakan
sumsum tulang
1) Anemia
aplastik
2) Anemia
mieloptisik
3) Anemia
pada keganasan hematologi
4) Anemia
disetropoietik
5) Anemia
pada sindrom mielodisplastik
6) Anemia
akibat kekurangan eritropoietin: anemia pada gagal ginjal kronik
1.2.2.2 Anemia
akibat hemoragi
a. Anemia
pasca perdarahan akut
b. Anemia
akibat perdarahan kronik
1.2.2.3 Anemia
hemolitik
a. Anemia
hemolitik intrakorpuskular
1) Gangguan
membran eritrosit (membranoopati)
2) Gangguan
ensim eritrosit (enzimipati) anemia akibat defisiensi G6PD
3) Gangguan
hemoglobin (hemoglobinopati)
-
Thalasemia
-
Hemoglobinopati struktural: Hb, HbE, dll
b. Anemia
hemolitik ekstrakorpuskular
1) Anemia
hemolitik autoimun
2) Anemia
hemolitik mikroangiopatik
1.2.2.4 Anemia
dengan penyebab tidak diketahui atau patogenesis yang komplek.
1.3
Tanda
gejala
Tanda yang sering muncul: pusing, mudah
berkunang-kunang, lesu, aktifitas kurang, rasa ngantuk, susah konsentrasi,
cepat lelha, prestasi kerja fisik atau pikiran menurun.
Gejala khas anemia: perdarahan berulang
atau kronik pada anemia pasca perdarahan anemia defisiensi besi, ikterus, urin
berwarna kuning tua/cokelat, perut merongkol atau buncit pada anemia hemolitik.
Pemeriksaan fisik: tanda-tanda anemia
umum: pucat, takikardi, pulsus celer, pembuluh darah spontan, bising karotis,
bising sistolik anorganik, pembesaran jantung.
Manifestasi khusus pada anemia: defisiensi
besi: spoon nail, glositis, defisiensi b12: paresis, ulkus di tungkai,
hemolitik: ikterik, splenomegali,, aplastik: anemia biasanya berat, perdarahan,
infeksi
1.4 Patofisiologi
Timbulnya anemia mencerminkan adanya
kegagalan sum-sum tulang atau kehilangan sel darah merah berlebihan atau
keduanya. Kegagalan sum-sum tulang dapt terjadi akibat kekurangan nutrisi,
pajanan toksik, inuasi tumor, atau kebanyakan akibat penyebab yang tidak
diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemolisis
(destruksi) pada kasus yang disebut terakhir, masalah dapat akibat efek sel
darah merah yang tidak sesuai dengan ketahanan sel darah merah normal atau
akibat beberapa factor diluar sel darah merah yang menyebabkan destruksi sel
darah merah.
Lisis sel darah merah (disolusi)
terjadi terutama dalam system fagositik atau dalam system retikuloendotelial
terutama dalam hati dan limpa. Sebagai hasil samping proses ini bilirubin yang
sedang terbentuk dalam fagosit akan masuk dalam aliran darah. Setiap kenaikan
destruksi sel darah merah (hemolisis) segera direpleksikan dengan meningkatkan
bilirubin plasma (konsentrasi normalnya 1 mg/dl atau kurang ; kadar 1,5 mg/dl
mengakibatkan ikterik pada sclera.
Anemia merupakan penyakit kurang
darah yang ditandai rendahnya kadar hemoglobin (Hb) dan sel darah merah
(eritrosit). Fungsi darah adalah membawa makanan dan oksigen ke seluruh organ
tubuh. Jika suplai ini kurang, maka asupan oksigen pun akan kurang. Akibatnya
dapat menghambat kerja organ-organ penting, Salah satunya otak. Otak terdiri
dari 2,5 miliar sel bioneuron. Jika kapasitasnya kurang, maka otak akan seperti
komputer yang memorinya lemah, Lambat menangkap. Dan kalau sudah rusak, tidak
bisa diperbaiki (Sjaifoellah, 1998).
1.5 Pemeriksaan Penunjang
Pada pemeriksaan laboratorium
ditemui :
1.5.1
Jumlah Hb lebih
rendah dari normal ( 12 – 14 g/dl )
1.5.2
Kadar Ht
menurun ( normal 37% - 41% )
1.5.3
Peningkatan
bilirubin total ( pada anemia hemolitik )
1.5.4
Terlihat
retikulositosis dan sferositosis pada apusan darah tepi
1.5.5
Terdapat
pansitopenia, sumsum tulang kosong diganti lemak ( pada anemia aplastik )
Jumlah darah lengkap (JDL) : hemoglobin dan hemalokrit
menurun.
Jumlah eritrosit : menurun (AP), menurun berat (aplastik); MCV (molume korpuskular rerata) dan MCH (hemoglobin korpuskular rerata) menurun dan mikrositik dengan eritrosit hipokronik (DB), peningkatan (AP). Pansitopenia (aplastik).Jumlah retikulosit : bervariasi, misal : menurun (AP), meningkat (respons sumsum tulang terhadap kehilangan darah/hemolisis).
Jumlah eritrosit : menurun (AP), menurun berat (aplastik); MCV (molume korpuskular rerata) dan MCH (hemoglobin korpuskular rerata) menurun dan mikrositik dengan eritrosit hipokronik (DB), peningkatan (AP). Pansitopenia (aplastik).Jumlah retikulosit : bervariasi, misal : menurun (AP), meningkat (respons sumsum tulang terhadap kehilangan darah/hemolisis).
Pewarna sel darah merah : mendeteksi perubahan warna
dan bentuk (dapat mengindikasikan tipe khusus anemia). LED : Peningkatan
menunjukkan adanya reaksi inflamasi, misal : peningkatan kerusakan sel darah
merah : atau penyakit malignasi. Masa hidup sel darah merah : berguna dalam
membedakan diagnosa anemia, misal : pada tipe anemia tertentu, sel darah merah
mempunyai waktu hidup lebih pendek.
Tes kerapuhan eritrosit : menurun (DB). SDP : jumlah
sel total sama dengan sel darah merah (diferensial) mungkin meningkat
(hemolitik) atau menurun (aplastik). Jumlah trombosit : menurun caplastik;
meningkat (DB); normal atau tinggi (hemolitik). Hemoglobin elektroforesis :
mengidentifikasi tipe struktur hemoglobin. Bilirubin serum (tak terkonjugasi):
meningkat (AP, hemolitik). Folat serum dan vitamin B12 membantu mendiagnosa
anemia sehubungan dengan defisiensi masukan/absorpsi. Besi serum : tak ada
(DB); tinggi (hemolitik). BC serum : meningkat (DB), Feritin serum : meningkat
(DB), Masa perdarahan : memanjang (aplastik), LDH serum : menurun (DB), Tes
schilling : penurunan eksresi vitamin B12 urine (AP), Guaiak : mungkin positif
untuk darah pada urine, feses, dan isi gaster, menunjukkan perdarahan akut /
kronis (DB). Analisa gaster : penurunan sekresi dengan peningkatan pH dan tak
adanya asam hidroklorik bebas (AP).
Aspirasi sumsum tulang/pemeriksaan/biopsi : sel
mungkin tampak berubah dalam jumlah, ukuran, dan bentuk, membentuk, membedakan
tipe anemia, misal: peningkatan megaloblas (AP), lemak sumsum dengan penurunan
sel darah (aplastik). Pemeriksaan andoskopik dan radiografik : memeriksa sisi
perdarahan : perdarahan GI (Doenges, 1999).
1.6 Komplikasi
1.6.1
Infeksi
1.6.2
Gagal pernafasan
1.6.3
Kardiovaskuler
1.6.4
Fungsi ginjal
1.6.5
Gangguan fungsi hati.
Anemia juga menyebabkan daya tahan tubuh berkurang.
Akibatnya, penderita anemia akan mudah terkena infeksi. Gampang batuk-pilek,
gampang flu, atau gampang terkena infeksi saluran napas, jantung juga menjadi
gampang lelah, karena harus memompa darah lebih kuat. Pada kasus ibu hamil
dengan anemia, jika lambat ditangani dan berkelanjutan dapat menyebabkan
kematian, dan berisiko bagi janin. Selain bayi lahir dengan berat badan rendah,
anemia bisa juga mengganggu perkembangan organ-organ tubuh, termasuk otak
(Sjaifoellah, 1998).
1.7 Penatalaksanaan
Tindakan umum :
Penatalaksanaan anemia ditunjukan untuk mencari
penyebab dan mengganti darah yang hilang.
1.7.1
Transpalasi sel darah merah.
1.7.2
Antibiotik diberikan untuk mencegah infeksi.
1.7.3
Suplemen asam folat dapat merangsang pembentukan sel
darah merah.
1.7.4
Menghindari situasi kekurangan oksigen atau aktivitas
yang membutuhkan oksigen
1.7.5
Obati penyebab perdarahan abnormal bila ada.
1.7.6
Diet kaya besi yang mengandung daging dan sayuran
hijau.
Pengobatan (untuk pengobatan tergantung dari
penyebabnya) :
1.7.1.1
Anemia defisiensi besi
Mengatur makanan yang mengandung zat besi, usahakan
makanan yang diberikan seperti ikan, daging, telur dan sayur. Pemberian
preparat fe
Perrosulfat 3x 200mg/hari/per oral sehabis makan
Peroglukonat 3x 200 mg/hari /oral sehabis makan.
Perrosulfat 3x 200mg/hari/per oral sehabis makan
Peroglukonat 3x 200 mg/hari /oral sehabis makan.
1.7.1.2
Anemia pernisiosa : pemberian vitamin B12
1.7.1.4
Anemia karena perdarahan : mengatasi perdarahan dan
syok dengan pemberian cairan dan transfusi darah.
II.
Rencana asuhan klien dengan Anemia
2.1 Pengkajian
2.1.1
Riwayat keperawatan
2.1.1.1 Keluhan
utama
Keluhan paling utama pada penderita anemia adalah
lemah atau pusing
2.1.1.2 Riwayat
penyakit sekarang
Keadaan pasien pada saat dikaji dan diperiksa
2.1.1.3 Riwayat
penyakit dahulu
Apakah pasien perrnah mengalami penyakit anemia sebelumnya
2.1.1.4 Riwayat
kesehatan keluarga
Apakah anggota keluarga pasien memiliki riwayat
penyakit keturunan seperti diabetes melitus, penyakit jantung, stroke
2.1.2
Pemeriksaan fisik: data fokus
Pengkajian pasien dengan anemia (Doenges, 1999)
meliputi :
2.1.2.1 Aktivitas /
istirahat
a. Gejala :
keletihan, kelemahan, malaise umum. Kehilangan produktivitas ; penurunan
semangat untuk bekerja. Toleransi terhadap latihan rendah. Kebutuhan untuk
tidur dan istirahat lebih banyak.
b. Tanda :
takikardia/ takipnae ; dispnea pada waktu bekerja atau istirahat. Letargi,
menarik diri, apatis, lesu, dan kurang tertarik pada sekitarnya. Kelemahan
otot, dan penurunan kekuatan. Ataksia, tubuh tidak tegak. Bahu menurun, postur
lunglai, berjalan lambat, dan tanda-tanda lain yang menunujukkan keletihan.
2.1.2.2
Sirkulasi
a.
Gejala : riwayat kehilangan darah kronik, misalnya
perdarahan GI kronis, menstruasi berat (DB), angina, CHF (akibat kerja jantung
berlebihan). Riwayat endokarditis infektif kronis. Palpitasi (takikardia
kompensasi).
b.
Tanda : TD : peningkatan sistolik dengan diastolik
stabil dan tekanan nadi melebar, hipotensi postural. Disritmia : abnormalitas
EKG, depresi segmen ST dan pendataran atau depresi gelombang T; takikardia.
Bunyi jantung : murmur sistolik (DB). Ekstremitas (warna) : pucat pada kulit
dan membrane mukosa (konjuntiva, mulut, faring, bibir) dan dasar kuku.
(catatan: pada pasien kulit hitam, pucat dapat tampak sebagai keabu-abuan).
Kulit seperti berlilin, pucat (aplastik, AP) atau kuning lemon terang (AP).
Sklera : biru atau putih seperti mutiara (DB). Pengisian kapiler melambat
(penurunan aliran darah ke kapiler dan vasokontriksi kompensasi) kuku : mudah
patah, berbentuk seperti sendok (koilonikia) (DB). Rambut : kering, mudah
putus, menipis, tumbuh uban secara premature (AP).
2.1.2.3
Integritas ego
a.
Gejala : keyakinanan agama/budaya mempengaruhi pilihan
pengobatan, misalnya penolakan transfusi darah.
b.
Tanda : depresi.
2.1.2.4
Eleminasi
a.
Gejala : riwayat pielonefritis, gagal ginjal.
Flatulen, sindrom malabsorpsi (DB). Hematemesis, feses dengan darah segar,
melena. Diare atau konstipasi. Penurunan haluaran urine.
b.
Tanda : distensi abdomen.
2.1.2.5
Makanan/cairan
a.
Gejala : penurunan masukan diet, masukan diet protein
hewani rendah/masukan produk sereal tinggi (DB). Nyeri mulut atau lidah, kesulitan
menelan (ulkus pada faring). Mual/muntah, dyspepsia, anoreksia. Adanya
penurunan berat badan. Tidak pernah puas mengunyah atau peka terhadap es,
kotoran, tepung jagung, cat, tanah liat, dan sebagainya (DB).
b.
Tanda : lidah tampak merah daging/halus (AP;
defisiensi asam folat dan vitamin B12). Membrane mukosa kering, pucat. Turgor
kulit : buruk, kering, tampak kisut/hilang elastisitas (DB). Stomatitis dan
glositis (status defisiensi). Bibir : selitis, misalnya inflamasi bibir dengan
sudut mulut pecah. (DB).
2.1.2.6
Neurosensori
a.
Gejala : sakit kepala, berdenyut, pusing, vertigo,
tinnitus, ketidak mampuan berkonsentrasi. Insomnia, penurunan penglihatan, dan
bayangan pada mata. Kelemahan, keseimbangan buruk, kaki goyah ; parestesia
tangan/kaki (AP) ; klaudikasi. Sensasi manjadi dingin.
b.
Tanda : peka rangsang, gelisah, depresi cenderung
tidur, apatis. Mental : tak mampu berespons, lambat dan dangkal. Oftalmik :
hemoragis retina (aplastik, AP). Epitaksis : perdarahan dari lubang-lubang
(aplastik). Gangguan koordinasi, ataksia, penurunan rasa getar, dan posisi,
tanda Romberg positif, paralysis (AP).
2.1.2.7
Nyeri/kenyamanan
a.
Gejala : nyeri abdomen samara : sakit kepala (DB)
2.1.2.8
Pernapasan
a.
Gejala : riwayat TB, abses paru. Napas pendek pada
istirahat dan aktivitas.
b.
Tanda : takipnea, ortopnea, dan dispnea.
2.1.2.9
Keamanan
Gejala :
riwayat pekerjaan terpajan terhadap bahan kimia,. Riwayat terpajan pada
radiasi; baik terhadap pengobatan atau kecelekaan. Riwayat kanker, terapi
kanker. Tidak toleran terhadap dingin dan panas. Transfusi darah sebelumnya.
Gangguan penglihatan, penyembuhan luka buruk, sering infeksi.
Tanda : demam rendah, menggigil, berkeringat malam, limfadenopati umum. Ptekie dan ekimosis (aplastik).
Tanda : demam rendah, menggigil, berkeringat malam, limfadenopati umum. Ptekie dan ekimosis (aplastik).
2.1.2.10
Seksualitas
a.
Gejala : perubahan aliran menstruasi, misalnya
menoragia atau amenore (DB). Hilang libido (pria dan wanita). Imppoten.
b.
Tanda : serviks dan dinding vagina pucat
2.2 Diagnosa Keperawatan yang mungkin
muncul
Diagnosa 1: Ketidak efektifan perfusi
jaringan perifer
2.2.1
Definisi
Penurunan sirkulasi darah ke perifer yang
dapat menganggu kesehatan
2.2.2
Batasan karakteristik
Bruit femoral, edema, indeks ankle
brakhial <0,90, kelambatan penyembuhan luka perifer, klaudikasi intermiten,
nyeri kestrimitas, parestesia, pemendekan jarak bebas nyeri yang ditempuh dalam
uji berjalan 6 menit, pemendekan jarak total yang ditempuh dalam uji berjalan 6
menit (400-700 m pada orang dewasa), penurunan nadi perifer, perubahan fungsi
motorik, perubahan karakteristik kulit (misal: warna, elastisitas, rambut,
kelembapan, kuku, sensasi dan suhu), perubahan tekanan darah di ekstrimitas,
tidak ada nadi perifer, waktu pengisian perifer kapiler > 3 detik, warna
kulit pucat saat elevasi dan warna tidak kembali ke tungkai 1 menit setelah
tungkai diturunkan.
2.2.3
Faktor yang berhubungan
Dm, gaya hidup kurang gerak, hipertensi,
kurang pengetahuan tentang faktor pemberat (misal: merokok, gaya hidup monoton,
trauma, obesitas, asupan garam dan imobilisasi), kurang pengetahuan tentang
proses penyakit (misal: dm, hiperlipidemia), merokok.
Diagnosa 2: Ketidakseimbangan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh
2.2.4
Definisi
Asupan nutrisi yang tidak cukup untuk memenuhi
kebutuhan metabolik
2.2.5
Batasan karakteristik
Berat badan 20 % atau lebih di bawah rentang berat
badan ideal, bising usus hiperaktif, cepat kenyang setelah makan , diare, gangguan
sensasi rasa, kehilangan rambut berlebih, kelemahan otot pengunyah, kelemahan
otot untuk menelan, kerapuhan kapiler, kesalahan informasi, kesalahan persepsi,
ketidak mampuan memakan makanan, kram abdomen, kurang informasi, kurang minat
pada makanan, membran mukosa pucat, nyeri abdomen, penurunan berat badan dengan
asupan makan adekuat, penurunan berat badan dengan asupan makanan adekuat,
sariawan rongga mulut dan tonus otot menurun.
2.2.6
Faktor yang berhubungan
Faktor biologis, faktor ekonomi, gangguan psikososial, ketidakmampuan makan,
ketidakmampuan mencerna makanan, ketidakmampuan mengabsorpsi nutrisi, kurang
asupan makanan.
Diagnosa 3: nyeri akut
2.2.7
Definisi:
Pengalaman
sensori dan emosi yang tidak menyenangkan akibat adanya kerusakan jaringan yang
actual atau potensial, atau digambarkan dengan istilah seperti (International
for the Study of Pain); awitan yang tiba-tiba atau perlahan dengan intensitas
ringan sampai berat dengan akhir yang dapat diantisipasi atau dapat diramalkan
dan durasinya kurang dari enam bulan.
2.2.8
Faktor
berhubungan:
Subjektif :
Mengungkapkan secara verbal nyeri dengan isyarat
Objektif :
Posisi untuk menghindari nyeri, Perubahan tonus otot (dengan rentang dari lemas
tidak bertenaga sampai kaku)
2.2.9
Batasan
karakteristik:
Bukti nyeri
dengan menggunakan standar daftar periksa nyeri untuk pasien yang tidak dapat
mengungkapkannya (misal: neonatal infant pain scale, pain assessment checklist
for senior with limited ability to commonicate), diaforesis, dilatasi pupil,
ekspresi wajah nyeri (misal: mata kurang bercahaya, tampak kacau, gerakan mata
berpencar atau tetap pad satu fokus, meringis), fokus menyempit (misal: persepi
waktu, proses berpikir, interaksi dengan orang dan lingkungan), fokus pada diri
sendiri, keluhan tentang intensitas menggunakan standar skala nyeri, keluhan
tentang karakteristik nyeri dengan menggunakan standar instrumen nyeri, laporan
tentang prilaku nyeri/perubahan aktifitas, mengekspesikan prilaku (misal:
gelisah, merengek, menangis, waspada), prilaku distraksi, perubahan pada
parameter fisiologis, perubahan posisi untuk menghindari nyeri, perubahan
selera makan, putus asa, sikap melindungi area nyeri, sikap tubuh melindungi.
2.2.10
Faktor
berhubungan:
Agens
cedera biologis (misal: infeksi, iskemia, neoplasma), agens cedera fisik
(misal: abses, amputasi, luka bakar, terpotong, mengangkat berat, prosedur
bedah, trauma, olahraga berlebihan, agens cedera kimiawi (misal: luka bakar, kapsaisin, metilen klorida,
agens mustard).
2.3 Perencanaan
Diagnosa 1: ketidakefektifan perfusi
jaringan
2.3.1
Tujuan dan Kriteria hasil (outcomes
criteria):
Dalam waktu 3 x 24 jam setelah diberikan
tindakan keperawatan ketidakefektifan perfusi jaringan dapat berkurang atau
teratasi dengan kriteria hasil: membrane kulit dan mukosa, fungsi sensori:
kutaneus.
2.3.2 Intervensi
keperawatan dan rasional:
a. Pemantauan
intake dan output
Rasional: untuk mengetahui dehidrasi
b. Manajemen
sensasi perifer
Rasional: darah yang tidak sampai keperifer menandakan
gangguan perfusi
c. Observasi
TTV
Rasional: melihat keadaan umum klien
d. Berikan
transfusi jika perlu
Rasional: meningkatkan haemoglobin klien
Diagnosa
2: ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
2.3.3
Tujuan dan Kriteria hasil (outcomes
criteria):
Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama 5
x 24 Jam diharapkan pemenuhan kebutuhan nutrisi klien dapat terpenuhi dengan
kriteria hasil : intake nutrisi tercukupi, asupan makanan dan cairan tercukupi,
klien mengalami peningkatkan berat badan.
2.3.4
Intervensi keperawatan dan rasional:
a. Kaji status
nutrisi klien
Rasional:
untuk mempertahankan berat badan ideal
b. Jaga
kebersihan mulut, kalau pelu berikan perawatan oral hygiene
Rasional:
meningkatkan nafsu makan
c. Bantuan
peningkatan berat badan
Rasional:
pemberian nutrisi adekuat dapat meningkatkan
d. Berikan
informasi yang tepat terhadap pasien tentang kebutuhan nutrisi yang tepat dan
sesuai.
Diagnosa 3: Nyeri akut
2.3.5
Tujuan dan kriteria hasil (outcomes
criteria): Memperlihatkan tingkat
kenyamanan : Tingkat persepsi positif terhadap kemudahan fisik
2.3.6
Intervensi keperawatan dan rasional:
a. Mengajarkan Manajemen Nyeri
Rasional : Meringankan atau mengurangi nyeri
sampai pada tingkat kenyamanan yang dapat diterima oleh pasien
III.
DAFTAR PUSTAKA
Nanda International, (2016). Diagnosis Keperawatan Definisi &
Klasifikasi 2015-2017. Jakarta: EGC.
Nurjannah, I., & Tumanggor, R.,
D., (2016). Nursing Interventions
Classification (NIC) Edisi Bahasa Indonesia.Yogjakarta:
Mocomedia
Nurjannah, I., & Tumanggor, R.,
D., (2016). Nursing Outcomes
Classification (NOC) Edisi Bahasa Indonesia.Yogjakarta:
Mocomedia.
No comments:
Post a Comment