Monday, July 3, 2017

Laporan Pendahuluan BBLR

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang
Angka Kematian Bayi (AKB)  atau Infatn Mortality Rate (IMT) merupakan indikator yang lazim digunakan untuk menentukan derajat kesehatan masyarakat, baik pada tatanan provinsi maupun nasional. AKB merujuk pada jumlah bayi yang meninggal pada fase antara kelahiran hingga bayi belum mencapai umur 1 tahun per 1.000 kelahiran hidup. Saat ini angka kematian bayi di Indonesia adalah tertinggi dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya. AKB di Indonesia 34 per 1.000 kelahiran hidup. Bila dirincikan 157.000 bayi meninggal dunia per tahun atau 430 bayi meninggal dunia per hari. Dalam Millenium Development Goals (MDGs), Indonesia menargetkan pada tahun 2015 AKB menurun menjadi 17 bayi per kelahiran hidup (Depkes, 2009).

Bayi dengan BBLR merupakan salah satu faktor risiko yang mempunyai konstribusi terhadap kematian bayi khususnya pada masa perinatal. Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi lahir dengan berat badan kurang dari 2.500 gram tanpa memandang usia kehamilan Penyebab terbanyak terjadi BBLR adalah kelahiran prematur, faktor ibu, faktor janin, faktor  plasenta dan faktor lingkungan. Pada BBLR banyak sekali resiko yang dapat terjadi pada sistem tubuhnya di karenakan kondisi tubuhnya yang tidak stabil (Maryunani, 2013).

Penatalaksanaan umum  pada BBLR diantaranya seperti mempertahankan  suhu tubuh bayi, pengaturan dan pengawasan intek nutrisi, pencegahan infeksi, penimbangan berat badan, dan pengawasan jalan nafas. Upaya yang dapat di lakukan untuk menurunkan terjadinya kasus BBLR di antaranya seperti mengusahan semua ibu hamil mendapatkan perawatan antenatal yang komprehensif, memperbaiki status gizi ibu hamil (Atikah & Cahyo,

2010). Pada tahun 2013 98% dari 5 juta kematian neonatal di negara berkembang atau berpenghasilan rendah lebih dari 2/3 kematian di sebabkan oleh Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) (WHO, 2013).

Di..Indonesia..secara..umum..berdasarkan..Survey. Demografi......Kesehatan
Indonesia (SDKI) angka kematian bayi (AKB), berada pada angka 34 per 1.000 kelahiran hidup  dengan penyakit terbanyak karena pertumbuhan janin yang lambat, premature, BBLR. Angka kejadian Bayi Berat Lahir Rendah di negara berkembang relatif masih tinggi, angka tersebut bervariasi di setiap wilayah. Hasil riset kesehatan, menyimpulkan bahwa BBLR secara proposional untuk tingkat nasional mencapai 15% (Rahmawati & Jaya, 2010).

Angka kejadian BBLR di Indonesia sangat bervariasi antara satu daerah dengan daerah lain, yaitu berkisar antara 2,0-15,1%, AKB yang di sebabkan oleh BBLR di Indonesia  menempati posisi pertama yaitu 29% (Aisyah, dkk 2010). Angka kejadian BBLR di Provinsi Kalimantan Selatan pada tahun 2013 terdapat 476 kasus BBLR, pada tahun 2014 terdapat 326 kasus BBLR, dan pada tahun 2015 terdapat 234 kasus BBLR (Dinkes Provinsi Kalsel, 2016).

Data yang di dapat di Ruang Teratai Rumah Sakit Umum Daerah Ulin Banjarmasin di dapatkan pada tahun 2013 bayi lahir dengan berat badan lahir rendah sebanyak 434 bayi, pada tahun 2014 bayi lahir dengan berat badan lahir rendah sebanyak 394 bayi, pada tahun 2015 bayi lahir dengan berat badan lahir rendah sebanyak 300 bayi, dan pada tahun 2016 dari bulan Januari sampai bulan april di dapatkan bayi lahir dengan berat badan lahir rendah sebanyak 58 bayi (RSUD Ulin Banjarmasin).

Berdasarkan data di atas maka penulis merasa tertarik untuk mengambil salah satu kasus Berat Badan Lahir Rendah di Rumah Sakit Umum Daerah Ulin Banjarmasin, yang di susun   dalam  bentuk  karya  tulis  ilmiah dengan
judul “Asuhan Keperawatan Pada By.Ny.S dengan Berat Badan Lahir Rendah  Di Ruang Teratai (Ruang Bayi) RSUD Ulin Banjarmasin”.

1.2    Tujuan Umum
Tujuan umum dari penulisan karya tulis ilmiah ini yaitu untuk mendokumentasikan hasil Asuhan Keperawatan yang di berikan kepada bayi Ny.S yang meliputi biopsikososial melalui pendekatan proses keperawatan yang meliputi pengkajian sampai dengan pendokumentasian, untuk memenuhi syarat kelulusan program studi D-3 Keperawatan Universitas Muhammadiyah Banjarmasin.

BAB 2
TINJAUAN TEORITIS

2.1    Tinjauan Teori Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)
2.1.1    Pengertian
Maryunani (2013) mengatakan Berat  Badan Lahir Rendah (BBLR) merupakan bayi dengan berat badan lahir kurang dari 2.500 gram tanpa memandang usia gestasi (berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam 1 jam setelah lahir. Pantiawati (2010) mengatakan BBLR adalah bayi dengan berat badan lahir kurang dari 2.500 gram.

Atikah & Cahyo (2010) mengatakan berat badan lahir rendah adalah bayi dengan berat badan lahir kurang dari 2.500 gram tanpa memandang usia kehamilan. Dahulu neonatus dengan berat badan lahir kurang dari 2.500           gram atau  sama dengan 2.500 gram disebut prematur. Pembagian tersebut sangat mudah tetapi tidak memuaskan. Sehingga di ketahui bahwa tingkat mordibitas dan mortalitas pada neonatus tidak hanya bergantung pada berat badan, tetapi juga pada tingkat maturitas bayi itu sendiri.

Amru sofian (2012) mengatakan berat badan lahir rendah adalah bayi dengan berat badan kurang dari 2500 gram pada waktu lahir.  Dalam hal ini di bedakan menjadi prematuritas murni, retardasi pertumbuhan janin intrauterin, dismaturitas.

Oced (2010) Low birth weight is defined by the World Health Organization (WHO) as the weight of an infant at birth of less than 2.500 grams (5.5 pounds), inrespective of the gestationalage of the infant.




2.2.2    Etiologi
Etiologi BBLR menurut Atikah & Cahyo (2010) dan meliputi faktor ibu, faktor janin, faktor plasenta, dan faktor uterus.
2.1.2.1   Faktor ibu
a.       Toksemia ....gravidarum    (pre- eklamsia dan eklamsia)
Pre-eklamsia atau eklamsia dapat menyebabkan keterlambatan pertumbuhan janin dalam kandungan atau Intra Uterine Growth Retardation (IUGR) dan kelahiran mati. Hal ini disebabkan karena pre-eklamsia atau eklamsia pada ibu hamil akan menyebabkan perkapuran di daerah plasenta yang menyebabkan suplai makanan dan oksigen kejanin berkurang.
b.      Perdarahan antepartum
Adalah perdarahan pervaginam yang terjadi pada usia kehamilan >28 minggu atau berat janin >1.000 gram. Perdarahan antepartum bisa menyebabkan persalinan prematur  karena adanya rangsangan koagulum darah pada leher rahim.
c.       Kekurangan gizi
Kekurangan gizi selama kehamilan akan memberikan akibat buruk terhadap janin seperti prematuritas, gangguan pertumbuhan janin, kelahiran mati maupun kematian neonatal dini.
d.      Usia
Ibu yang hamil dengan usia yang terlalu muda seringkali secara emosional dan fisiknya belum matang, selain pendidikan yang pada umumnya rendah, ibu hamil  yang usianya masih muda tentunya juga masih tergantung pada orang lain. Kelahiran bayi dengan BBLR lebih tinggi  terjadi  pada  ibu  hamil  muda yang 
berusia kurang dari 20 tahun. Sedangkan pada ibu yang berusia lebihdari 35 tahun  meskipun mereka telah berpengalaman dalam proses kehamilan dan persalinan, tetapi kondisi badannya serta kesehatannya sudah mulai menurun sehingga dapat mempengaruhi kondisi  janin didalam kandungan  dan dapat menyebabkan kelahiran bayi dengan BBLR.
e.       Paritas
Jumlah anak lebih dari 4 dapat menimbulkan gangguan pertumbuhan janin sehingga berisiko  melahirkan bayi dengan BBLR  dan perdarahan saat persalinan karena keadaan rahim biasanya sudah lemah.
f.       Jarak kehamilan terlalu dekat
Ibu yang melahirkan anak dengan jarak yang sangat berdekatan (dibawah dua tahun) akan mengalami peningkatan resiko terhadap terjadinya perdarahan pada trimester III, termasuk karena alasan plasenta previa, anemia dan ketuban pecah dini serta dapat melahirkan bayi  BBLR.
g.      Sebab lain
1)         Pecandu narkotik
        Ibu hamil yang mengkonsumsi narkotika dapat menimbulkan efek yang membahayakan baik bagi dirinya sendiri ataupun bagi janin. Penggunaan narkotik secara terus-menerus juga dapat meningkatkan resiko terjadinya keguguran dan kelahiran prematur, termasuk juga kemungkinan bayi lahir dengan ukuran dan berat badan yang kurang dari semestinya.


2)         Perokok
        Ibu hamil yang merokok dapat mengakibatkan cidera pada janin, kelahiran prematur dan BBLR. Zat nikotin pada rokok yang masuk ketubuh ibu akan mempengaruhi jumlah dan kualitas oksigen yang diterima janin. Zat nikotin memiliki efek mempersempit pembuluh darah plasenta sehingga menyebabkan janin kekurangan oksigen untuk tumbuh sehingga akan membatasi jumlah nutrisi yang dibutuhkan janin.
h.      Infeksi
1)        Infeksi Saluran Kemih (ISK)
Bakteri Escherecia coli merupakan bakteri penyebab ISK pada kehamilan yang ditemukan pada 80-90% kasus. Bakteri ini dapat berasal dari flora usus yang keluar sewaktu BAB. ISK pada kehamilan dapat menyebabkan kelainan serius baik ibu maupun janin, seperti persalinan prematur.
2)      Ketuban Pecah Dini (KPD)
KPD merupakan penyebab terbesar persalinan prematur. KPD meningkatkan risiko infeksi dalam rahim dan persalinan prematur. KPD mengakibatkan hubungan langsung antara dunia luar dan ruang dalam rahim, sehingga memudahkan terjadinya infeksi asenden. Salah satu fungsi ketuban adalah melindungi atau menjadi pembatas dunia luar dan ruang dalam rahim sehingga mengurangi kemungkinan infeksi.



2.1.2.2   Faktor janin
a.       Hidramnion
Hidramnion adalah keadaan cairan amnion yang berlebihan atau  jumlah cairan amnion >2.000 ml. Hidramnion menyebabkan massa dari uterus bertamah dan menyebabkan uterus meregang. Tegangan dari uterus yang terus-menerus akan memicu timbulnya kontraksi uterus, kontraksi dari uterus inilah yang akan  dapat menyebabkan persalinan.
b.      Kehamilan ganda
Pada  kehamilan  ganda  berat  badan  janin  tidak sama,  berat badan dapat berbeda antara 50 sampai 1.000 gram karena pembagian darah pada plasenta untuk kedua janin tidak sama. Kebutuhan ibu akan zat-zat makanan pada kehamilan ganda juga  bertambah yang apabila tidak terpenuhi berisiko menyebabkan anemia dan penyakit defisiensi lain, sehingga sering lahir bayi yang kecil. Pada kehamilan ganda distensi uterus berlebihan, sehingga melewati batas toleransi dan sering terjadi partus prematur.
c.       Kelainan kromosom
Kelainan kongenital merupakan kelainan dalam pertumbuhan struktur bayi yang timbul sejak kehidupan hasil konsepsi sel telur. Bayi yang di lahirkan dengan kelainan kongenital, umumnya akan di lahirkan sebagai BBLR atau KMK.
d.      Gawat janin
Gawat janin adalah suatu keadaan dimana janin tidak menerima oksigen yang memadai, yang ditandai dengan denyut jantung janin <120 atau >160.

e.  Eritroblastosis
Adalah  kelainan darah yang  berpotensi  mengancam nyawa pada janin atau bayi baru lahir. Kondisi ini berkembang pada bayi yang belum lahir ketika ibu dan bayi memiliki jenis darah yang berbeda.
2.1.2.3    Faktor Plasenta
a.       Plasenta previa
Plasenta previa adalah plasenta yang berimplantasi abnormal, karena keabnormalan implantasi dari plasenta akan menyebabkan bagian terbawah janin tidak terdorong ke dalam pintu atas panggul, sehingga terjadilah kesalahan letak janin. Plasenta previa sering menyebabkan persalinan prematur karena adanya rangsangan koagulum darah pada leher rahim.
b.      Solusio plasenta
Solusio plasenta adalah keadaan terlepasnya plasenta dari implantasi sebelum janin dilahirkan. Terlepasnya plasenta dari implantasi akan menyebabkan turunnya kadar progesteron dan dapat terjadi kontraksi.
2.1.2.4   Faktor uterus
a.       Uterus bikornis
Uterus bikornis adalah kelainan bentuk uterus seperti bentuk hati, mempunyai dinding di bagian dalamnya dan  terbagi  dua  di  bagian  luarnya. Keadaan ini dapat
menyebabkan sedikitnya ruang untuk tumbuh dan  berkembangannya janin sehingga terjadilah peregangan rahim yang dapat memicu proses persalinan lebih awal.
b.      Incompeten serviks
Inkompeten serviks adalah serviks yang memendek dan membuka sebelum waktunya.

2.1.3 Pathway
   



                                            



 




                      

2.1.4    Patofisiologi
Patofisiologi BBLR dapat di klasifikasikan dari berbagai faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya BBLR. Menurut  Maryunani (2013) Patofisiologi BBLR yaitu:
2.1.4.1    Usia kehamilan dan faktor ibu
a.       Secara umum BBLR ini berhubungan dengan usia kehamilan yang belum cukup bulan (prematur) disamping itu juga disebabkan dismaturitas.
b.      Gizi yang baik diperlukan seorang ibu hamil agar pertumbuhan janin tidak mengalami hambatan dan selanjutnya  akan  melahirkan  bayi  dengan  berat    normal.
c.       Dengan kondisi kesehatan yang baik sistem reproduksi normal, tidak menderita sakit, dan tidak ada gangguan gizi pada masa pra  hamil, ibu akan melahirkan bayi lebih besar dan lebih sehat daripada ibu dengan kondisi kehamilan yang sebaliknya.
d.      Anemia defisiensi besi merupakan salah satu gangguan yang paling sering terjadi selama kehamilan. Ibu hamil yang mengalami  defesiensi  besi hanya memberi sedikit zat  besi kepada janin yang di butuhkan untuk metabolisme besi yang normal.
e.       Selanjutnya mereka akan menjadi anemia pada saat kadar hemoglobin ibu turun  sampai  dibawah  11gr/dl  selama trimester III.
2.1.4.2    Faktor bayi
a.        Pengendalian suhu
1)   BBLR    cenderung   memiliki   suhu yang  abnormal
di sebabkan oleh produksi panas yang buruk dan  peningkatan    kehilangan panas.
2)   Kegagalan menghasilkan panas yang adekuat karena tidak adanya jaringan adiposa coklat, pernafasan yang lemah dengan pembakaran oksigen yang buruk, dan masukan makanan yang rendah.
3)   Kehilangan panas yang meningkat  karena adanya permukaan tubuh yang relatif besar dan tidak adanya lemak subkutan.
b.               Sistem pernafasan
1)   Semakin kurang masa gestasi maka semakin kurang juga perkembangan paru-paru terutama pada bayi dengan berat badan 900 gram.
2)   Alveoli pada BBLR cenderung kecil, dengan adanya sedikit pembuluh darah yang mengililingi stroma seluler.
3)   Terdapat  juga kekurangan  lipoprotein paru-paru,  yaitu   surfaktan  yang   dapat  mengurangi  tegangan 
permukaan pada paru-paru.
4)   Ritme dari dalamnya pernafasan cenderung tidak teratur, sering kali di temukan apnea, dalam keadaan ini maka hal ini harus dihitung selama 1 menit untuk perhitungan yang tepat.
c.               Sistem pencernaan
1)   Lemahnya reflek menghisap dan menelan, sehingga tidak bisa minum dengan efektif. Hal ini disebabkan oleh karena mekanisme penutupan spingter pilorus yang secara relatif kuat.
2)   Pencernaan tergantung dari perkembangan dari alat pencernaan, lambung dari seorang bayi dengan berat badan 900 gram memperlihatkan adanya sedikit lipatan mokusa, glandula sekretoris, demikian juga otot  kurang  berkembang, .dan .perototan .usus yang
lemah mengarah pada timbulnya distensi dan retensi bahan yang di cerna.
3)   Hepar relatif lebih besar, tetapi kurang berkembang terutama pada bayi yang kecil. Hal ini merupakan prediposisi...terjadinya...ikterus...akibat..ketidakmampuan untuk melakukan konjugasi. Pada neonatus yang kurang bulan, ikterus di sertai dengan proses hemolisis kemudian ikterus yang di sertai dengan keadaan berat badan lahir rendah kurang dari 2000 gram, masa gestasi kurang dari 36 minggu, asfiksia, hipoksia, dan sindrom gangguan pernapasan.
d.              Sistem sirkulasi
1)   Jantung relatif kecil pada saat lahir
2)   Terjadinya ekstrasistole dan bising yang dapat di dengar pada atau segera setelah lahir.
3)   Sirkulasi perifer seringkali buruk dari dinding pembuluh darah intrakranial. Hal ini merupakan sebab dari timbulnya kecenderungan perdarahan intrakranial yang terlihat pada bayi preterm.
4)   Tekanan darah  lebih  rendah dibanding bayi aterm.
5)   Penurun  tekanan   darah  disertai penurunan  berat badan.
e.               Sistem urinarius
Perkembangan susunan saraf sebagian besar tergantung pada derajat maturitas, pusat pengendali fungsi vital, misalnya pernafasan, suhu tubuh dan pusat refleks kurang berkembang.

2.1.5    Manifestasi klinis
Secara umum manifestasi klinis dari bayi dengan BBLR menurut Atikah dan Cahyo (2010) yaitu:
2.1.5.1      Berat kurang dari 2.500 gram
2.1.5.2      Panjang kurang dari 45 cm
2.1.5.3      Lingkar dada kurang dari 30 cm
2.1.5.4      Lingkar kepala kurang dari 33 cm
2.1.5.5      Umur kehamilan kurang dari 37 minggu
2.1.5.6      Verniks kaseosa sedikit atau tidak ada
2.1.5.7      Jaringan lemak bawah kulit sedikit
2.1.5.8      Tulang tengkorak lunak mudah bergerak
2.1.5.9      Menangis lemah
2.1.5.10    Kulit tipis
2.1.5.11    Tonus otot hipotoni
2.1.5.12    Letak kuping menurun
2.1.5.13    Anemia
2.1.5.14    Hiperbilirubin
2.1.5.15    Suhu tidak stabil
2.1.5.16    Pernafasan tidak teratur
2.1.5.17    Pernafasan 40-50x/m
2.1.5.18    Nadi 100-140x/m
2.1.5.19    Rambut lanugo banyak
2.1.5.20    Warna kulit kemerahan
2.1.5.21    Kulit sedikit transparan
Menurut Arief & Kristiyanasari (2009)  manifestasi  klinis  dari  BBLR (prematur) yaitu:
2.1.5.1      Berat badan kurang dari 2500 gram, panjang badan 45 cm, lingkar kepala kurang dari 33 cm, lingkar dada kurang dari 30 cm
2.1.5.2      Masa gestasi kurang dari 37 minggu
2.1.5.3      Kulit tipis dan transparan, tampak mengkilap dan licin
2.1.5.4      Kepala lebih besar dari badan
2.1.5.5      Lanugo banyak terutama pada dahi, pelipis, telinga dan lengan
2.1.5.6      Lemak subkutan kurang
2.1.5.7      Ubun-ubun dan sutura lebar
2.1.5.8      Rambut tipis dan halus
2.1.5.9      Puting susu belum terbentuk dengan baik
2.1.5.10    Genetalia belum sempurna, labia minora belum tertutup dengan labia mayora (pada wanita), testis belum turun (pada laki-laki)
2.1.5.11    Pergerakan kurang aktif dan lemah
2.1.5.12    Menangis lemah, pernafasan belum teratur
2.1.5.13    Reflek menghisap dan menelan belum sempurna
Menurut Arief & Kristiyanasari (2009)  manifestasi  klinis  dari  BBLR (prematur) yaitu:
2.1.5.1      Kulit pucat/bernold, mekonium kering
2.1.5.2      Kulit yang pucat dan tipis
2.1.5.3      Vernix caseosa tipis atau tidak ada
2.1.5.4      Jaringan lemak di bawah kulit yang tipis
2.1.5.5      Bayi tampak gesit, aktif dan kuat
2.1.5.6      Tali pusat berwarna kuning kehijauan
2.1.5.7      Bentuk tubuh badan yang kecil
2.1.5.8      Bentuk muka seperti rupa orang tua, lipatan kelopak bawah matanya sangat ketara.

2.1.6  Klasifikasi
Menurut Triana et al (2015) mengklasifikasikan BBLR berdasarkan bayi dari kehamilan kurang bulan, bayi kecil untuk masa kehamilan, atau kombinasi keduanya. Spitz & Coran (2013) The classification of low birth weight is low birth weight <2500 gr, moderately low birth weight between 2500 and 1501 gr, very low birth weight between 1500 and 1001 gr, and extremely low birth weight <1000 gr. Ada beberapa cara dalam mengklasifikasikan BBLR, Atikah & Cahyo (2010) mengklasifikasikan BBLR berdasarkan: harapan hidup dan masa gestasi.
2.1.6.1   Harapan hidup
a. Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)  berat  lahir 1.500-2.500 gram.
b.    Berat Badan Lahir Sangat Rendah (BBLSR) berat lahir 1.000-1.500 gram.
c.    Berat Badan Lahir Ekstrim Rendah (BBLER) berat lahir kurang dari 1.000 gram.
2.1.6.2  Masa gestasinya
a.    Prematuritas murni
     Adalah  masa gestasi adalah kurang dari 37 minggu dan berat badannya sesuai dengan berat badan untuk masa gestasi berat atau biasa disebut Neonatus Kurang Bulan Sesuai  Masa Kehamilan (NKB-SMK).
b.    Dismaturitas
    Adalah  bayi  lahir  dengan  berat  badan  kurang   dari normal untuk masa gestasi itu. Berat bayi mengalami retardasi pertumbuhan intrauterin dan merupakan   bayi  yang  Kecil  Masa  Kehamilannya.
c.    Preterm Infant (bayi kurang bulan atau masa gestasi kurang dari 269 (37 minggu).
d.   Term Infant (bayi cukup bulan atau masa gestasi 259-293 hari atau 37-41 minggu).
e.    Post Term infant (bayi lebih bulan atau masa gestasi 254 hari atau lebih  (>42 minggu).

2.1.7.Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada BBLR sangatlah bervariasi, hal itu di karenakan belum matangnya berbagai organ-organ dalam tubuh bayi. Pantiwati (2010) mengatakan beberapa komplikasi yang bisa terjadi pada  BBLR, antara lain:  hipotermia,  hipoglikemi,   dan   perdarahan intrakranial. Sedangkan Maryunani (2013) menambahkan bahwa komplikasi yang biasa terjadi pada BBLR di bedakan menjadi: komplikasi yang berhubungan dengan penyakit-penyakit yang sering diderita, dan komplikasi yang berhubungan dengan gejala-gejala umum yang biasa terjadi:
2.1.7.1       .Hipotermia
Dalam kandungan, bayi  berada dalam suhu lingkungan  yang normal dan stabil yaitu 360- 370 C. Segera setelah lahir bayi dihadapkan pada suhu lingkungan yang umunya lebih rendah. Perbedaan suhu ini berpengaruh pada kehilangan panas  tubuh bayi. Selain itu hipotermi dapat terjadi karena kemampuan untuk mempertahankan panas dan kesanggupan menambah produksi panas sangat terbatas karena pertumbuhan otot-otot yang belum cukup memadai, lemak subkutan yang sedikit, belum matangnya sistem saraf pengaturan suhu tubuh, luas permukaan tubuh yang relatif lebih besar dibandingkan berat badannya.
2.1.7.2        Hipoglikemia
Pemeriksaan kadar gula darah pada 12 jam pertama menunjukan bahwa hipoglikemi dapat terjadi sebanyak 50% pada bayi matur. Glukosa merupakan sumber utama energi selama masa janin. Kecepatan glukosa yang diambil janin tergantung dari kadar gula darah ibu karena terputusnya hubungan plasenta dan janin menyebabkan terhentinya pemberian glukosa. Bayi aterm dapat mempertahankan kadar gula darah 50-60 mg/dl selama 72 jam pertama, sedangkan bayi dengan BBLR dalam kadar 40 mg/dl. Hal ini disebabkan cadangan glikogen yang belum mencukupi. Hipoglikemia bila kadar gula dalam darah sama dengan atau kurang dari 20 mg/dl.
2.1.7.3         Perdarahan intrakranial
Perdarahan intrakranial dapat terjadi karena trauma lahir, disseminated intravascular coagulopathy atau trombositopenia idiopatik. Matriks germinal epidimal yang kaya akan pembuluh darah merupakan wilayah yang sangat rentan terhadap perdarahan selama minggu pertama kehidupan.
2.1.7.4        Komplikasi yang berhubungan dengan penyakit-penyakit yang sering diderita:
a.       Sindrom distres respirasi idiopatik
Suatu keadaan yang biasanya terjadi pada 10% bayi kurang bulan. Nampaknya konsolidasi paru progresif akibat kurangnya surfaktan yang menurunkan tegangan permukaan di alveoli yang mencegah kolaps.
b.      Takipnea selintas pada BBL
Merupakan suatu keadaan  yang tidak berbahaya, biasanya tidak akan menyebabkan tanda-tanda distress respirasi lain dan membaik kembali 12-24 jam setelah lahir.
c.       Fibroplasia retrolental
Adalah pertumbuhan jaringan serat atau fibrosa di belakang lensa yang berisiko menyebabkan kebutaan.
d.      Serangan apnea
Apnea di sebabkan ketidakmampuan fungsional pusat pernafasan atau ada hubungannya dengan hipoglikemia atau perdarahan intrakranial.
e.       Enterokolitis nekrotik
Keadaan yang timbul pada bayi dengan riwayat asfiksia  atau setelah  transfusi  tukar,  gejalanya adalah kembung muntah, keluar darah dari rektum dan bercak cair, syok usus dan usus mungkin mengalami perforasi.
2.1.7.5      Komplikasi yang berhubungan dengan gejala-gejala umum yang biasa terjadi.
a.        Hipotermia
b.       Sindroma gawat nafas
c.        Hipoglikemi
d.       Perdarahan intrakranial
e.        Hiperbilirubin
       Suatu keadaan meningkatnya kadar bilirubin dalam darah yang ..kadarnya ..lebih .dari  normal. Nilai normal kadar bilirubin indirek 0,3-1,1 mg/dl, dan bilirubin direk 0,1-0,4 mg/dl.
f.         Rentan terhadap infeksi
Karena imunitas humoral dan seluler masih kurang hingga bayi mudah menderita infeksi, selain itu karena kulit dan selaput lendir membran tidak memiliki perlindungan seperti bayi aterm.

g.      Kerusakan integritas kulit
Sensibilitas yang kurang akan menyebabkan mudahnya terjadi kerusakan integritas kulit terutama pada daerah yang tertekan.

2.1.8  Prognosis
Oxorn & forte (2010) mengatakan bahwa prognosis untuk kesehatan fisik dan intelektual pada bayi dengan berat badan lahir rendah jelas sekalipun telah di lakukan sejumlah penyelidikan. Tampaknya  terdapat insiden kerusakan organik otak yang lebih tinggi pada bayi-bayi prematur, meskipun banyak orang-orang jenius di lahirkan sebelum aterm. Maryunani (2013) mengatakan bahwa prognosis barat badan lahir  rendah tergantung pada:
2.1.8.1 .Berat ringannya masalah prenatal, misalnya masa gestasi (makin muda masa gestasi/makin rendah berat bayi,makin tinggi angka kematian).
2.1.8.2 .Keadaan sosial ekonomi,pendidikan orang tua dan perawatan saat hamil, persalinan dan perawatan post-natal (pengaturan suhu lingkungan, resusitasi, nutrisi, mencegah.infeksi, mengatasi.gangguan.pernafasan,.asfiksia, hiperbilirubinemia, hipoglikemia).
2.1.8.3  Mortalitas bayi prematur/BBLR menarik perhatian para sarjana  diseluruh dunia:
a.  Angka kematiannya sulit untuk diturunkan
b. Kadang-kadang ada bayi yang sangat kecil, akan tetapi bisa hidup
c...Tentang.bayi.prematur.ini.perlulah di usahakan kehidupan memang banyak debilitas pada anak prematur (IQ kurang dari 40) tetapi  ternyata ada bayi prematur dengan IQ 160. Secara statistik IQ bayi prematur lebih rendah sedikit dari pada bayi normal (kira-kira 90).
2.1.8.4  Pada saat ini harapan hidup bayi dengan berat 1501-2500 gr adalah 90% tetapi bayi yang kurang dari 1500 gr masih mempunyai angka kematian yang tinggi.
2.1.8.5...Kematian.di duga  karena..displasia...bronkopulmonal,..infeksi.
sekunder,..asfiksia,iskemia.otak,..sindroma  gangguan.....nafas,
perdarahan.intraventrikuler,...gangguan.metabolik..(asidosis,hipoglikemia, hiperbirubinemia).
2.1.8.6  BBLR yang tidak mempunyai cacat bawaan selama 2 tahun  pertama akan mengalami pertumbuhan fisik yang mendekati bayi cukup bulan dengan sesuai masa gestasi.
2.1.8.7  Pada BBLR, makin imatur dan makin rendah berat lahir bayi, makin besar kemungkinan terjadi kecerdasan berkurang dan gangguan neurologik.

2.1.9 Penatalaksanaan
Penatalaksaan pada bayi dengan BBLR menurut Pantiawati (2010) meliputi:
2.1.9.1   Medikamentosa
Pemberian vitamin K:
a.       Injeksi 1 mg IM sekali pemberian,atau
b.      Per oral 2 mg sekali pemberian atau 1 mg 3 kali pemberian (saat lahir, umur 3-10 hari, dan umur 4-6 minggu).
2.1.9.2   Diatetik
Pemberian nurtrisi yang adekuat:
a.       Apabila daya isap belum baik, bayi dicoba untuk menetek sedikit demi sedikit.
b.      Apabila bayi belum bisa menetek pemberian ASI di berikan melalui sendok atau pipet.
c.       Apabila. bayi. Belum .ada .reflex. menghisap  dan.menelan harus dipasang siang penduga/spde fooding.

2.1.9.3   Pengaturan suhu tubuh
a. Pengaturan suhu tubuh bayi dengan menggunakan inkubator
b.  Bayi yang di letakkan di inkubator harus dengan suhu:
1) Bayi <2 kg dengan suhu 35˚C
2) Bayi 2-2,49 kg dengan suhu 34˚C
c.  Suhu inkubator dapat di turunkan 1˚C perminggu untuk bayi di atas 2 kg.
d.  Bila inkubator tidak ada, pemanasan dapat di lakukan dengan membungkus bayi dan meletakkan botol-botol hangat disekitarnya.
 2.1.9.4  Pencegahan dan penangan infeksi
a.  Pencegahan infeksi
     1) Pisahkan antara bayi yang kena infeksi dan yang tidak terkena infeksi
     2) Mencuci tangan sebelum dan sesudah memegang bayi.
     3) Membersihkan tempat tidur bayi.
     4) Membersihkan ruangan.
     5) Memandikan bayi dan membersihkan tali pusat.
b.  Penanganan infeksi
1) Penangan infeksi dengan antibiotika yang tepat.
2).Antibiotika spektrum luas dapat diberikan jika ada kecurigaan kuat adanya infeksi.
3) Pertimbangan antibiotika anti staphilokukus harus yang telah mengalami sejumlah besar prosedur atau yang sudah dirawat dalam waktu yang lama dirumah sakit.
Penatalaksanaan pada bayi dengan BBLR menurut Atikah & Cahyo (2013) meliputi:
2.1.9.1.      Penatalaksanaan umum
a.    Pengaturan suhu tubuh bayi
Bayi dengan BBLR harus dirawat dalam inkubator dengan tujuan agar  suhu tubuhnya mendekati suhu saat berada didalam rahim. Sebelum bayi masukan kedalam inkubator, inkubator terlebih dahulu dihangatkan sampai sekitar 29,4o C, untuk bayi dengan berat 1.700 kg, dan 32o C untuk bayi dengan berat badan kurang dari 1.700 kg. Bayi dirawat dalam keadaan tanpa pakaian, hal ini memungkinkan pernafasan yang adekuat, bayi dapat bergerak tanpa dibatasi pakaian, dan observasi pernafasan lebih mudah. Pengaturan suhu  inkubator untuk bayi dengan berat badan <2 kg adalah 35 o C, dan bayi dengan berat badan  2-2,49 kg adalah 34 o C. Suhu inkubator dapat diturnkan 1o C perminggu untuk bayi diatas 2 kg. Bila inkubator tidak ada, pemanasan dapat di lakukan dengan, menggunakan metode kangguru.
b.   Pencegahan infeksi dan penanganan infeksi
Pencegahan infeksi dilakukan dengan ketat karena bayi dengan BBLR rentan terhadap infeksi, prosedur yang dilakukan adalah:
1)      Mencuci tangan sampai siku dengan sabun dan air mengalir selama 2 menit sebelum masuk ke tempat perawatan bayi.
2)      Mencuci tangan dengan zat antiseptik atau sabun setiap sebelum dan sesudah memegang bayi.
3)      Menjaga kebersihan inkubator.
4)      Menggunakan baju khusus dan masker saat memasuki ruangan perawatan bayi.
5)      Mencegah kontaminasi udara disekitar bayi.
6)      Melakukan perawatan tali pusat, mata, hidung, dan kulit bayi.
7)      Melakukan tindakan aseptik dan antiseptik semua alat yang akan bersentuhan dengan bayi.
8)      Membatasi dan memisahkan bayi yang terinfeksi dan tidak.
9)      Rasio jumlah perawat yang ideal.
10)  Mengatur jadwal kunjungan.
11)  Menghindari perawatan/kontak fisik yang terlalu lama.
12)  Melarang petugas yang menderita infeksi masuk ketempat perawatan bayi.
c.       Pengaturan pemberian intake cairan
1)      Melalui oral
a)      Pemberian minum pertama pada bayi di lakukan sekitar 3 jam setelah lahir dan di dahului dengan pengisapan cairan lambung.
b)      Jumlah cairan yang diberikan pertama kali adalah 1-5 ml/jam dan selanjutnya cairan yang diberikan adalah 60 ml/kg/hari.
c)      ASI merupakan makanan yang paling utama, bila bayi tidak mampu mengisap ASI dapat diperas dan diminumkan dengan sendok atau dengan memasang sonde lambung. Jika ASI tidak tersedia dapat digunakan susu formula khusus BBLR.
d)     Pemberian makanan pada bayi yang di letakan didalam inkubator dengan kontak minimal, tempat tidur atau kasur inkubator harus diangkat dan bayi di posisikan miring kekiri untuk membantu mengosongkan lambung, sedangkan pada bayi dengan berat badan lebih besar dapat diberi makan dalam posisi di pangku.
e)      Pada waktu pemberian ASI harus di perhatikan apakah bayi menjadi biru, ada gangguan pernafasan, atau perut kembung.  Untuk mencegah perut kembung, bayi di berikan minum sedikit-sedikit, perlahan dan hati-hati.
f)    Sesudah minum bayi disendawakan.
2)      Melalui Intra Vena (IV)
a)      Cairan intra vena diberikan pada bayi jika kondisi bayi tidak memungkinkan mendapatkan asupan nutrisi peroral.
b)      Beri cairan intra vena dalam 24 jam pertama.
c)      Terapi cairan dan elektrolit yang diberikan harus menggantikan Insendensible Water Loss (IWL).
d)     Cairan yang di berikan harus mengandung bahan yang setara dan senilai protein 2,5 g/dl glukosa hipertonik 10-25 g/dl, elektrolit, elemenbio-inorganik dan vitamin dalam jumlah yang diperlukan.
d.      Pemantauan berat badan
Ukur berat badan setiap hari, panjang badan dan lingkar kepala setiap minggu. Karena perubahan berat badan mencerminkan kondisi gizi atau nutrisi bayi.
e.......Pengawasan jalan nafas
Pengawasan jalan nafas dilakukan dengan cara   observasi, dan dapat diberikan terapi  oksigen dan
bantuan ventilasi bila perlu.
2.1.9.2.      Penatalaksanaan dirumah
a.        Pencegahan Infeksi
Pencegahan infeksi di lakukan dengan cara mencuci tangan  dengan   air  bersih  dan  sabun  sebelum dan sesudah kontak dengan bayi maupun kontak dengan alat-alat yang berhubungan dengan bayi.
                        b.      Mempertahankan suhu tubuh
Membuat suhu ruangan didalam rumah menjadi lebih hangat, bayi di selimuti, di berikan topi, sarung tangan-sarung kaki, dan popok yang basah segera diganti.
c.       Pemberian nutrisi
Lakukan pemberian ASI ekslusif dengan tidak memberikan bayi makanan padat sampai program ASI ekslusif selesai, yaitu saat usia 4-6 bulan dengan berat badan minimal 6.500-75.00 gram.

2.1.10  Pencegahan
Menurut Dwienda et al (2014) pencegahan pada kasus bayi berat badan lahir rendah (BBLR) pencegahan preventif adalah langkah yang penting. Hal-hal yang dapat di lakukan:
2.1.10.1      Meningkatkan pemeriksaan kehamilan secara berkala minimal 4 kali selama kurun kehamilan dan di mulai sejak umur kehamilan muda. Ibu hamil yang di duga berisiko, terutama faktor resiko yang mengarah melahirkan BBLR harus cepat di laporkan, di pantau dan di rujuk pada institusi pelayanan kesehatan yang lebih mampu.
2.1.10.2      Penyuluhan kesehatan tentang pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim, tanda-tanda bahaya selama kehamilan dan perawatan diri selama kehamilan agar mereka dapat menjaga kesehatannya dan janin yang di kandung dengan baik.
2.1.10.3      Hendaknya ibu dapat merencanakan persalinannya pada umur reproduksi sehat (20-34 tahun).
2.1.10.4      Perlu dukungan sektor lain yang terkait untuk turut berperan dalam meningkatkan pendidikan ibu dan status ekonomi keluagra agar mereka dapat meningkatkan akses terhadap pemanfaatan pelayanan antenatal dan status gizi ibu selama hamil.

2.1.11  Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan    penunjang   di perlukan  untuk   menunjang     diagnosa
yang telah di tetapkan. Maryunani (2013) mengatakan pemeriksaan penunjang meliputi:
2.1.11.1    Pemeriksaan pertumbuhan dan perkembangan janin intra uterin  serta   menemukan  gangguan pertumbuhan misalnya dengan pemeriksaan ultrasonografi.
2.1.11.2    Memeriksa kadar gula darah (true glukose) dengan dextrosix atau laboraturium kalau hipoglikemi perlu segera diatasi.
2.1.11.3   .Pemeriksaan hematokrit dan mengobati hiperviskositas.
2.1.11.4    Bayi BBLR membutuhkan lebih banyak kalori dibandingkan dengan bayi Sesuai Masa Kehamilan (SMK).
2.1.11.5    Melakukan tracheal washing pada bayi yang diduga akan menderita aspirasi mekonium.
2.1.11.6    Observasi pernafasan setiap  jam bila  frekuensi nafas >60x/m dibuat foto thorax.




2.1.12  Pemeriksaan diagnostik
Pemeriksaan  diagnostik  adalah   pemeriksaan   klinis  yang  penting   untuk membantu penegakan diagnosa agar tidak terjadi kekeliruan saat penetapan diagnosis BBLR. Maryunani (2013) mengatakan pada pemeriksaan diagnostik BBLR  antara lain:
2.1.12.1  Hematokrit (Ht): 43-61% (peningkatan sampai 65% atau lebih  menandakan  polisitemia, penurunan   kadar   akan
               menunjukan anemia atau hemoragik prenatal).
            2.1.12.2    Hemoglobin (Hb): 15-20 gr/dl (kadar lebih rendah    berhubungan dengan anemia dan hemolisi berlebihan.
               2.1.12.3    Jumlah sel darah putih: 18.000/mm3, netrofil meningkat        sampai  23.000-24.000/mm3, hari pertama setelah lahir    (menurun bila ada sepsis).
2.1.12.4    Pemeriksaan kadar bilirubin
Kadar normal untuk bayi prematur 10 mg/dl, dengan 6 mg/dl pada pertama kehidupan, 8mg/dl 1-2 hari, dan 12 mg/dl pada 3-5 hari.
2.1.12.5....Pemeriksaan kadar glukosa
                Pada bayi aterm kadar gula dalam darah 50-60 mg/dl           dalam 72 jam pertama.
2.1.12.6    Pemantauan elektrolit (Na, K,Cl)
               Biasanya dalam batas normal pada awalnya.
2.1.12.7    Titer Torch sesuai indikasi
2.1.12.8    Pemantauan gas darah sesuai kebutuhan: pemeriksaan analisis gula darah.
2.1.12.9    Tes kocok/shake test
Positif (+) bila terdapat gelembung-gelembung yang membentuk cincin. Negatif (-) bila tidak ada gelembung.
2.1.12.10  Pemeriksaan kromoson sesuai indikasi
2.1.12.11..Pemeriksaan sinar x sesuai kebutuhan (misal: foto thorax)
2.1.12.12..USG kepala terutama pada bayi dengan usia kehamilan 35  minggu dimulai pada umur 2 hari.

2.2      Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
2.2.1      Pengkajian
Pada pengkajian pertanyaan meliputi usia ibu, riwayat hari pertama haid terakhir, riwayat persalinan sebelumnya, paritas, jarak kelahiran, aktivitas selama hamil, penyakit yang di derita selama hamil, dan obat-obatan yang di konsumsi selama hamil.
2.2.1.1   Pemeriksaan Fisik
Pada ..pemeriksaan ..fisik di kaji ..apakah ada tanda- tanda.. prematuritas, ..dilakukan ..pengukuran ..berat badan, ..panjang badan, ..lingkar dada,   ..kepala, dan lingkar lengan.
a.        Sistem pernafasan
Bayi dengan BBLR umumnya mengalami kesulitan bernafas spontan karena jumlah alveoli yang berfungsi masih sedikit, kekurangan surfaktan (zat yang berada dan diproduksi didalam paru). Lumen sistem pernafasan yang kecil, kolaps atau obstruksi jalan nafas, insufisiensi kalsifikasi dari tulang thoraks, dan pembuluh darah paru yang imatur.
b.       Sistem penglihatan
Bayi dengan BBLR dapat mengalami Retionapathy Of Prematurity (RoP) yang disebabkan karena ketidakmatangan retina.
c.        Sistem neurologi (susunan saraf pusat)
Bayi dengan BBLR umumnya mudah sekali terjadi trauma susunan saraf pusat. Hal ini disebabkan antara lain: perdarahan intrakranial karena pembuluh darah yang rapuh, trauma lahir, perubahan proses koagulasi, hipoksia dan hipoglikemia. Sementara itu asfiksia berat yang terjadi pada BBLR juga sangat berpengaruh pada sistem Susunan Saraf Pusat (SSP) yang disebabkan oleh kekurangan oksigen dan kekurangaan perfusi/iskemia.
d.       Sistem kardiovaskuler
Bayi dengan BBLR paling sering mengalami gangguan/kelainan janin, yaitu Paatent Ductus Arteriosus (PAT), yang merupakan akibat dari gangguan adaptasi dan kehidupan intrauterin kekehidupan ekstrauterin berupa keterlambatan penutupan ductus arteriosus. Terdapat beberapa faktor yang memperlambat penutupan ductus arteriosus, antara lain berupa: kurangnya otot polos pembuluh darah, rendahnya kadar oksigen dan pada bayi BBLR.
e.        Sistem gastrointestinal
Bayi dengan BBLR terutama yang kurang bulan  umumnya saluran pencernaanya belum berfungsi optimal. .Hal ini di sebabkan karena tidak adanya koordinasi .mengisap dan menelan sampai usia gestasi 33-34 minggu,  .kurangnya cadangan beberapa nutrisi seperti kurang dapat menyerap lemak dan mencerna protein, jumlah enzim .yang belum mencukupi, waktu pengosongan lambung .yang lambat dan penurunan atau tidak adanya motilitas, .dan meningkatnya resiko Netrikans Entro Colitis (NEC).
f.        Sistem imunologi
Bayi dengan BBLR mempunyai sistem kekebalan tubuh yang terbatas. Karena pada bayi yang kurang bulan tidak lama berada didalam kandungan, dan tentunya hanya mendapat sedikit transfer kekebalan tubuh dari ibunya.
g.       Sistem termoregulasi
Bayi dengan BBLR sering mengalami temperatur yang  .tidak stabil, yang disebabkan antara lain :
1)        Kurangnya lemak subkutan (brown fat/lemak coklat).
2)      Jaringan lemak dibawah kulit lebih sedikit.
3)        Kekurangan oksigen yang dapat berpengaruh pada penggunan kalori.
4)      Tidak memadainya aktivitas otot.
5)        Ketidakmatangan pusat pengaturan suhu diotak.
6)        Tidak adanya refleks kontrol dari pembuluh darah kapiler kulit.
h.       Sistem hematologi
Bayi dengan BBLR lebih cendrung mengalami masalah hematologi bila di bandingkan dengan bayi yang aterm. Penyebabnya antara lain:
1)      Usia sel darah merahnya lebih pendek
2)      Pembentukan sel darah merah yang lambat
3)      Pembuluh darah kapilernya mudah rapuh
4)        Hemolisis dan berkurangnya darah akibat dari pemeriksaan laboraturium yang sering
5)      Deposit vitamin E yang rendah
i.         Sistem perkemihan
Bayi dengan BBLR mempunyai masalah pada sistem perkemihannya, dimana ginjal bayi tersebut belum matang maka tidak mampu untuk mengelola air, elektrolit dan asam-basa, tidak mampu mengeluarkan hasil metabolisme dan obat-obatan dengan memadai serta tidak mampu memekatkan urin.
j.         Sistem integumen
Bayi dengan BBLR mempunyai struktur kulit yang sangat tipis dan transparan sehingga mudah terjadi gangguan integ-ritas kulit.
k.       Respon orang tua
Orang tua yang mempunyai bayi BBLR umumnya akan mengalami perasaan sedih, khawatir, takut dan lain-lainnya karena memikirkan tentang keadaan bayinya.

2.2.2    Diagnosa Keperawatan
2.2.2.1 .Resiko ketidakseimbangan suhu tubuh b.d kegagalan mempertahankan suhu tubuh, penurunan jaringan lemak subkutan
2.2.2.2      Ketidakefektifan pola makan bayi b.d prematuritas
2.2.2.3      Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d ketidakmampuan menelan dan menghisap
2.2.2.4      Ikterik neonatus b.d usia neonatus 1-7 hari
2.2.2.5      Resiko infeksi b.d pertahanan imunologis yang tidak adekuat
2.2.2.6      Diskontinuitas pemberian ASI b.d prematuritas
2.2.2.7      Ketidakefektifan pola nafas b.d imanuritas otot-otot pernafasan dan penurunan ekspansi paru
2.2.2.8     Disfungsi motilitas gastrointetinal b.d prematuritas

2.2.3    Intervensi Keperawatan
2.2.3.1.....Resiko ketidakseimbangan suhu tubuh b.d kegagalan mempertahankan suhu tubuh, penurunan jaringan lemak subkutan
NOC
Kriteria Hasil:
·           Suhu kulit normal
·           Suhu badan 36,0-37,0˚C
·           TTV dalam batas normal
·           Hidrasi adekuat
NIC
1)        Pantau suhu tubuh bayi baru lahir sampai stabil
Rasional: untuk mengetahui keadaan suhu tubuh bayi
2)        Pantau warna kulit dan suhu kulit
Rasional:.untuk mengetahui apakah bayi mengalami ikterik
3)        Tingkatkan keadekuatan masukan cairan dan nutrisi
Rasional: agar bayi tidak mengalami dehidrasi
4)        Monitor adanya tanda-tanda hipotermi dan hipertermi
Rasional:.untuk mencegah terjadinya hipotermi dan hipertermi
5)        Rencanakan monitoring suhu secara kontinyu
Rasional:.agar keadaan bayi terus dipantau kestabilannya
6)        Pertahankan panas tubuh bayi
Rasional: untuk mencegah bayi mengalami hipotermi
7)        Gunakan matras dan selimut hangat yang disesuaikan dengan kebutuhan
Rasional: agar dapat mempertahankan panas tubuh bayi
8)        Selimuti bayi untuk mencegah hilangnya kehangatan tubuh
Rasional: untuk mencegah bayi mengalami hipotermi
9)        Berikan pengobatan yang cepat untuk mencegah bayi menggigil
Rasional: agar bayi ditangani dengan cepat dan tepat
10)    Monitor suhu minimal tiap 2 jam
Rasional:.untuk mengetahui keadaan suhu tubuh bayi dan mencegah bayi mengalami hipotermi atau hipertermi.
2.2.3.2     Ketidakefektifan pola makan bayi b.d prematuritas
NOC
Kriteria hasil:
·      Pasien dapat menyusui dengan efektif
·      Bayi menandakan kepuasaan menyusui
·      Ibu menunjukan harga diri yang positif dengan menyusui
NIC
1)      Monitor kemampuan bayi untuk mencari putting
Rasional: untuk memudahkan bayi melakukan IMD
2)      Monitor kemampuan menghisap bayi
Rasional:.untuk.mengetahui.kemampuan.reflex menghisap bayi apakah aktif atau lemah
3)      Instruksikan kepada ibu untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi selama menyusui
Rasional: untuk memperlancar produksi ASI
4)      Monitor peningkatan ASI
Rasional:.apabila.ada.peningkatan.ASI.bayi.dapat.diberikan ASI dengan segera
5)      Dorong ibu untuk tidak membatasi bayinya menyusui
Rasional:.agar dapat melatih kemampuan menghisap bayi
6)      Anjurkan ibu untuk menghindari asap rokok dan pil kb selama menyusui
Rasional: karena bisa menghambat produksi ASI
7)      Anjurkan ibu untuk memakai bra yang nyaman
Rasional: untuk memudahkan ibu menyusui bayinya
8)      Jelaskan penggunaan susu formula hanya jika diperlukan
Rasional:.agar memberikan informasi kepada ibu jika memerlukan susu formula
9)      Monitor integritas kulit sekitar putting
Rasional: untuk mencegah kulit sekitar putting lecet
10)  Instruksikan perawatan putting
Rasional: untuk mencegah putting lecet dan merangsang bayi untuk menghisap yang adekuat
2.2.3.3    Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d ketidakmampuan menelan dan menghisap
NOC
Kriteria hasil:
·      Adanya peningakatan berat badan
·      Tidak ada penurunan berat badan
·      Peningakatan reflex hisap
·      Tidak ada tanda-tanda malnutrisi
NIC
1)      Kaji kemampuan bayi dalam menghisap
Rasional:.untuk.mengetahui.kemampuan.refelx menghisap bayi
2)      Monitor adanya penurunan berat badan
R/untuk mencegah penurunan berat badan bayi
3)      Timbang berat badan tiap hari
R/untuk memantau adanya peningkatan berat badan
4)      Monitor turgor kulit
Rasional:.untuk mengetahui proses kembalinya turgor kulit
5)      Monitor perkembangan dan pertumbuhan bayi
Rasional:.untuk mengetahui adanya peningkatan perkembangan bayi
6)      Monitor keadaan umum bayi
Rasional: untuk mengetahui keadaan bayi tersebut
7)      Monitor jumlah nutrisi
Rasional: untuk memantau apakah jumlah nutrisi sudah sesuai dengan berat badan bayi
8)      Berikan informasi kepada orang tua tentang kebutuhan nutrisi bayi
Rasional:.agar orang tua mengetahui kebutuhan nutrisi bayinya
9)      Monitor interaksi ibu saat memberikan ASI
Rasional: untuk mengetahui apakah ibu bisa berinteraksi dengan bayinya saat menyusui
10)  Monitor adanya penurunan berat badan
Rasional:.agar dapat mencegah terjadinya penurunan berat badan.
2.2.3.4      Ikterus neonatus b.d usia neonatus 1-7 hari
NOC
Kriteri hasil:
·      Pertumbuhan dan perkembangan dalam batas normal
·      Tanda-tanda vital bayi dalam batas normal
·      Berat badan bayi=masa tubuh bayi
·      Tidak ada respon alergi sistemik

NIC
1)      Pantau adanya tanda-tanda ikterus
Rasional:.untuk mengetahui apakah ada tanda-tanda ikterus
2)      Pantau tingkat bilirubin bayi
Rasional:.untuk mengetahui apakah bayi mengalami ikterus
3)      Ubah posisi bayi setiap 2/4 jam sekali
Rasional: agar tidak terjadi lecet pada kulit
4)      Tempatkan lampu fototerapi diatas bayi sesuai dengan jarak
Rasional:.karena sesuai dengan indikasi yaitu 45 cm diatas bayi
5)      Monitor ada nya tanda-tanda dehidrasi
Rasional: untuk mencegah bayi rewel karena dehidrasi
6)      Timbang berat badan tiap hari
Rasional:.untuk mencegah adanaya penurunan berat badan
7)      Pantau keadaan mata
Rasional: untuk mencegah terjadinya iritasi pada mata
8)      Monitor tanda-tanda vital
Rasional: untuk mengetahui keadaan suhu tubuh bayi
9)      Monitor keadaan kulit
Rasional:.untuk mengetahui apakah kulit bayi terkelupas atau tidak
10)  Beritahukan orang tua tentang prosedur fototerapi dan perawatan
Rasional:.agar orang tua memahami tentang prosedur fototerapi

2.2.3.5      Resiko infeksi b.d pertahanan imunologis yang tidak adekuat
NOC
Kriteria hasil:
·      Pasien bebas dari tanda dan gejala infeksi
·      Jumlah leukosit dalam batas normal
·      Tidak ada tanda dan gejala infeksi yang muncul
NIC
1)      Anjurkan sebelum memegang bayi cuci tangan dulu
Rasional: untuk mencegah resiko infeksi nasokomial
2)      Bersihkan tempat tidur bayi
Rasional: untuk menjaga kebersihan tempat tidur bayi
3)      Batasi pengunjung hanya untuk orang tua nya saja
Rasional: untuk mencegah terjadi nya resiko infeksi
4)      Berikan obat antibiotik pada bayi
Rasional:.jika.keadaan.bayi.memang.memerlukan.obat antibiotik
5)      Pantau keadaan kulit bayi
Rasional:.untuk mengetahui apakah keadaan kulit bayi ada lecet atau tidak
6)      Monitor adanya tanda-tanda infeksi
Rasional: untuk mencegah terjadinya infeksi
7)...Instruksikan kepada orang tua untuk mencuci tangan sebelum memegang bayi
Rasional:.untuk mencegah terjadi nya resiko infeksi terhadap bayi
8)...Instruksikan kepada orang tua untuk memakai baju pelindung sebelum mengendong bayi nya
       Rasional:.jika baju yang ibunya pakai kotor atau ada debu, maka bayi tidak terkena karena ibunya sudah memakai baju pelindung
9)....Bersihkan area lingkungan sekitar bayi
Rasional:.agar.lingkungan.sekitar.bayi.tetap.terjaga kebersihannya dan meminimalkan terjadinya resiko infeksi
10) Monitor TTV
Rasional: untuk mengetahui status keadaan bayi
2.2.3.6     Diskontinuitas pemberian ASI b.d prematuritas
NOC
Kriteria hasil:
·      Pertumbuhan dan perkembangan bayi dalam batas normal
·      Tanda-tanda vital bayi dalam batas normal
·      Tidak ada penurunan berat badan
·      Berat badan=masa tubuh
NIC
1)      Posisikan bayi semi fowler
Rasional: agar bayi tidak tersedak
2)      Letakkan pentil dot diatas dilidah bayi
Rasional: untuk merangsang reflex hisap bayi
3)      Monitor reflex menelan pada bayi
Rasional:.untuk memberikan ASI yang sesuai dengan diet bayi
4)      Berikan kenyaman posisi pada saat pemberian asi
Rasional: untuk meningkatkan reflex menghisap bayi
5)      Pantau berat badan bayi
Rasional:.untuk mencegah adanya penurunan berat badan bayi
6)      Instruksikan kepada ibu teknik membersihkan mulut bayi setelah pemberian asi
Rasional:.untuk menjaga kebersihan mulut bayi supaya tidak ada jamurnya
7)      Bantu.ibu.untuk.mempertahankan.keberhasilan
pemberian asi
Rasional:.agar bayinya sehat dengan keberhasilan pemberian ASI yang efektif
8)      Berikan informasi kepada ibu cara memompa asi secara manual dan menyimpan asi
Rasional:.agar ibu bisa memberikan asi yang efektif pada bayinya dan menambah wawasan ibu dalam meningkatkan produksi asinya
9)      Berikan motivasi kepada ibu untuk selalu memberikan asi kepada bayinya
Rasional: agar.bayi.mendapatkan.asi.sesuai.dengan
Kebutuhannya
10)  Ingatkan kepada ibu untuk selalu menjaga kebersihan botol asinya
Rasional:.agar tetap menjaga kebersihan peralatan bayinya
2.2.3.7      Ketidakefektifan pola nafas b.d imanuritas otot-otot pernafasan dan penurunan ekspansi paru
NOC
Kriteria hasil:
·      Tanda-tanda vital dalam batas normal
·      Pasien tidak memakai alat bantu nafas
·      Pasien bernafas spontan
NIC
1)      Pertahankan jalan nafas yang paten
Rasional: agar dapat bernafas dengan baik
2)      Pertahankan posisi bayi
Rasional: untuk menjaga kepatenan jalan nafas
3)      Monitor suhu,warna,dan kelembapan kulit
Rasional: untuk mencegah kulit bayi lecet
4)      Monitor sianosis pada kuku bayi
Rasional: untuk mengetahui keadaan bayi
5)      Auskultasi suara nafas
Rasional: untuk memantau apakah ada suara nafas tambahan
6)      Observasi keadaan umum bayi
Rasional: untuk mengetahui keadaan bayi seperti apa
7)      Berikan oksigen bila perlu
Rasional: oksigen diberikan apabila keadaan bayi gawat nafas
8)      Bersihkan mulut bayi, jika perlu
Rasional: apabila keadaan mulut bayi bisa menghambat keefektifan jalan nafas, maka dibersihkan
9)      Monitor pola nafas bayi
Rasional:.untuk mengetahui apakah bayi mengalami distres nafas
10)  Monitor tanda-tanda vital
Rasional:.untuk mengetahui status keadaan bayi seperti apa
2.2.3.8     Disfungsi motilitas gastrointestinal b.d prematuritas
NOC
Kriteria hasil:
·      Frekuensi warna, konsistensi banyaknya feses dalam batas normal
·      Tidak ada darah di feses
·      Tidak ada diare
·      Tanda-tana vital dalam batas normal
NIC
1)      Monitor tanda-tanda vital
Rasional: untuk mengetahui status keadaan bayi

2)      Monitor status cairan
Rasional:.untuk.mengetahui.seberapa.banyak.cairan yang masuk
3)      Monitor bising usus
Rasional: bising usus terdengar normal atau abnormal
4)      Pasang ogt jika diperlukan
Rasional:.untuk memudahkan cairan masuk kedalam lambung
5)      Monitor apakah terjadi diare
Rasional: untuk mengetahui tingkat dehidrasi
6)      Monitor warna BabTINJAUAN TEORITIS

2.1    Tinjauan Teori Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)
2.1.1    Pengertian
Maryunani (2013) mengatakan Berat  Badan Lahir Rendah (BBLR) merupakan bayi dengan berat badan lahir kurang dari 2.500 gram tanpa memandang usia gestasi (berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam 1 jam setelah lahir. Pantiawati (2010) mengatakan BBLR adalah bayi dengan berat badan lahir kurang dari 2.500 gram.

Atikah & Cahyo (2010) mengatakan berat badan lahir rendah adalah bayi dengan berat badan lahir kurang dari 2.500 gram tanpa memandang usia kehamilan. Dahulu neonatus dengan berat badan lahir kurang dari 2.500           gram atau  sama dengan 2.500 gram disebut prematur. Pembagian tersebut sangat mudah tetapi tidak memuaskan. Sehingga di ketahui bahwa tingkat mordibitas dan mortalitas pada neonatus tidak hanya bergantung pada berat badan, tetapi juga pada tingkat maturitas bayi itu sendiri.

Amru sofian (2012) mengatakan berat badan lahir rendah adalah bayi dengan berat badan kurang dari 2500 gram pada waktu lahir.  Dalam hal ini di bedakan menjadi prematuritas murni, retardasi pertumbuhan janin intrauterin, dismaturitas.

Oced (2010) Low birth weight is defined by the World Health Organization (WHO) as the weight of an infant at birth of less than 2.500 grams (5.5 pounds), inrespective of the gestationalage of the infant.




2.2.2    Etiologi
Etiologi BBLR menurut Atikah & Cahyo (2010) dan meliputi faktor ibu, faktor janin, faktor plasenta, dan faktor uterus.
2.1.2.1   Faktor ibu
a.       Toksemia ....gravidarum    (pre- eklamsia dan eklamsia)
Pre-eklamsia atau eklamsia dapat menyebabkan keterlambatan pertumbuhan janin dalam kandungan atau Intra Uterine Growth Retardation (IUGR) dan kelahiran mati. Hal ini disebabkan karena pre-eklamsia atau eklamsia pada ibu hamil akan menyebabkan perkapuran di daerah plasenta yang menyebabkan suplai makanan dan oksigen kejanin berkurang.
b.      Perdarahan antepartum
Adalah perdarahan pervaginam yang terjadi pada usia kehamilan >28 minggu atau berat janin >1.000 gram. Perdarahan antepartum bisa menyebabkan persalinan prematur  karena adanya rangsangan koagulum darah pada leher rahim.
c.       Kekurangan gizi
Kekurangan gizi selama kehamilan akan memberikan akibat buruk terhadap janin seperti prematuritas, gangguan pertumbuhan janin, kelahiran mati maupun kematian neonatal dini.
d.      Usia
Ibu yang hamil dengan usia yang terlalu muda seringkali secara emosional dan fisiknya belum matang, selain pendidikan yang pada umumnya rendah, ibu hamil  yang usianya masih muda tentunya juga masih tergantung pada orang lain. Kelahiran bayi dengan BBLR lebih tinggi  terjadi  pada  ibu  hamil  muda yang 
berusia kurang dari 20 tahun. Sedangkan pada ibu yang berusia lebihdari 35 tahun  meskipun mereka telah berpengalaman dalam proses kehamilan dan persalinan, tetapi kondisi badannya serta kesehatannya sudah mulai menurun sehingga dapat mempengaruhi kondisi  janin didalam kandungan  dan dapat menyebabkan kelahiran bayi dengan BBLR.
e.       Paritas
Jumlah anak lebih dari 4 dapat menimbulkan gangguan pertumbuhan janin sehingga berisiko  melahirkan bayi dengan BBLR  dan perdarahan saat persalinan karena keadaan rahim biasanya sudah lemah.
f.       Jarak kehamilan terlalu dekat
Ibu yang melahirkan anak dengan jarak yang sangat berdekatan (dibawah dua tahun) akan mengalami peningkatan resiko terhadap terjadinya perdarahan pada trimester III, termasuk karena alasan plasenta previa, anemia dan ketuban pecah dini serta dapat melahirkan bayi  BBLR.
g.      Sebab lain
1)         Pecandu narkotik
        Ibu hamil yang mengkonsumsi narkotika dapat menimbulkan efek yang membahayakan baik bagi dirinya sendiri ataupun bagi janin. Penggunaan narkotik secara terus-menerus juga dapat meningkatkan resiko terjadinya keguguran dan kelahiran prematur, termasuk juga kemungkinan bayi lahir dengan ukuran dan berat badan yang kurang dari semestinya.


2)         Perokok
        Ibu hamil yang merokok dapat mengakibatkan cidera pada janin, kelahiran prematur dan BBLR. Zat nikotin pada rokok yang masuk ketubuh ibu akan mempengaruhi jumlah dan kualitas oksigen yang diterima janin. Zat nikotin memiliki efek mempersempit pembuluh darah plasenta sehingga menyebabkan janin kekurangan oksigen untuk tumbuh sehingga akan membatasi jumlah nutrisi yang dibutuhkan janin.
h.      Infeksi
1)        Infeksi Saluran Kemih (ISK)
Bakteri Escherecia coli merupakan bakteri penyebab ISK pada kehamilan yang ditemukan pada 80-90% kasus. Bakteri ini dapat berasal dari flora usus yang keluar sewaktu BAB. ISK pada kehamilan dapat menyebabkan kelainan serius baik ibu maupun janin, seperti persalinan prematur.
2)      Ketuban Pecah Dini (KPD)
KPD merupakan penyebab terbesar persalinan prematur. KPD meningkatkan risiko infeksi dalam rahim dan persalinan prematur. KPD mengakibatkan hubungan langsung antara dunia luar dan ruang dalam rahim, sehingga memudahkan terjadinya infeksi asenden. Salah satu fungsi ketuban adalah melindungi atau menjadi pembatas dunia luar dan ruang dalam rahim sehingga mengurangi kemungkinan infeksi.



2.1.2.2   Faktor janin
a.       Hidramnion
Hidramnion adalah keadaan cairan amnion yang berlebihan atau  jumlah cairan amnion >2.000 ml. Hidramnion menyebabkan massa dari uterus bertamah dan menyebabkan uterus meregang. Tegangan dari uterus yang terus-menerus akan memicu timbulnya kontraksi uterus, kontraksi dari uterus inilah yang akan  dapat menyebabkan persalinan.
b.      Kehamilan ganda
Pada  kehamilan  ganda  berat  badan  janin  tidak sama,  berat badan dapat berbeda antara 50 sampai 1.000 gram karena pembagian darah pada plasenta untuk kedua janin tidak sama. Kebutuhan ibu akan zat-zat makanan pada kehamilan ganda juga  bertambah yang apabila tidak terpenuhi berisiko menyebabkan anemia dan penyakit defisiensi lain, sehingga sering lahir bayi yang kecil. Pada kehamilan ganda distensi uterus berlebihan, sehingga melewati batas toleransi dan sering terjadi partus prematur.
c.       Kelainan kromosom
Kelainan kongenital merupakan kelainan dalam pertumbuhan struktur bayi yang timbul sejak kehidupan hasil konsepsi sel telur. Bayi yang di lahirkan dengan kelainan kongenital, umumnya akan di lahirkan sebagai BBLR atau KMK.
d.      Gawat janin
Gawat janin adalah suatu keadaan dimana janin tidak menerima oksigen yang memadai, yang ditandai dengan denyut jantung janin <120 atau >160.

e.  Eritroblastosis
Adalah  kelainan darah yang  berpotensi  mengancam nyawa pada janin atau bayi baru lahir. Kondisi ini berkembang pada bayi yang belum lahir ketika ibu dan bayi memiliki jenis darah yang berbeda.
2.1.2.3    Faktor Plasenta
a.       Plasenta previa
Plasenta previa adalah plasenta yang berimplantasi abnormal, karena keabnormalan implantasi dari plasenta akan menyebabkan bagian terbawah janin tidak terdorong ke dalam pintu atas panggul, sehingga terjadilah kesalahan letak janin. Plasenta previa sering menyebabkan persalinan prematur karena adanya rangsangan koagulum darah pada leher rahim.
b.      Solusio plasenta
Solusio plasenta adalah keadaan terlepasnya plasenta dari implantasi sebelum janin dilahirkan. Terlepasnya plasenta dari implantasi akan menyebabkan turunnya kadar progesteron dan dapat terjadi kontraksi.
2.1.2.4   Faktor uterus
a.       Uterus bikornis
Uterus bikornis adalah kelainan bentuk uterus seperti bentuk hati, mempunyai dinding di bagian dalamnya dan  terbagi  dua  di  bagian  luarnya. Keadaan ini dapat
menyebabkan sedikitnya ruang untuk tumbuh dan  berkembangannya janin sehingga terjadilah peregangan rahim yang dapat memicu proses persalinan lebih awal.
b.      Incompeten serviks
Inkompeten serviks adalah serviks yang memendek dan membuka sebelum waktunya.

2.1.3 Pathway


 









Penurunan daya tahan
 

Prematuritas
 

Permukaan tubuh relative lebih luas
 

Jaringan lemak subkutan lebih tipis
 
                                            
Text Box: Resiko infeksi
 























                      Sumber:Nuratif & Kusuma, 2013.

2.1.4    Patofisiologi
Patofisiologi BBLR dapat di klasifikasikan dari berbagai faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya BBLR. Menurut  Maryunani (2013) Patofisiologi BBLR yaitu:
2.1.4.1    Usia kehamilan dan faktor ibu
a.       Secara umum BBLR ini berhubungan dengan usia kehamilan yang belum cukup bulan (prematur) disamping itu juga disebabkan dismaturitas.
b.      Gizi yang baik diperlukan seorang ibu hamil agar pertumbuhan janin tidak mengalami hambatan dan selanjutnya  akan  melahirkan  bayi  dengan  berat    normal.
c.       Dengan kondisi kesehatan yang baik sistem reproduksi normal, tidak menderita sakit, dan tidak ada gangguan gizi pada masa pra  hamil, ibu akan melahirkan bayi lebih besar dan lebih sehat daripada ibu dengan kondisi kehamilan yang sebaliknya.
d.      Anemia defisiensi besi merupakan salah satu gangguan yang paling sering terjadi selama kehamilan. Ibu hamil yang mengalami  defesiensi  besi hanya memberi sedikit zat  besi kepada janin yang di butuhkan untuk metabolisme besi yang normal.
e.       Selanjutnya mereka akan menjadi anemia pada saat kadar hemoglobin ibu turun  sampai  dibawah  11gr/dl  selama trimester III.
2.1.4.2    Faktor bayi
a.        Pengendalian suhu
1)   BBLR    cenderung   memiliki   suhu yang  abnormal
di sebabkan oleh produksi panas yang buruk dan  peningkatan    kehilangan panas.
2)   Kegagalan menghasilkan panas yang adekuat karena tidak adanya jaringan adiposa coklat, pernafasan yang lemah dengan pembakaran oksigen yang buruk, dan masukan makanan yang rendah.
3)   Kehilangan panas yang meningkat  karena adanya permukaan tubuh yang relatif besar dan tidak adanya lemak subkutan.
b.               Sistem pernafasan
1)   Semakin kurang masa gestasi maka semakin kurang juga perkembangan paru-paru terutama pada bayi dengan berat badan 900 gram.
2)   Alveoli pada BBLR cenderung kecil, dengan adanya sedikit pembuluh darah yang mengililingi stroma seluler.
3)   Terdapat  juga kekurangan  lipoprotein paru-paru,  yaitu   surfaktan  yang   dapat  mengurangi  tegangan 
permukaan pada paru-paru.
4)   Ritme dari dalamnya pernafasan cenderung tidak teratur, sering kali di temukan apnea, dalam keadaan ini maka hal ini harus dihitung selama 1 menit untuk perhitungan yang tepat.
c.               Sistem pencernaan
1)   Lemahnya reflek menghisap dan menelan, sehingga tidak bisa minum dengan efektif. Hal ini disebabkan oleh karena mekanisme penutupan spingter pilorus yang secara relatif kuat.
2)   Pencernaan tergantung dari perkembangan dari alat pencernaan, lambung dari seorang bayi dengan berat badan 900 gram memperlihatkan adanya sedikit lipatan mokusa, glandula sekretoris, demikian juga otot  kurang  berkembang, .dan .perototan .usus yang
lemah mengarah pada timbulnya distensi dan retensi bahan yang di cerna.
3)   Hepar relatif lebih besar, tetapi kurang berkembang terutama pada bayi yang kecil. Hal ini merupakan prediposisi...terjadinya...ikterus...akibat..ketidakmampuan untuk melakukan konjugasi. Pada neonatus yang kurang bulan, ikterus di sertai dengan proses hemolisis kemudian ikterus yang di sertai dengan keadaan berat badan lahir rendah kurang dari 2000 gram, masa gestasi kurang dari 36 minggu, asfiksia, hipoksia, dan sindrom gangguan pernapasan.
d.              Sistem sirkulasi
1)   Jantung relatif kecil pada saat lahir
2)   Terjadinya ekstrasistole dan bising yang dapat di dengar pada atau segera setelah lahir.
3)   Sirkulasi perifer seringkali buruk dari dinding pembuluh darah intrakranial. Hal ini merupakan sebab dari timbulnya kecenderungan perdarahan intrakranial yang terlihat pada bayi preterm.
4)   Tekanan darah  lebih  rendah dibanding bayi aterm.
5)   Penurun  tekanan   darah  disertai penurunan  berat badan.
e.               Sistem urinarius
Perkembangan susunan saraf sebagian besar tergantung pada derajat maturitas, pusat pengendali fungsi vital, misalnya pernafasan, suhu tubuh dan pusat refleks kurang berkembang.

2.1.5    Manifestasi klinis
Secara umum manifestasi klinis dari bayi dengan BBLR menurut Atikah dan Cahyo (2010) yaitu:
2.1.5.1      Berat kurang dari 2.500 gram
2.1.5.2      Panjang kurang dari 45 cm
2.1.5.3      Lingkar dada kurang dari 30 cm
2.1.5.4      Lingkar kepala kurang dari 33 cm
2.1.5.5      Umur kehamilan kurang dari 37 minggu
2.1.5.6      Verniks kaseosa sedikit atau tidak ada
2.1.5.7      Jaringan lemak bawah kulit sedikit
2.1.5.8      Tulang tengkorak lunak mudah bergerak
2.1.5.9      Menangis lemah
2.1.5.10    Kulit tipis
2.1.5.11    Tonus otot hipotoni
2.1.5.12    Letak kuping menurun
2.1.5.13    Anemia
2.1.5.14    Hiperbilirubin
2.1.5.15    Suhu tidak stabil
2.1.5.16    Pernafasan tidak teratur
2.1.5.17    Pernafasan 40-50x/m
2.1.5.18    Nadi 100-140x/m
2.1.5.19    Rambut lanugo banyak
2.1.5.20    Warna kulit kemerahan
2.1.5.21    Kulit sedikit transparan
Menurut Arief & Kristiyanasari (2009)  manifestasi  klinis  dari  BBLR (prematur) yaitu:
2.1.5.1      Berat badan kurang dari 2500 gram, panjang badan 45 cm, lingkar kepala kurang dari 33 cm, lingkar dada kurang dari 30 cm
2.1.5.2      Masa gestasi kurang dari 37 minggu
2.1.5.3      Kulit tipis dan transparan, tampak mengkilap dan licin
2.1.5.4      Kepala lebih besar dari badan
2.1.5.5      Lanugo banyak terutama pada dahi, pelipis, telinga dan lengan
2.1.5.6      Lemak subkutan kurang
2.1.5.7      Ubun-ubun dan sutura lebar
2.1.5.8      Rambut tipis dan halus
2.1.5.9      Puting susu belum terbentuk dengan baik
2.1.5.10    Genetalia belum sempurna, labia minora belum tertutup dengan labia mayora (pada wanita), testis belum turun (pada laki-laki)
2.1.5.11    Pergerakan kurang aktif dan lemah
2.1.5.12    Menangis lemah, pernafasan belum teratur
2.1.5.13    Reflek menghisap dan menelan belum sempurna
Menurut Arief & Kristiyanasari (2009)  manifestasi  klinis  dari  BBLR (prematur) yaitu:
2.1.5.1      Kulit pucat/bernold, mekonium kering
2.1.5.2      Kulit yang pucat dan tipis
2.1.5.3      Vernix caseosa tipis atau tidak ada
2.1.5.4      Jaringan lemak di bawah kulit yang tipis
2.1.5.5      Bayi tampak gesit, aktif dan kuat
2.1.5.6      Tali pusat berwarna kuning kehijauan
2.1.5.7      Bentuk tubuh badan yang kecil
2.1.5.8      Bentuk muka seperti rupa orang tua, lipatan kelopak bawah matanya sangat ketara.

2.1.6  Klasifikasi
Menurut Triana et al (2015) mengklasifikasikan BBLR berdasarkan bayi dari kehamilan kurang bulan, bayi kecil untuk masa kehamilan, atau kombinasi keduanya. Spitz & Coran (2013) The classification of low birth weight is low birth weight <2500 gr, moderately low birth weight between 2500 and 1501 gr, very low birth weight between 1500 and 1001 gr, and extremely low birth weight <1000 gr. Ada beberapa cara dalam mengklasifikasikan BBLR, Atikah & Cahyo (2010) mengklasifikasikan BBLR berdasarkan: harapan hidup dan masa gestasi.
2.1.6.1   Harapan hidup
a. Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)  berat  lahir 1.500-2.500 gram.
b.    Berat Badan Lahir Sangat Rendah (BBLSR) berat lahir 1.000-1.500 gram.
c.    Berat Badan Lahir Ekstrim Rendah (BBLER) berat lahir kurang dari 1.000 gram.
2.1.6.2  Masa gestasinya
a.    Prematuritas murni
     Adalah  masa gestasi adalah kurang dari 37 minggu dan berat badannya sesuai dengan berat badan untuk masa gestasi berat atau biasa disebut Neonatus Kurang Bulan Sesuai  Masa Kehamilan (NKB-SMK).
b.    Dismaturitas
    Adalah  bayi  lahir  dengan  berat  badan  kurang   dari normal untuk masa gestasi itu. Berat bayi mengalami retardasi pertumbuhan intrauterin dan merupakan   bayi  yang  Kecil  Masa  Kehamilannya.
c.    Preterm Infant (bayi kurang bulan atau masa gestasi kurang dari 269 (37 minggu).
d.   Term Infant (bayi cukup bulan atau masa gestasi 259-293 hari atau 37-41 minggu).
e.    Post Term infant (bayi lebih bulan atau masa gestasi 254 hari atau lebih  (>42 minggu).

2.1.7.Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada BBLR sangatlah bervariasi, hal itu di karenakan belum matangnya berbagai organ-organ dalam tubuh bayi. Pantiwati (2010) mengatakan beberapa komplikasi yang bisa terjadi pada  BBLR, antara lain:  hipotermia,  hipoglikemi,   dan   perdarahan intrakranial. Sedangkan Maryunani (2013) menambahkan bahwa komplikasi yang biasa terjadi pada BBLR di bedakan menjadi: komplikasi yang berhubungan dengan penyakit-penyakit yang sering diderita, dan komplikasi yang berhubungan dengan gejala-gejala umum yang biasa terjadi:
2.1.7.1       .Hipotermia
Dalam kandungan, bayi  berada dalam suhu lingkungan  yang normal dan stabil yaitu 360- 370 C. Segera setelah lahir bayi dihadapkan pada suhu lingkungan yang umunya lebih rendah. Perbedaan suhu ini berpengaruh pada kehilangan panas  tubuh bayi. Selain itu hipotermi dapat terjadi karena kemampuan untuk mempertahankan panas dan kesanggupan menambah produksi panas sangat terbatas karena pertumbuhan otot-otot yang belum cukup memadai, lemak subkutan yang sedikit, belum matangnya sistem saraf pengaturan suhu tubuh, luas permukaan tubuh yang relatif lebih besar dibandingkan berat badannya.
2.1.7.2        Hipoglikemia
Pemeriksaan kadar gula darah pada 12 jam pertama menunjukan bahwa hipoglikemi dapat terjadi sebanyak 50% pada bayi matur. Glukosa merupakan sumber utama energi selama masa janin. Kecepatan glukosa yang diambil janin tergantung dari kadar gula darah ibu karena terputusnya hubungan plasenta dan janin menyebabkan terhentinya pemberian glukosa. Bayi aterm dapat mempertahankan kadar gula darah 50-60 mg/dl selama 72 jam pertama, sedangkan bayi dengan BBLR dalam kadar 40 mg/dl. Hal ini disebabkan cadangan glikogen yang belum mencukupi. Hipoglikemia bila kadar gula dalam darah sama dengan atau kurang dari 20 mg/dl.
2.1.7.3         Perdarahan intrakranial
Perdarahan intrakranial dapat terjadi karena trauma lahir, disseminated intravascular coagulopathy atau trombositopenia idiopatik. Matriks germinal epidimal yang kaya akan pembuluh darah merupakan wilayah yang sangat rentan terhadap perdarahan selama minggu pertama kehidupan.
2.1.7.4        Komplikasi yang berhubungan dengan penyakit-penyakit yang sering diderita:
a.       Sindrom distres respirasi idiopatik
Suatu keadaan yang biasanya terjadi pada 10% bayi kurang bulan. Nampaknya konsolidasi paru progresif akibat kurangnya surfaktan yang menurunkan tegangan permukaan di alveoli yang mencegah kolaps.
b.      Takipnea selintas pada BBL
Merupakan suatu keadaan  yang tidak berbahaya, biasanya tidak akan menyebabkan tanda-tanda distress respirasi lain dan membaik kembali 12-24 jam setelah lahir.
c.       Fibroplasia retrolental
Adalah pertumbuhan jaringan serat atau fibrosa di belakang lensa yang berisiko menyebabkan kebutaan.
d.      Serangan apnea
Apnea di sebabkan ketidakmampuan fungsional pusat pernafasan atau ada hubungannya dengan hipoglikemia atau perdarahan intrakranial.
e.       Enterokolitis nekrotik
Keadaan yang timbul pada bayi dengan riwayat asfiksia  atau setelah  transfusi  tukar,  gejalanya adalah kembung muntah, keluar darah dari rektum dan bercak cair, syok usus dan usus mungkin mengalami perforasi.
2.1.7.5      Komplikasi yang berhubungan dengan gejala-gejala umum yang biasa terjadi.
a.        Hipotermia
b.       Sindroma gawat nafas
c.        Hipoglikemi
d.       Perdarahan intrakranial
e.        Hiperbilirubin
       Suatu keadaan meningkatnya kadar bilirubin dalam darah yang ..kadarnya ..lebih .dari  normal. Nilai normal kadar bilirubin indirek 0,3-1,1 mg/dl, dan bilirubin direk 0,1-0,4 mg/dl.
f.         Rentan terhadap infeksi
Karena imunitas humoral dan seluler masih kurang hingga bayi mudah menderita infeksi, selain itu karena kulit dan selaput lendir membran tidak memiliki perlindungan seperti bayi aterm.

g.      Kerusakan integritas kulit
Sensibilitas yang kurang akan menyebabkan mudahnya terjadi kerusakan integritas kulit terutama pada daerah yang tertekan.

2.1.8  Prognosis
Oxorn & forte (2010) mengatakan bahwa prognosis untuk kesehatan fisik dan intelektual pada bayi dengan berat badan lahir rendah jelas sekalipun telah di lakukan sejumlah penyelidikan. Tampaknya  terdapat insiden kerusakan organik otak yang lebih tinggi pada bayi-bayi prematur, meskipun banyak orang-orang jenius di lahirkan sebelum aterm. Maryunani (2013) mengatakan bahwa prognosis barat badan lahir  rendah tergantung pada:
2.1.8.1 .Berat ringannya masalah prenatal, misalnya masa gestasi (makin muda masa gestasi/makin rendah berat bayi,makin tinggi angka kematian).
2.1.8.2 .Keadaan sosial ekonomi,pendidikan orang tua dan perawatan saat hamil, persalinan dan perawatan post-natal (pengaturan suhu lingkungan, resusitasi, nutrisi, mencegah.infeksi, mengatasi.gangguan.pernafasan,.asfiksia, hiperbilirubinemia, hipoglikemia).
2.1.8.3  Mortalitas bayi prematur/BBLR menarik perhatian para sarjana  diseluruh dunia:
a.  Angka kematiannya sulit untuk diturunkan
b. Kadang-kadang ada bayi yang sangat kecil, akan tetapi bisa hidup
c...Tentang.bayi.prematur.ini.perlulah di usahakan kehidupan memang banyak debilitas pada anak prematur (IQ kurang dari 40) tetapi  ternyata ada bayi prematur dengan IQ 160. Secara statistik IQ bayi prematur lebih rendah sedikit dari pada bayi normal (kira-kira 90).
2.1.8.4  Pada saat ini harapan hidup bayi dengan berat 1501-2500 gr adalah 90% tetapi bayi yang kurang dari 1500 gr masih mempunyai angka kematian yang tinggi.
2.1.8.5...Kematian.di duga  karena..displasia...bronkopulmonal,..infeksi.
sekunder,..asfiksia,iskemia.otak,..sindroma  gangguan.....nafas,
perdarahan.intraventrikuler,...gangguan.metabolik..(asidosis,hipoglikemia, hiperbirubinemia).
2.1.8.6  BBLR yang tidak mempunyai cacat bawaan selama 2 tahun  pertama akan mengalami pertumbuhan fisik yang mendekati bayi cukup bulan dengan sesuai masa gestasi.
2.1.8.7  Pada BBLR, makin imatur dan makin rendah berat lahir bayi, makin besar kemungkinan terjadi kecerdasan berkurang dan gangguan neurologik.

2.1.9 Penatalaksanaan
Penatalaksaan pada bayi dengan BBLR menurut Pantiawati (2010) meliputi:
2.1.9.1   Medikamentosa
Pemberian vitamin K:
a.       Injeksi 1 mg IM sekali pemberian,atau
b.      Per oral 2 mg sekali pemberian atau 1 mg 3 kali pemberian (saat lahir, umur 3-10 hari, dan umur 4-6 minggu).
2.1.9.2   Diatetik
Pemberian nurtrisi yang adekuat:
a.       Apabila daya isap belum baik, bayi dicoba untuk menetek sedikit demi sedikit.
b.      Apabila bayi belum bisa menetek pemberian ASI di berikan melalui sendok atau pipet.
c.       Apabila. bayi. Belum .ada .reflex. menghisap  dan.menelan harus dipasang siang penduga/spde fooding.

2.1.9.3   Pengaturan suhu tubuh
a. Pengaturan suhu tubuh bayi dengan menggunakan inkubator
b.  Bayi yang di letakkan di inkubator harus dengan suhu:
1) Bayi <2 kg dengan suhu 35˚C
2) Bayi 2-2,49 kg dengan suhu 34˚C
c.  Suhu inkubator dapat di turunkan 1˚C perminggu untuk bayi di atas 2 kg.
d.  Bila inkubator tidak ada, pemanasan dapat di lakukan dengan membungkus bayi dan meletakkan botol-botol hangat disekitarnya.
 2.1.9.4  Pencegahan dan penangan infeksi
a.  Pencegahan infeksi
     1) Pisahkan antara bayi yang kena infeksi dan yang tidak terkena infeksi
     2) Mencuci tangan sebelum dan sesudah memegang bayi.
     3) Membersihkan tempat tidur bayi.
     4) Membersihkan ruangan.
     5) Memandikan bayi dan membersihkan tali pusat.
b.  Penanganan infeksi
1) Penangan infeksi dengan antibiotika yang tepat.
2).Antibiotika spektrum luas dapat diberikan jika ada kecurigaan kuat adanya infeksi.
3) Pertimbangan antibiotika anti staphilokukus harus yang telah mengalami sejumlah besar prosedur atau yang sudah dirawat dalam waktu yang lama dirumah sakit.
Penatalaksanaan pada bayi dengan BBLR menurut Atikah & Cahyo (2013) meliputi:
2.1.9.1.      Penatalaksanaan umum
a.    Pengaturan suhu tubuh bayi
Bayi dengan BBLR harus dirawat dalam inkubator dengan tujuan agar  suhu tubuhnya mendekati suhu saat berada didalam rahim. Sebelum bayi masukan kedalam inkubator, inkubator terlebih dahulu dihangatkan sampai sekitar 29,4o C, untuk bayi dengan berat 1.700 kg, dan 32o C untuk bayi dengan berat badan kurang dari 1.700 kg. Bayi dirawat dalam keadaan tanpa pakaian, hal ini memungkinkan pernafasan yang adekuat, bayi dapat bergerak tanpa dibatasi pakaian, dan observasi pernafasan lebih mudah. Pengaturan suhu  inkubator untuk bayi dengan berat badan <2 kg adalah 35 o C, dan bayi dengan berat badan  2-2,49 kg adalah 34 o C. Suhu inkubator dapat diturnkan 1o C perminggu untuk bayi diatas 2 kg. Bila inkubator tidak ada, pemanasan dapat di lakukan dengan, menggunakan metode kangguru.
b.   Pencegahan infeksi dan penanganan infeksi
Pencegahan infeksi dilakukan dengan ketat karena bayi dengan BBLR rentan terhadap infeksi, prosedur yang dilakukan adalah:
1)      Mencuci tangan sampai siku dengan sabun dan air mengalir selama 2 menit sebelum masuk ke tempat perawatan bayi.
2)      Mencuci tangan dengan zat antiseptik atau sabun setiap sebelum dan sesudah memegang bayi.
3)      Menjaga kebersihan inkubator.
4)      Menggunakan baju khusus dan masker saat memasuki ruangan perawatan bayi.
5)      Mencegah kontaminasi udara disekitar bayi.
6)      Melakukan perawatan tali pusat, mata, hidung, dan kulit bayi.
7)      Melakukan tindakan aseptik dan antiseptik semua alat yang akan bersentuhan dengan bayi.
8)      Membatasi dan memisahkan bayi yang terinfeksi dan tidak.
9)      Rasio jumlah perawat yang ideal.
10)  Mengatur jadwal kunjungan.
11)  Menghindari perawatan/kontak fisik yang terlalu lama.
12)  Melarang petugas yang menderita infeksi masuk ketempat perawatan bayi.
c.       Pengaturan pemberian intake cairan
1)      Melalui oral
a)      Pemberian minum pertama pada bayi di lakukan sekitar 3 jam setelah lahir dan di dahului dengan pengisapan cairan lambung.
b)      Jumlah cairan yang diberikan pertama kali adalah 1-5 ml/jam dan selanjutnya cairan yang diberikan adalah 60 ml/kg/hari.
c)      ASI merupakan makanan yang paling utama, bila bayi tidak mampu mengisap ASI dapat diperas dan diminumkan dengan sendok atau dengan memasang sonde lambung. Jika ASI tidak tersedia dapat digunakan susu formula khusus BBLR.
d)     Pemberian makanan pada bayi yang di letakan didalam inkubator dengan kontak minimal, tempat tidur atau kasur inkubator harus diangkat dan bayi di posisikan miring kekiri untuk membantu mengosongkan lambung, sedangkan pada bayi dengan berat badan lebih besar dapat diberi makan dalam posisi di pangku.
e)      Pada waktu pemberian ASI harus di perhatikan apakah bayi menjadi biru, ada gangguan pernafasan, atau perut kembung.  Untuk mencegah perut kembung, bayi di berikan minum sedikit-sedikit, perlahan dan hati-hati.
f)    Sesudah minum bayi disendawakan.
2)      Melalui Intra Vena (IV)
a)      Cairan intra vena diberikan pada bayi jika kondisi bayi tidak memungkinkan mendapatkan asupan nutrisi peroral.
b)      Beri cairan intra vena dalam 24 jam pertama.
c)      Terapi cairan dan elektrolit yang diberikan harus menggantikan Insendensible Water Loss (IWL).
d)     Cairan yang di berikan harus mengandung bahan yang setara dan senilai protein 2,5 g/dl glukosa hipertonik 10-25 g/dl, elektrolit, elemenbio-inorganik dan vitamin dalam jumlah yang diperlukan.
d.      Pemantauan berat badan
Ukur berat badan setiap hari, panjang badan dan lingkar kepala setiap minggu. Karena perubahan berat badan mencerminkan kondisi gizi atau nutrisi bayi.
e.......Pengawasan jalan nafas
Pengawasan jalan nafas dilakukan dengan cara   observasi, dan dapat diberikan terapi  oksigen dan
bantuan ventilasi bila perlu.
2.1.9.2.      Penatalaksanaan dirumah
a.        Pencegahan Infeksi
Pencegahan infeksi di lakukan dengan cara mencuci tangan  dengan   air  bersih  dan  sabun  sebelum dan sesudah kontak dengan bayi maupun kontak dengan alat-alat yang berhubungan dengan bayi.
                        b.      Mempertahankan suhu tubuh
Membuat suhu ruangan didalam rumah menjadi lebih hangat, bayi di selimuti, di berikan topi, sarung tangan-sarung kaki, dan popok yang basah segera diganti.
c.       Pemberian nutrisi
Lakukan pemberian ASI ekslusif dengan tidak memberikan bayi makanan padat sampai program ASI ekslusif selesai, yaitu saat usia 4-6 bulan dengan berat badan minimal 6.500-75.00 gram.

2.1.10  Pencegahan
Menurut Dwienda et al (2014) pencegahan pada kasus bayi berat badan lahir rendah (BBLR) pencegahan preventif adalah langkah yang penting. Hal-hal yang dapat di lakukan:
2.1.10.1      Meningkatkan pemeriksaan kehamilan secara berkala minimal 4 kali selama kurun kehamilan dan di mulai sejak umur kehamilan muda. Ibu hamil yang di duga berisiko, terutama faktor resiko yang mengarah melahirkan BBLR harus cepat di laporkan, di pantau dan di rujuk pada institusi pelayanan kesehatan yang lebih mampu.
2.1.10.2      Penyuluhan kesehatan tentang pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim, tanda-tanda bahaya selama kehamilan dan perawatan diri selama kehamilan agar mereka dapat menjaga kesehatannya dan janin yang di kandung dengan baik.
2.1.10.3      Hendaknya ibu dapat merencanakan persalinannya pada umur reproduksi sehat (20-34 tahun).
2.1.10.4      Perlu dukungan sektor lain yang terkait untuk turut berperan dalam meningkatkan pendidikan ibu dan status ekonomi keluagra agar mereka dapat meningkatkan akses terhadap pemanfaatan pelayanan antenatal dan status gizi ibu selama hamil.

2.1.11  Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan    penunjang   di perlukan  untuk   menunjang     diagnosa
yang telah di tetapkan. Maryunani (2013) mengatakan pemeriksaan penunjang meliputi:
2.1.11.1    Pemeriksaan pertumbuhan dan perkembangan janin intra uterin  serta   menemukan  gangguan pertumbuhan misalnya dengan pemeriksaan ultrasonografi.
2.1.11.2    Memeriksa kadar gula darah (true glukose) dengan dextrosix atau laboraturium kalau hipoglikemi perlu segera diatasi.
2.1.11.3   .Pemeriksaan hematokrit dan mengobati hiperviskositas.
2.1.11.4    Bayi BBLR membutuhkan lebih banyak kalori dibandingkan dengan bayi Sesuai Masa Kehamilan (SMK).
2.1.11.5    Melakukan tracheal washing pada bayi yang diduga akan menderita aspirasi mekonium.
2.1.11.6    Observasi pernafasan setiap  jam bila  frekuensi nafas >60x/m dibuat foto thorax.




2.1.12  Pemeriksaan diagnostik
Pemeriksaan  diagnostik  adalah   pemeriksaan   klinis  yang  penting   untuk membantu penegakan diagnosa agar tidak terjadi kekeliruan saat penetapan diagnosis BBLR. Maryunani (2013) mengatakan pada pemeriksaan diagnostik BBLR  antara lain:
2.1.12.1  Hematokrit (Ht): 43-61% (peningkatan sampai 65% atau lebih  menandakan  polisitemia, penurunan   kadar   akan
               menunjukan anemia atau hemoragik prenatal).
            2.1.12.2    Hemoglobin (Hb): 15-20 gr/dl (kadar lebih rendah    berhubungan dengan anemia dan hemolisi berlebihan.
               2.1.12.3    Jumlah sel darah putih: 18.000/mm3, netrofil meningkat        sampai  23.000-24.000/mm3, hari pertama setelah lahir    (menurun bila ada sepsis).
2.1.12.4    Pemeriksaan kadar bilirubin
Kadar normal untuk bayi prematur 10 mg/dl, dengan 6 mg/dl pada pertama kehidupan, 8mg/dl 1-2 hari, dan 12 mg/dl pada 3-5 hari.
2.1.12.5....Pemeriksaan kadar glukosa
                Pada bayi aterm kadar gula dalam darah 50-60 mg/dl           dalam 72 jam pertama.
2.1.12.6    Pemantauan elektrolit (Na, K,Cl)
               Biasanya dalam batas normal pada awalnya.
2.1.12.7    Titer Torch sesuai indikasi
2.1.12.8    Pemantauan gas darah sesuai kebutuhan: pemeriksaan analisis gula darah.
2.1.12.9    Tes kocok/shake test
Positif (+) bila terdapat gelembung-gelembung yang membentuk cincin. Negatif (-) bila tidak ada gelembung.
2.1.12.10  Pemeriksaan kromoson sesuai indikasi
2.1.12.11..Pemeriksaan sinar x sesuai kebutuhan (misal: foto thorax)
2.1.12.12..USG kepala terutama pada bayi dengan usia kehamilan 35  minggu dimulai pada umur 2 hari.

2.2      Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
2.2.1      Pengkajian
Pada pengkajian pertanyaan meliputi usia ibu, riwayat hari pertama haid terakhir, riwayat persalinan sebelumnya, paritas, jarak kelahiran, aktivitas selama hamil, penyakit yang di derita selama hamil, dan obat-obatan yang di konsumsi selama hamil.
2.2.1.1   Pemeriksaan Fisik
Pada ..pemeriksaan ..fisik di kaji ..apakah ada tanda- tanda.. prematuritas, ..dilakukan ..pengukuran ..berat badan, ..panjang badan, ..lingkar dada,   ..kepala, dan lingkar lengan.
a.        Sistem pernafasan
Bayi dengan BBLR umumnya mengalami kesulitan bernafas spontan karena jumlah alveoli yang berfungsi masih sedikit, kekurangan surfaktan (zat yang berada dan diproduksi didalam paru). Lumen sistem pernafasan yang kecil, kolaps atau obstruksi jalan nafas, insufisiensi kalsifikasi dari tulang thoraks, dan pembuluh darah paru yang imatur.
b.       Sistem penglihatan
Bayi dengan BBLR dapat mengalami Retionapathy Of Prematurity (RoP) yang disebabkan karena ketidakmatangan retina.
c.        Sistem neurologi (susunan saraf pusat)
Bayi dengan BBLR umumnya mudah sekali terjadi trauma susunan saraf pusat. Hal ini disebabkan antara lain: perdarahan intrakranial karena pembuluh darah yang rapuh, trauma lahir, perubahan proses koagulasi, hipoksia dan hipoglikemia. Sementara itu asfiksia berat yang terjadi pada BBLR juga sangat berpengaruh pada sistem Susunan Saraf Pusat (SSP) yang disebabkan oleh kekurangan oksigen dan kekurangaan perfusi/iskemia.
d.       Sistem kardiovaskuler
Bayi dengan BBLR paling sering mengalami gangguan/kelainan janin, yaitu Paatent Ductus Arteriosus (PAT), yang merupakan akibat dari gangguan adaptasi dan kehidupan intrauterin kekehidupan ekstrauterin berupa keterlambatan penutupan ductus arteriosus. Terdapat beberapa faktor yang memperlambat penutupan ductus arteriosus, antara lain berupa: kurangnya otot polos pembuluh darah, rendahnya kadar oksigen dan pada bayi BBLR.
e.        Sistem gastrointestinal
Bayi dengan BBLR terutama yang kurang bulan  umumnya saluran pencernaanya belum berfungsi optimal. .Hal ini di sebabkan karena tidak adanya koordinasi .mengisap dan menelan sampai usia gestasi 33-34 minggu,  .kurangnya cadangan beberapa nutrisi seperti kurang dapat menyerap lemak dan mencerna protein, jumlah enzim .yang belum mencukupi, waktu pengosongan lambung .yang lambat dan penurunan atau tidak adanya motilitas, .dan meningkatnya resiko Netrikans Entro Colitis (NEC).
f.        Sistem imunologi
Bayi dengan BBLR mempunyai sistem kekebalan tubuh yang terbatas. Karena pada bayi yang kurang bulan tidak lama berada didalam kandungan, dan tentunya hanya mendapat sedikit transfer kekebalan tubuh dari ibunya.
g.       Sistem termoregulasi
Bayi dengan BBLR sering mengalami temperatur yang  .tidak stabil, yang disebabkan antara lain :
1)        Kurangnya lemak subkutan (brown fat/lemak coklat).
2)      Jaringan lemak dibawah kulit lebih sedikit.
3)        Kekurangan oksigen yang dapat berpengaruh pada penggunan kalori.
4)      Tidak memadainya aktivitas otot.
5)        Ketidakmatangan pusat pengaturan suhu diotak.
6)        Tidak adanya refleks kontrol dari pembuluh darah kapiler kulit.
h.       Sistem hematologi
Bayi dengan BBLR lebih cendrung mengalami masalah hematologi bila di bandingkan dengan bayi yang aterm. Penyebabnya antara lain:
1)      Usia sel darah merahnya lebih pendek
2)      Pembentukan sel darah merah yang lambat
3)      Pembuluh darah kapilernya mudah rapuh
4)        Hemolisis dan berkurangnya darah akibat dari pemeriksaan laboraturium yang sering
5)      Deposit vitamin E yang rendah
i.         Sistem perkemihan
Bayi dengan BBLR mempunyai masalah pada sistem perkemihannya, dimana ginjal bayi tersebut belum matang maka tidak mampu untuk mengelola air, elektrolit dan asam-basa, tidak mampu mengeluarkan hasil metabolisme dan obat-obatan dengan memadai serta tidak mampu memekatkan urin.
j.         Sistem integumen
Bayi dengan BBLR mempunyai struktur kulit yang sangat tipis dan transparan sehingga mudah terjadi gangguan integ-ritas kulit.
k.       Respon orang tua
Orang tua yang mempunyai bayi BBLR umumnya akan mengalami perasaan sedih, khawatir, takut dan lain-lainnya karena memikirkan tentang keadaan bayinya.

2.2.2    Diagnosa Keperawatan
2.2.2.1 .Resiko ketidakseimbangan suhu tubuh b.d kegagalan mempertahankan suhu tubuh, penurunan jaringan lemak subkutan
2.2.2.2      Ketidakefektifan pola makan bayi b.d prematuritas
2.2.2.3      Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d ketidakmampuan menelan dan menghisap
2.2.2.4      Ikterik neonatus b.d usia neonatus 1-7 hari
2.2.2.5      Resiko infeksi b.d pertahanan imunologis yang tidak adekuat
2.2.2.6      Diskontinuitas pemberian ASI b.d prematuritas
2.2.2.7      Ketidakefektifan pola nafas b.d imanuritas otot-otot pernafasan dan penurunan ekspansi paru
2.2.2.8     Disfungsi motilitas gastrointetinal b.d prematuritas

2.2.3    Intervensi Keperawatan
2.2.3.1.....Resiko ketidakseimbangan suhu tubuh b.d kegagalan mempertahankan suhu tubuh, penurunan jaringan lemak subkutan
NOC
Kriteria Hasil:
·           Suhu kulit normal
·           Suhu badan 36,0-37,0˚C
·           TTV dalam batas normal
·           Hidrasi adekuat
NIC
1)        Pantau suhu tubuh bayi baru lahir sampai stabil
Rasional: untuk mengetahui keadaan suhu tubuh bayi
2)        Pantau warna kulit dan suhu kulit
Rasional:.untuk mengetahui apakah bayi mengalami ikterik
3)        Tingkatkan keadekuatan masukan cairan dan nutrisi
Rasional: agar bayi tidak mengalami dehidrasi
4)        Monitor adanya tanda-tanda hipotermi dan hipertermi
Rasional:.untuk mencegah terjadinya hipotermi dan hipertermi
5)        Rencanakan monitoring suhu secara kontinyu
Rasional:.agar keadaan bayi terus dipantau kestabilannya
6)        Pertahankan panas tubuh bayi
Rasional: untuk mencegah bayi mengalami hipotermi
7)        Gunakan matras dan selimut hangat yang disesuaikan dengan kebutuhan
Rasional: agar dapat mempertahankan panas tubuh bayi
8)        Selimuti bayi untuk mencegah hilangnya kehangatan tubuh
Rasional: untuk mencegah bayi mengalami hipotermi
9)        Berikan pengobatan yang cepat untuk mencegah bayi menggigil
Rasional: agar bayi ditangani dengan cepat dan tepat
10)    Monitor suhu minimal tiap 2 jam
Rasional:.untuk mengetahui keadaan suhu tubuh bayi dan mencegah bayi mengalami hipotermi atau hipertermi.
2.2.3.2     Ketidakefektifan pola makan bayi b.d prematuritas
NOC
Kriteria hasil:
·      Pasien dapat menyusui dengan efektif
·      Bayi menandakan kepuasaan menyusui
·      Ibu menunjukan harga diri yang positif dengan menyusui
NIC
1)      Monitor kemampuan bayi untuk mencari putting
Rasional: untuk memudahkan bayi melakukan IMD
2)      Monitor kemampuan menghisap bayi
Rasional:.untuk.mengetahui.kemampuan.reflex menghisap bayi apakah aktif atau lemah
3)      Instruksikan kepada ibu untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi selama menyusui
Rasional: untuk memperlancar produksi ASI
4)      Monitor peningkatan ASI
Rasional:.apabila.ada.peningkatan.ASI.bayi.dapat.diberikan ASI dengan segera
5)      Dorong ibu untuk tidak membatasi bayinya menyusui
Rasional:.agar dapat melatih kemampuan menghisap bayi
6)      Anjurkan ibu untuk menghindari asap rokok dan pil kb selama menyusui
Rasional: karena bisa menghambat produksi ASI
7)      Anjurkan ibu untuk memakai bra yang nyaman
Rasional: untuk memudahkan ibu menyusui bayinya
8)      Jelaskan penggunaan susu formula hanya jika diperlukan
Rasional:.agar memberikan informasi kepada ibu jika memerlukan susu formula
9)      Monitor integritas kulit sekitar putting
Rasional: untuk mencegah kulit sekitar putting lecet
10)  Instruksikan perawatan putting
Rasional: untuk mencegah putting lecet dan merangsang bayi untuk menghisap yang adekuat
2.2.3.3    Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d ketidakmampuan menelan dan menghisap
NOC
Kriteria hasil:
·      Adanya peningakatan berat badan
·      Tidak ada penurunan berat badan
·      Peningakatan reflex hisap
·      Tidak ada tanda-tanda malnutrisi
NIC
1)      Kaji kemampuan bayi dalam menghisap
Rasional:.untuk.mengetahui.kemampuan.refelx menghisap bayi
2)      Monitor adanya penurunan berat badan
R/untuk mencegah penurunan berat badan bayi
3)      Timbang berat badan tiap hari
R/untuk memantau adanya peningkatan berat badan
4)      Monitor turgor kulit
Rasional:.untuk mengetahui proses kembalinya turgor kulit
5)      Monitor perkembangan dan pertumbuhan bayi
Rasional:.untuk mengetahui adanya peningkatan perkembangan bayi
6)      Monitor keadaan umum bayi
Rasional: untuk mengetahui keadaan bayi tersebut
7)      Monitor jumlah nutrisi
Rasional: untuk memantau apakah jumlah nutrisi sudah sesuai dengan berat badan bayi
8)      Berikan informasi kepada orang tua tentang kebutuhan nutrisi bayi
Rasional:.agar orang tua mengetahui kebutuhan nutrisi bayinya
9)      Monitor interaksi ibu saat memberikan ASI
Rasional: untuk mengetahui apakah ibu bisa berinteraksi dengan bayinya saat menyusui
10)  Monitor adanya penurunan berat badan
Rasional:.agar dapat mencegah terjadinya penurunan berat badan.
2.2.3.4      Ikterus neonatus b.d usia neonatus 1-7 hari
NOC
Kriteri hasil:
·      Pertumbuhan dan perkembangan dalam batas normal
·      Tanda-tanda vital bayi dalam batas normal
·      Berat badan bayi=masa tubuh bayi
·      Tidak ada respon alergi sistemik

NIC
1)      Pantau adanya tanda-tanda ikterus
Rasional:.untuk mengetahui apakah ada tanda-tanda ikterus
2)      Pantau tingkat bilirubin bayi
Rasional:.untuk mengetahui apakah bayi mengalami ikterus
3)      Ubah posisi bayi setiap 2/4 jam sekali
Rasional: agar tidak terjadi lecet pada kulit
4)      Tempatkan lampu fototerapi diatas bayi sesuai dengan jarak
Rasional:.karena sesuai dengan indikasi yaitu 45 cm diatas bayi
5)      Monitor ada nya tanda-tanda dehidrasi
Rasional: untuk mencegah bayi rewel karena dehidrasi
6)      Timbang berat badan tiap hari
Rasional:.untuk mencegah adanaya penurunan berat badan
7)      Pantau keadaan mata
Rasional: untuk mencegah terjadinya iritasi pada mata
8)      Monitor tanda-tanda vital
Rasional: untuk mengetahui keadaan suhu tubuh bayi
9)      Monitor keadaan kulit
Rasional:.untuk mengetahui apakah kulit bayi terkelupas atau tidak
10)  Beritahukan orang tua tentang prosedur fototerapi dan perawatan
Rasional:.agar orang tua memahami tentang prosedur fototerapi

2.2.3.5      Resiko infeksi b.d pertahanan imunologis yang tidak adekuat
NOC
Kriteria hasil:
·      Pasien bebas dari tanda dan gejala infeksi
·      Jumlah leukosit dalam batas normal
·      Tidak ada tanda dan gejala infeksi yang muncul
NIC
1)      Anjurkan sebelum memegang bayi cuci tangan dulu
Rasional: untuk mencegah resiko infeksi nasokomial
2)      Bersihkan tempat tidur bayi
Rasional: untuk menjaga kebersihan tempat tidur bayi
3)      Batasi pengunjung hanya untuk orang tua nya saja
Rasional: untuk mencegah terjadi nya resiko infeksi
4)      Berikan obat antibiotik pada bayi
Rasional:.jika.keadaan.bayi.memang.memerlukan.obat antibiotik
5)      Pantau keadaan kulit bayi
Rasional:.untuk mengetahui apakah keadaan kulit bayi ada lecet atau tidak
6)      Monitor adanya tanda-tanda infeksi
Rasional: untuk mencegah terjadinya infeksi
7)...Instruksikan kepada orang tua untuk mencuci tangan sebelum memegang bayi
Rasional:.untuk mencegah terjadi nya resiko infeksi terhadap bayi
8)...Instruksikan kepada orang tua untuk memakai baju pelindung sebelum mengendong bayi nya
       Rasional:.jika baju yang ibunya pakai kotor atau ada debu, maka bayi tidak terkena karena ibunya sudah memakai baju pelindung
9)....Bersihkan area lingkungan sekitar bayi
Rasional:.agar.lingkungan.sekitar.bayi.tetap.terjaga kebersihannya dan meminimalkan terjadinya resiko infeksi
10) Monitor TTV
Rasional: untuk mengetahui status keadaan bayi
2.2.3.6     Diskontinuitas pemberian ASI b.d prematuritas
NOC
Kriteria hasil:
·      Pertumbuhan dan perkembangan bayi dalam batas normal
·      Tanda-tanda vital bayi dalam batas normal
·      Tidak ada penurunan berat badan
·      Berat badan=masa tubuh
NIC
1)      Posisikan bayi semi fowler
Rasional: agar bayi tidak tersedak
2)      Letakkan pentil dot diatas dilidah bayi
Rasional: untuk merangsang reflex hisap bayi
3)      Monitor reflex menelan pada bayi
Rasional:.untuk memberikan ASI yang sesuai dengan diet bayi
4)      Berikan kenyaman posisi pada saat pemberian asi
Rasional: untuk meningkatkan reflex menghisap bayi
5)      Pantau berat badan bayi
Rasional:.untuk mencegah adanya penurunan berat badan bayi
6)      Instruksikan kepada ibu teknik membersihkan mulut bayi setelah pemberian asi
Rasional:.untuk menjaga kebersihan mulut bayi supaya tidak ada jamurnya
7)      Bantu.ibu.untuk.mempertahankan.keberhasilan
pemberian asi
Rasional:.agar bayinya sehat dengan keberhasilan pemberian ASI yang efektif
8)      Berikan informasi kepada ibu cara memompa asi secara manual dan menyimpan asi
Rasional:.agar ibu bisa memberikan asi yang efektif pada bayinya dan menambah wawasan ibu dalam meningkatkan produksi asinya
9)      Berikan motivasi kepada ibu untuk selalu memberikan asi kepada bayinya
Rasional: agar.bayi.mendapatkan.asi.sesuai.dengan
Kebutuhannya
10)  Ingatkan kepada ibu untuk selalu menjaga kebersihan botol asinya
Rasional:.agar tetap menjaga kebersihan peralatan bayinya
2.2.3.7      Ketidakefektifan pola nafas b.d imanuritas otot-otot pernafasan dan penurunan ekspansi paru
NOC
Kriteria hasil:
·      Tanda-tanda vital dalam batas normal
·      Pasien tidak memakai alat bantu nafas
·      Pasien bernafas spontan
NIC
1)      Pertahankan jalan nafas yang paten
Rasional: agar dapat bernafas dengan baik
2)      Pertahankan posisi bayi
Rasional: untuk menjaga kepatenan jalan nafas
3)      Monitor suhu,warna,dan kelembapan kulit
Rasional: untuk mencegah kulit bayi lecet
4)      Monitor sianosis pada kuku bayi
Rasional: untuk mengetahui keadaan bayi
5)      Auskultasi suara nafas
Rasional: untuk memantau apakah ada suara nafas tambahan
6)      Observasi keadaan umum bayi
Rasional: untuk mengetahui keadaan bayi seperti apa
7)      Berikan oksigen bila perlu
Rasional: oksigen diberikan apabila keadaan bayi gawat nafas
8)      Bersihkan mulut bayi, jika perlu
Rasional: apabila keadaan mulut bayi bisa menghambat keefektifan jalan nafas, maka dibersihkan
9)      Monitor pola nafas bayi
Rasional:.untuk mengetahui apakah bayi mengalami distres nafas
10)  Monitor tanda-tanda vital
Rasional:.untuk mengetahui status keadaan bayi seperti apa
2.2.3.8     Disfungsi motilitas gastrointestinal b.d prematuritas
NOC
Kriteria hasil:
·      Frekuensi warna, konsistensi banyaknya feses dalam batas normal
·      Tidak ada darah di feses
·      Tidak ada diare
·      Tanda-tana vital dalam batas normal
NIC
1)      Monitor tanda-tanda vital
Rasional: untuk mengetahui status keadaan bayi

2)      Monitor status cairan
Rasional:.untuk.mengetahui.seberapa.banyak.cairan yang masuk
3)      Monitor bising usus
Rasional: bising usus terdengar normal atau abnormal
4)      Pasang ogt jika diperlukan
Rasional:.untuk memudahkan cairan masuk kedalam lambung
5)      Monitor apakah terjadi diare
Rasional: untuk mengetahui tingkat dehidrasi
6)      Monitor warna Bab
Rasional:.untuk mengetahui apakah warna bab bayi tersebut seperti apa
7)      Jaga kebersihan baju dan tempat tidur
Rasional: agar lingkungan sekitar bayi tetap bersih
8)      Evaluasi warna bab secara rutin
Rasional:.apakah warna bab bayi bercampur dengan darah atau yang seperti apa
9)      Tingkatkan pemberian ASI
Rasional: untuk mencegah bayi mengalami dehidrasi
10)  Catat intake dan output
Rasional:.untuk mengetahui keseimbangan cairan intake dan output bayi

             DAFTAR RUJUKAN

Aisyah...et....al...(2010).....(Internet)......Termuat...dalam:<http://www.angkakematianbayi/> (Diakses pada tanggal 20 April 2016).

DEPKES. (2009). Angka Kematian Bayi. (Internet). Termuat dalam:<http://www.angkakematianbayi/> (Diakses pada tanggal 20 April 2016).

Dwienda, Octa, R & Maita, Liva & Saputri, Maya, E & Yulviana Rina. (2014). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi/Balita dan Anak Pra sekolah. Yogjakarta: Deepublish.

Ismawati, C & Proverawati, A. (2010). Berat Badan Lahir Rendah. Yogjakarta: Nuha Medika.

Kusuma, H & Nurarif, A. (2013). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnisa Medis & Nanda NIC NOC. Yogjakarta: Mediacation Publishing.

Maryunani Anik. (2013). Asuhan Bayi Dengan Berat Badan Lahir Rendah. Jakarta: CV Trans Info Medika.

Oced. (2010). Health at a glance. Inggris: Publishing: Europe.

Oxorn, Harry & Forte, william, R. (2010). Ilmu Kebidanan. Patologi dan Fisiologi Persalinan. Yogjakarta: Yayasan Essentia Medica.

Pantiawati Ika. (2010). Bayi Dengan Berat Badan Lahir Rendah. Yogjakarta: Nuha Medika.

Rahmawati, R. & Jaya, N, A. (2010). Jurnal Media Kebidanan Poltekkes Makasar. Pengaruh Faktor Maternal Terhadap Kejadian Bayi Berat Badan Lahir Rendah di Rumah Sakit Umum Daerah Ajjatpannge Watan Soppeng Kabupaten Soppeng Tahun 2010. (Diakses pada tanggal 13 Mei 2016).

Rukiyah, Y &       Yulianti, L. (2010). Asuhan Neonatus Bayi Dan Balita. Jakarta: CV Trans Info Medika.
Spitz, Lewis & Coran, Arnold. (2013). Operative Pediatric Surgery, Seventh Edition. Page 3. London. New york: Taylor & Francis group.

Triana, Ani, Damayanti, Putri, I, Afni Rifa, & Yanti Selvi, J. (2015). Buku Ajar Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal. Yogjakarta: Deepublish.

WHO. (2013). Prevelensi BBLR di dunia. (Internet). Termuat dalam:<http://www.ppmrs/aktualisasikeselamatanbayibblr/> (Diakses pada tanggal 13 Mei 2016).

Zr, Arief & Kristiyanasari, Weni. (2009). Neonatus dan Asuhan Keperawatan Anak. Yogjakarta: Nuha Medika.