Monday, March 26, 2018

Laporan Pendahuluan Ileus Obstruksi


BAB 1


I.                   Konsep Penyakit
1.1  Definisi/deskripsi penyakit
Ileus obstruktif adalah blok saluran usus yang menghambat pasase cairan, flatus dan makanan, dapat secara mekanis atau funsional (Iin Inayah,2004:202).
Ileus obstruktif adalah Suatu Penyumbatan Mekanis Pada Usus merupakan penyumbatan yang sama sekali menutup atau mengganggu jalannya isi usus. (medicastore.com).
Ileus obstruktif adalah kerusakan atau hilangnya pasase isi usus yang disebabkan oleh sumbatan mekanik. (medlinux.com).
Ileus obstruktif adalah kerusakan komplet atau parsial aliran ke depan dari usus. Kebanyakan terjadi pada usus halus khususnya di ileum, segmen paling sempit. (wordpress.com).

1.2  Etiologi
1.2.1        Adhesi (perlengketan usus halus) merupakan penyebab tersering ileus obstruktif, sekitar 50-70 % dari semua kasus. Adhesi bisa disebabkan oleh riwayat operasi intraabdominal. Obstruksi yang disebabkan oleh adhesi berkembang sekitar 5% dari pasien yang mengalami operasi abdomen dalam hidupnya. Perlengketan kongenital juga dapat menimbulkan ileus obstruktif didalam masa anak-anak.
1.2.2        Hernia inkarserata eksternal (inguinal, femoral,umbilical,insisional atau parastomal) merupakan yang terbanyak kedua sebagai penyebab ileus obstruktif dan merupakan penyebab tersering pada pasien yang tidak mempunyai riwayat operasi abdomen. Hernia interna (paraduodenal,kecacatan mesentericus, dan hernia foramen winslow) juga bisa menyebabkan hernia.
1.2.3        Neoplasma. Tumor primer usus halus dapat menyebabkan obstruksi intralumen, sedangkan tumor metastase atau tumor intra abdominal dapat menyebabkan obstruksi melalui kompresi eksternal.
1.2.4        Intususepsi usus halus menimbulkan obstruksi dan ischemia terhadap bagian usus yang mengalami intususepsi. Tumor, polip atau pembesaran limphanodus mesentericus dapat sebagai petunjuk awal adanya intususepsi
1.2.5        Penyakit Crohn dapat menyebabkan obstruksi sekunder sampai inflamasi akut selama masa infeksi atau karena striktur yang kronik.
1.2.6        Volvulus sering disebabkan oleh adhesi atau kelainan kongenital, seperti malrotasi usus. Volvulus lebih sering sebagai penyebab obstruksi usus besar.
1.2.7        Batu empedu yang masuk ke ileus. Inflamasi yang berat dari kantong empedu ke duodenum atau usus halus  yang menyebabkan batu empedu masuk ketraktus gastrointestinal. Batu  empedu yang besar dapat terjepit di usus halus, umumnya pada bagian ileum terminal atau katup ileocaecal yang menyebabkan obstruksi.
1.2.8        Striktur yang sekunder berhubungan dengan ischemia, inflamasi, terapi radiasi atau trauma operasi.
1.2.9        Penekanan eksternal oleh tumor, abses, hematoma,intususepsi atau penumpukan cairan
1.2.10    Benda asing, seperti bezoar.
1.2.11    Divertikulum meckel yang bisa menyebabkan volvulus, intususepsi atau hernia littre
1.2.12    Fibrosis kistik dapat menyebabkan obstruksi parsial kronil pada ileum distalis dan kolon kanan sebagai akibat adanya benda seperti meconium.
1.3  Tanda gejala
1.3.1        Nyeri tekan pada abdomen
1.3.2        Muntah
1.3.3        Konstipasi (sulit BAB)
1.3.4        Distensi abdomen
1.3.5        Bab darah dan lendir tapi tidak ada feses dan flatus (Kapita Selekta,2000,hal 318)

1.4  Patofisiologi
Semua peristiwa patofisiologik yang terjadi setelah obstruksi usus adalah sama, tanpa memandang apakah obstruksi tersebut diakibatkan oleh penyebab mekanik atau nonmekanik. Perbedaan utama adalah pada obstruksi paralitik peristaltic dihambat dari permulaan, sedangkan pada obstruksi mekanik peristaltic mula-mula diperkuat, kemudian intermiten  dan akhirnya hilang.sekitar 6-8 liter cairan diekskresikan kedalam saluran cerna setiap hari. Sebagian besar cairan diasorbsi sebelum mendekati kolon. Perubahan patofisiologi utama pada obstruksi usus adalah adanya lumen usus yang tersumbat, ini menjadi tempat perkembangan bakteri sehingga  terjadi akumulasi gas dan cairan (70% dari gas yang tertelan). Akumulasi gas dan cairan dapat terjadi dibagian proksimal atau distal usus. Apabila akumulasi terjadi didaeah distal mengakibatkan terjadinya peningkatan tekanan intra abdomen dan intra lumen. Hal ini dapat meningkatkan terjadinya peningkatan permeabilitas kapiler dan ekstravasasi air dan elektrolit di peritoneal.dengan peningkatan permeabilitas dan ekstravasasi menimbulkan retensi cairan di usus dirongga peritoneum menakibatkan terjadi penurunan sirkulasi dan volume darah. Akumulasi gas dan cairan di bagian proksimal mengakibatkan kolapsnya usus sehingga terjadi distensi abdomen. Terjadi penekanan pada vena mesenterika yang mengakibatkan kegagalan oksigenasi dinding usus sehingga aliran darah keusus menurun, terjadilah iskemi dan kemudian nekrotik usus. Pada usus yang mengalami nekrotik terjadi peningkatan permeabilitas kapiler dan pelepasan bakteri dan  toksin sehingga terjadi perforasi. Dengan adanya perforasi akan menyebabkan bakteri masuk kedalam sirkulasi sehingga terjai sepsis dan peritonitis.
Masalah lain yang timbul dari distensi abdomen adalah penurunan fungsi usus dan peningkatan sekresi sehingga terjadi penimbunan di intra lumen secara progresif yang akan menyebabkan terjadinya retrograde peristaltic sehingga terjadi kehilangan cairan dan elektrolit. Bila hal ini tidak ditangani dapat meyebababkan syok hipovolemik. Kehilangan cairan dan eletrolit yang berlebih berdampak pada penurunan curah jantung sehingga darah yang dipompakan tidak dapat memenuhi kebutuhan seluruh tubuh sehingga terjadi  gangguan perfusi jaringan pada otak, sel dan ginjal. Penurunan perfusi dalam sel menyebabkan terjadinya metabolisme anaerob  yang akan meningkatkan  asam lactat dan menyebabkan asidosis metabolic. Bila terjadi  pada  otak akan meyebabkan hipoksia jaringan  otak, iskemik dan infark. Bila terjadi pada  ginjal  akan merangsang pertukaran natrium dan  hydrogen di tubulus proksimal  dan pelepasan aldosterone, merangsang sekresi hydrogen di nefron bagian distal sehingga terjadi peningkatan  reabsorbsi  HCO3- dan penurunan kemampuan ginjal untuk membuang HCO3. Hal ini akan menyebabkan terjadinya alkalosis metabolic (Price & Wilson, 2007)

1.5  Pemeriksaan Penunjang
Adapun pemeriksaan diagnostik yang bisa dilakukan antara lain:
1.5.1        Pemeriksaan sinar x: untuk menunjukan kuantitas abnormal dari gas  atau cairan dalam usus.
1.5.2        Pemeriksaan laboratorium (misalnya pemeriksaan elektrolit dan jumlah darah lengkapa) akan menunjukan gambaran dehidrasi dan kehilangan volume plasma dan kemungkinan  infeksi.
1.5.3        Pemeriksaan radiogram abdomen sangat penting untuk menegakkan diagnosa obstruksi usus. Obstruksi mekanis usus halus ditandai oleh udara didalam usus halus, tetapi tidak ada gas dalam usus. Bila foto fokus tidak memberi kesimpulan, dilakukan radiogram barium untuk mengetahui tempat obstruksi
(Brunner  and Suddarth,2001,hal 1121).

1.6  Komplikasi
1.6.1        Peritonitis karena absorbsi toksin dalam rongga peritoneum sehingga terjadi peradangan atau infeksi  yang hebat pada intra abdomen. 
1.6.2        Perforasi dikarenakan obstruksi yang sudah terjadi selalu lama pada organ intra abdomen
1.6.3        Sepsis, infeksi akibat dari peritonitis, yang tidak tertangani dengan baik dan cepat.
1.6.4        Syok hipovolemik terjadi akibat  dehidrasi dan kehilangan volume plasma.
(Brunner and Suddarth, 2002, hal 1122)

1.7  Penatalaksanaan
Penata laksanaan medis
Dengan laparoskopi,sayatan kecil (pemotongan ) akan dilakukan pada perut.
Kolostomi: adalah prosedur untuk membuat stoma (pembukaan) antara usus dan dinding perut. Ini mungkin dilakukan sebelum memiliki operasi untuk menghapus usus yang tersumbat. Kolostomi juga dapat untuk menghilangkan udara atau cairan dari usus. Hal ini juga dapat membantu memeriksa kondisi perawatan sebelum operasi. Dengan kolostomi, tinja keluar dari stoma kedalam kantong tertutup. Tinja mungkin berair, tergantung pada bagian mana usus besar digunakan untuk kolostomi tersebut.stoma mungkin ditutup beberapa hari setelah operasi usus setelah sembuh.
Stent: adalah suatu tabung logam kecil yang memperluas daerah usus yang tersumbat. Dengan menyisipkan stent kedalam usus menggunakan ruang lingkup (tabung, panjang ditekuk tipis) stent dapat membuka usus untuk membiarkan udara dan makanan lewat. Menggunakan stent juga untuk membantu mengurangi gejala sebelum operasi.
Dasar pengobatan obstruksi usus adalah koreksi keseimbangan cairan dan elektrolit, menghilangkan peregangan dan muntah dengan intubasi dan kompresi, memperbaiki peritonitis dan syok bila ada, serta menghilangkan obstruksi untuk memperbaiki kelangsungan dan fungsi usus kembali normal.
1.7.1        Obstruksi usus  halus
Dekompresi usus  melalui selang usus halus atau nasogatrik bermanfaat dalam mayoritas kasus. Apabila usus tersumbat secara lengkap, maka strangulasi yang terjadi memerlukan intervensi bedah. Sebelum pembedahan terapi IV diperlukan untuk mengganti penipisan air, natrium,klorida dan kalium.
Tindakan pembedahan terhadap obstruksi usus sangat tergantung pada penyebab obstruksi. Penyebab paling umum dari obstruksi, seperti hernia dan perlekatan, prosedur bedah mencakup perbaikan hernia atau pemisahan perlekatan pada usus tersebut. Pada beberapa situasi, bagian dari usus yang terkena dapat diangkat dan dibentuk anastomosis. Kompleksitas prosedur bedah untuk obstruksi usus tergantung pada durasi obstruksi dan kondisi usus yang ditemukan selama pembedahan.
1.7.2        Obstruksi usus besar
Apabila obstruksi relative tinggi dalam kolon, kolonoskopi dapat dilakukan untuk membuka lilitan dan dekompresi usus. Sekostomi, pembukaan secara bedah yang dibuat pasa sekum dapat dilakukan pada pasien yang beresiko buruk terhadap pembedahan dan sangat memerlukan pengangkatan obstruksi. Tindakan lain yang biasa dilakukan adalah reseksi bedah untuk mengangkat lesi penyebab obstruksi. Kolostomi sementara dan permanen mungkin diperlukan








I.                    Rencana Asuhan Klien Dengan Gangguan Ileus Obstruksi
1.1  Pengkajian
Biodata klien yang penting meliputi nama, umur, jenis kelamin,  agama, suku.
1.1.1        Riwayat keperawatan
1.1.1.1  Keluhan utama
Keluhan utama adalah keluhan yang dirasakan klien pada saat dikaji. Pada umumnya akan ditemukan klien merasakan nyeri pada abdomennya biasanya terus menerus, demam, nyeri tekan lepas, abdomen tegang dan kaku.
1.1.1.2  Riwayat kesehatan sekarang
Mengungkapkan hal-hal yang menyebabkan klien mencari pertolongan, dikaji dengan menggunakan pendekatan PQRST:
P: apa yang menyebabkan timbulnya keluhan
Q: bagaimana keluhan dirasakan oleh klien, apakah hilang, timbul atau terus menerus
R: didaerah mana gejala dirasakan
S: seberapa keparahan yang dirasakan klien dengan memakai skala numeric 1-10
T: Kapan keluhan timbul, sekaligus factor yang memberatkan dan memperingan keluhan.
1.1.1.3  Riwayat kesehatan masa lalu
Perlu dikaji apakah klien pernah menderita penyakit yang sama, riwayat ketergantungan terhadap makanan/ minuman, zat dan obat-obatan.
1.1.1.4  Riwayat kesehatan keluarga
Apakah ada anggota keluarga yang mempunyai penyakit yang sama dengan klien.

1.1.2        Pemeriksaan fisik
Keadaan umum lemah; lemah, kesadaran menurun sampai syok hipoolemia, suhu  meningkat (39oC), pernafasan meningkat, nadi meningkat, tekanan darah meningkat.
1.1.2.1  aktiitas/istrahat
gejala: kelelahan dan ngantuk
tanda:  kesulitan ambulasi
1.1.2.2  sirkulasi
gejala: takikardia, pucat, hipotensi (tanda syok)

1.1.2.3  Eliminasi
Gejala : distensi abdomen, ketidakmampuan defekasi dan flatus
Tanda : perubahan warna urine dan feces
1.1.2.4  Makanan/cairan
Gejala : anoreksia,mual/muntah dan haus terus menerus.
Tanda : muntah berwarna hitam dan fekal. Membran mukosa pecah-pecah. Kulit buruk.
1.1.2.5  Nyeri/Kenyamanan
Gejala : Nyeri abdomen terasa seperti gelombang dan bersifat kolik.
Tanda : Distensi abdomen dan nyeri tekan
1.1.2.6  Pernapasan
Gejala : Peningkatan frekuensi pernafasan
Tanda : Napas pendek dan dangkal

1.1.3        Pemeriksaaan Penunjang
1.1.3.1  Pemeriksaan sinar X : akan menunjukkan kuantitas abnormal dari gas dan cairan dalam usus.
1.1.3.2  Pemeriksaan simtologi
1.1.3.3  Hb dan PCV: meningkat akibat dehidrasi
1.1.3.4  Leukosit: normal atau sedikit meningkat
1.1.3.5  Ureum dan eletrolit: ureum meningkat, Na+ dan Cl- rendah
1.1.3.6  Rontgen toraks : diafragma meninggi akibat distensi abdomen
1.1.3.7  Rontgen abdomen dalam posisi telentang: mencari penyebab (batu empedu, volvulus, hernia)
1.1.3.8  Sigmoidoskopi: menunjukkan tempat obstruktif.

1.2  Dignosa Keperawatan yang mungkin muncul
Diagnosa 1 : Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik
1.2.1        Definisi : Pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan yang muncul akibat kerusakan jaringan yang actual atau potensial atau digambarkan dalam hal kerusakan sedemikian rupa (internasional association for the study of plain) : awitan yang tiba-tiba atau lambat dari intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat diantisipasi atau diprediksi dan berlangsung < 6 bulan.
1.2.2        Batasan karakteristik
·         Perubahan selera makan
·         Perubahan tekanan darah
·         Perubahan frekwensi jantung
·         Perubahan frekwensi pernapasan
·         Laporan isyarat
·         Diaphoresis
·         Perilaku distraksi (misal  :berjalan mondar-mandir mencari orang lain dan atau aktivitas lain, aktivitas yang berulang)
·         Mengekspresikan perilaku (misal : gelisah, merengek, menangis)
·         Masker wajah (misal : mata kurang bercahaya, tampak kacau, gerakan mata berpencar atau tetap pada satu focus meringis)
·         Sikap melindungi area nyeri
·         Focus menyempit (misal : gangguan persepsi nyeri, hambatan proses berpikir, penurunan interaksi dengan orang dan lingkungan)
·         Indikasi nyeri yang dapat diamati
·         Perubahan posisi untuk menghindari nyeri
·         Sikap tubuh melindungi
·         Dilatasi pupil
·         Melaporkan nyeri secara verbal
·         Gangguan tidur
1.2.3        Faktor yang berhubungan :
Agen cidera (misal : biologis, zat kimia, fisik, psikologis)

Diagnosa 2 : Resiko kekurangan volume cairan
1.2.4        Definisi : berisiko mengalami dehidrasi vascular, selular atau intraselular.
1.2.5        Faktor resiko :
·         Kehilangan volume cairan aktif
·         Kurang pengetahuan
·         Penyimpangan yang mempengaruhi absorbs cairan
·         Penyimpangan yang mempengaruhi akses cairan
·         Penyimpangan yang mempengaruhi asupan cairan
·         Kehilangan berlebihan melalui rute normal (misal : diare)
·         Usia lanjut
·         Berat badan ekstrem
·         Factor yang mempengaruhi kebutuhan cairan (misal : status hipermetabolik)
·         Kegagalan fungsi regulator
·         Kehilangan cairan melalui rute abnormal (misal : siang menetap)
·         Agens fermasutikal (misal : diuretic)
1.3  Perencanaan
Diagnosa 1 : Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik
1.3.1        Tujuan dan kriteria hasil
Tujuan : setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan ….X….jam, nyeri berkurang atau hilang
Kriteria hasil :
·         Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan)
·         Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manjemen nyeri
·         Mampu mengenali nyeri (skala intensitas, frekwensi dan tanda nyeri)
·         Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
1.3.2         Intervensi keperawatan
·         Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekwensi, kualitas, dan factor presipitasi
·         Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
·         Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien
·         Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri
·         Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
·         Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain tentang ketidakefektifan control nyeri masa lampau
·         Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan
·         Control lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan
·         Kurangi factor presipitasi nyeri
·         Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi, nonvfarmakologi dan inter personal)
·         Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi
·         Ajarkan tentang teknik non farmakologi
·         Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
·         Evaluasi ktidakefektifan control nyeri
·         Tingkatkan istirahat
·         Kolaborasi dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil
·         Monitor penerimaan pasien tentang manajemen nyeri

Diagnosa 2 : Resiko kekurangan volume cairan
1.3.3        Tujuan dan kriteria hasil
Tujuan : setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan ….X….jam, volume cairan dapat terpenuhi
Kriteria hasil :
·         Mempertahankan urine output sesuai dengan usia dan BB, BJ urine normal, HT normal
·         Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas normal
·         Tidak ada tanda-tanda dehidrasi, elastisitas turgor kulit baik, membran mukosa lembab, tidak ada rasa haus yang berlebihan
1.3.4        Intervensi keperawatan
·         Pertahankan catatan intake dan output yang akurat
·         Monitor status hidrasi (kelembaban membrane mukosa, nadi adekuat, tekanan darah ortostatik jika diperlukan
·         Monitor vital sign
·         Monitor masukan makanan / cairan dan hitung intake kalori harian
·         Kolaborasi pemberian cairan IV
·         Monitor status nutrisi
·         Berikan cairan IV pada suhu ruangan
·         Dorong masukan oral
·         Berikan penggantian nesogastrik sesuai output
·         Dorong keluarga untuk membantu pasien makan
·         Tawarkan snack (jus buah, buah segar)
·         Kolaborasi dengan dokter
·         Atur kemungkinan transfuse
·         Persiapan untuk transfuse
Hypovolemia Management
·         Monitor status cairan termasuk intake dan output cairan
·         Pelihara IV line
·         Monitor tingkat HB dan hematokrit
·         Monitor tabda vital
·         Monitor respon pasien terhadap penambahan cairan
·         Monitor berat badan
·         Dorong pasien untuk menambah intake oral
·         Pemberian cairan IV monitor adanya tanda dan gejala kelebihan volume cairan
·         Monitor adanya tanda gagal ginjal





DAFTAR PUSTAKA

Arief, Fatratul Wahyi. (2012). Askep Ileus Obstruktif. http://erghy-asuhankeperawatan.blogspot.com.Diakses tanggal  mei 2017

Arief.M, dkk,.(2000). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: FKUI

Brunner & Suddarth,.(2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Alih bahasa    Agung Waluyo, dkk, Edotor Monica Ester, dkk Ed.8. Jakarta: EGC

Price & Wilson,. (2007). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Edisi 6, Volume 1. Jakarta:EGC.

Amin Huda Nurarif, Hardhi Kusuma. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc Edisi Revisi Jilid 1 Jogjakarta : MediAction

Inayah, iin,  (2004). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. 202  Jakarta : EGC











No comments:

Post a Comment