Monday, July 3, 2017

Laporan pendahaluan Infark Miokard Akut (Stemi)

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1.   Latar Belakang
Di era globalisasi sekarang orang-orang di seluruh dunia saat ini senang yang praktis. Contohnya saja dari makanan, orang-orang suka sekali mengkonsumsi makanan siap saji. Apabila sering mengkonsumsi makanan siap saji bisa menimbulkan berbagai penyakit, karena pada makanan siap saji mengandung lemak jahat yang sulit di metabolisme di dalam tubuh, yang bisa mengakibatkan kolestrol tinggi. sehingga metabolisme dalam tubuh menjadi lambat dan menyebabkan obesitas. Obesitas dapat menyebabkan berbagai penyakit salah satunya penyakit jantung. Karena lemak yang tidak mudah di hancurkan dapat menyebabkan plak yang menempel pada arteri koroner yang menyebabkan suplai oksigen di dalam darah ke jantung berkurang, kalau dibiarkan saja akan berakibat fatal yaitu bisa menjadi sumbatan total pada arteri koroner yang sering disebut Infark Miokard Akut.

MenurutUdjianti Wajan Juni di dalam buku Keperawatan Kardiovaskular (2011), Infark  Miokard Akut adalah suatu keadaan infark atau nekrosis otot jantung karena kurangnya suplai darah dan oksigen pada miokard (ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen miokard).

Menurut Alwi, I di dalam buku Ilmu Penyakit Dalam (2014), ST Elevasi Infark Miokard adalah sindrom klinis yang didefinisikan sebagai gejala iskemia miokard dan dikaitkan dengan gambaran EKG berupa elevasi ST yang persisten dan diikuti pelepasan biomarker nekrosis miokard. Mortalitas selama perawatan (5-6%) dan mortalitas 1 tahun (7-18%)  cenderung menurun dikaitkan dengan peningkatan terapi medis sesuai pedoman dan intervensi. Tanda dan gejala umum pada penderita STEMI sendiri yaitu, nyeri pada dada kiri  yang menyebar smpai ke bahu, leher


dan lengan. Nyeri dirasakan seperti di tusuk-tusuk, ditekan, rasa terbakar,rasa terpelintir, rasa tertindih benda berat. Selain nyeri, klien juga mersakan mual, muntah, berkeringat dingin, cemas terhadap penyakit yang dirasakannya, bada tersa lemas, kadang sulit bernafas.

Robbins et al, (2012) mengatakan Infark miokard akut merupakan penyakit yang diagnosis rawat inapnya tersering pada negara maju. Infark Miokard Akut ialah penyebab tunggal kematian di negara industri dan resikonya meningkat secara progresif seumur hidup. Pasien yang terkena IMA diperkirakan 1,5 jua orang dengan kematian 500.000 pasien setiap tahunnya di Amerika Serikat. Usia yang sering menderita Infark Miokardd Akut berkisar antara 45 dan 54 tahun dan laki-laki memiliki kemungkinan terkena Infark Miokard Aakut empat sampai lima kali dibandingan perempuan. Resiko penyakit menjadi setara kepada kedua jenis kelamin setelah usia 80 tahun untuk penyakit sistematik secara umum.

Okvitasari et al, (2016) di dalam jurnal (Diakses pada hari jum’at, 20 Mei 2016 pukul 15.30 WITA) di tulis Laporan Badan Kesehatan Dunia (WHO),September 2009, menyebutkan bahwa penyakit jantung merupakan penyebabkematian pertama sampai saat ini. Pada2004, diperkirakan, 17,1 juta orang meninggal karena Penyakit Jantung Koroner. Angka inimerupakan 29% dari penyebab kematian global, dengan perincian 7,2 juta meninggalkarena Penyakit Jantung Koroner dan sekitar 5,7 juta orangmeninggal karena stroke. Di bawah gambarposisi jantung pada manusia, dada sebelahkiri, jadi nyeri dada sebelah kiri salah satu indikasi penyempitan pembuluh jantungkoroner. Berbagai penelitian klinis diAmerika dan Eropa menunjukkan bahwapenderita penyakit jantung korner yangberobat dengan teratur dapat menjaga tekanandarah dalam batas normal, menjagakonsentrasi kolesterol LDL dalam batas normal dan menjaga berat badan ideal akandapat menjalani hidup berkulitas danmenghindari terjadinya gagal jantungkongestif.
Di dalam naskah di tulis menurut data American Heart Association (AHA) tahun 2015(Diakses pada hari sabtu, 15 april 2016 jam 12.15 WITA) mengatakan angka kematian penyakit kardiovaskular di Amerika Serikat sebesar 31,3%. Di Indonesia, berdasarkan laporan Direktorat Jendral Pelayanan Medik (DitjenYanmed) tahun 2013, penyakit sistem sirkulasi termasuk didalamnya penyakit kardiovaskular dan stroke menjadi penyebab kematian utama. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 melaporkan prevalensi penyakit jantung koroner di Indonesia berdasarkan diagnosis dokter atau gejala sebesar 1,5% (Ditjen Yanmed, 2013; Veronique, 2007; Riskesdas, 2013; Mozaffarian et al., 2015).

Perhimpunan Kardiologi Indonesia (2015)(Diakses pada hari senin, 23 Mei 2016 jam 09.00 WITA), Laporan dari negara-negara maju seperti Amerika, Eropa, dan Australia menyatakan bahwa, peringkat pertama penyebab kematian pada perempuan usia 65 tahun ke atas adalah penyakit jantung, diikuti oleh kanker dan stroke. Hal serupa juga akan terjadi di Indonesia, yang ikut berkontribusi atas hampir sembilan juta kematian perempuan dunia setiap tahun akibat penyakit jantung dan pembuluh darah (kardiovaskular). Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan kontributor kematian terbesar, padahal penyakit ini sebenarnya dapat dicegah seperti halnya mencegah stroke.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (KemKesRI) (2014) (Diakses pada hari rabu, 4 Mei 2016 jam 11.00 WITA), Penyakit jantung dan pembuluh darah merupakan salah satu masalah kesehatan utama di negara maju maupun berkembang. Penyakit ini menjadi penyebab nomor satu kematian di dunia setiap tahunnya. Pada tahun 2008 diperkirakan sebanyak 17,3 juta kematian disebabkan oleh penyakit kardiovaskuler. Lebih dari 3 juta kematian tersebut terjadi sebelum usia 60 tahun. Terjadinya kematian dini yang disebabkan oleh penyakit jantung berkisar sebesar 4% di negara berpenghasilan tinggi, dan 42% terjadi di negara berpenghasilan rendah. Kematian yang disebabkan oleh penyakit jantung pembuluh darah, terutama penyakit jantung koroner dan stroke diperkirakan akan terus meningkat mencapai 23,3 juta kematian pada tahun 2030.Di Indonesia penyakit jantung dan pembuluh darah ini terus meningkat dan akan memberikan beban kesakitan, kecacatan dan beban sosial ekonomi bagi keluarga penderita, masyarakat, dan negara. Prevalensi penyakit jantung koroner di Indonesia tahun 2013 berdasarkan diagnosis dokter sebesar 0,5%. Sedangkan berdasarkan diagnosis dokter gejala sebesar 1,5%. Sementara itu, prevalensi penyakit gagal jantung di Indonesia tahun 2013 berdasarkan diagnosis dokter sebesar 0.13%.

Dalam tesis, Okvitasari (2016) mengatakan bahwa berdasarkan riset kesehatan dasar tahun 2007 yang dilaksanakan oleh Kementrian Kesehatan Republik indonesia, menyebutkan bahwa penyebab kematian utamadi indonesia adalah stroke, yaitu sebesar 26,7% dari seluruh penyebab kematian, sedangkan kematian akibat (PJK) sebesar 9,3%. Dengan demikian apabila kedua penyakit tersebut di gabung sebagai penyakit kardiovaskular, maka penyakit kardiovaskular tetap sebagai penyebab kematian utama di Indonesia, sebesar 36,2% dari seluruh penyebab kematian. Data Perhimpunan Kardiologi Indonesia (PERKI) cabang kalimantan selatan penderita peyakit jantung koroner terus meningkat. Pada tahun 2010 ada 748 kasus dan tahun 2011 ada 748 kasus dan tahun 2012 ada 799 kasus dengan rata-rata kekambuhan /  serangan 7 kali setahun.
  
Data-data dari Rumah Sakit Umum Daerah Ulin Banjarmasin di Ruang ICCU  menunjukkan bahwa pada bulan desember 2015 – februari 2016 melaporkan bahwa, dari 762 pasien yang masuk ruang ICCU dengan diagnosis STEMI sebanyak 54 pasien.  Sedangkan angka kematian di rumah sakit ruang perawatan Intensive Coronary Care Unit / ICCU pada pasien dengan diagnosis STEMI sebanyak 21 pasien.

Studi pendahuluan berdasarkan dari observasi di RSUD Ulin Banjarmasin  di ruang ICCU bahwa pasien dengan Infark Miokard Akut yaitu  dengan usia lebih dari 40 tahun, kebanyakan penderita stemi sendiri terjadi pada pria, dibandingkan pada wanita yang meningkat setelah menopause, mengeluh nyeri pada dada kiri  yang menyebar smpai ke bahu, leher dan lengan. Nyeri dirasakan seperti di tusuk-tusuk, di tekan, rasa terbakar, rasa terpelintir, rasa tertindih benda berat. Selain nyeri, klien juga merasakan mual, muntah, berkeringat dingin, cemas terhadap penyakit yang dirasakannya, bada terasa lemas, kadang sulit bernafas. Sedangkan berdasarkan wawancara langsung dengan klien dengan Infark Miokard Akut mengatakan bahwa  klien sering melakukan aktifitas berlebihan, sering emosi, makan makanan yang berlemak seperti makanan siap saji, merokok dan minum kopi berlebihan. klien juga merasakan mual, muntah, berkeringat dingin, cemas terhadap penyakit yang dirasakannya, bada tersa lemas, kadang sulit bernafas.

Kejadian atau fenomena Infark Miokard Akut memiliki pengertian yaitu suatu keadaan infark atau nekrosis otot jantung karena kurangnya suplai darah dan oksigen pada miokard (ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen miokard) yang penyebabumumnya yang terjadi pada klien STEMI (ST Elevasi Miokardium), biasanya terjadi pada pola hidup masyarakat di perkotaan seperti aktifitas berlebihan, emosi, makan makanan yang berlemak seperti makanan siap saji, usia lebih dari 40 tahun, kebanyakan penderita stemi sendiri terjadi pada pria, dibandingkan pada wanita yang meningkat setelah menopause dengan tanda gejala umum pada penderita STEMI sendiri yaitu, nyeri pada dada kiri  yang menyebar smpai ke bahu, leher dan lengan. Nyeri dirasakan seperti di tusuk-tusuk, di tekan, rasa terbakar, rasa terpelintir, rasa tertindih benda berat. Selain nyeri, klien juga merasakan mual, muntah, berkeringat dingin, cemas terhadap penyakit yang dirasakannya, bada tersa lemas, kadang sulit bernafas.

Dampak dari Infark Miokar Akut yaitu Disritmia, paling sering dari Infark Miokard Akut adalah gangguan irama jantung. Gagal jantung kongestif dan syok kardiogenik. Tromboemboli, Infark Miokard Akut yang meninggal mempunyai emboli arterial ke otak, ginjal, limpa, atau mesenterium.Perikarditis. Nyeri dada dari perikarditis akut terjadi tiba-tiba dan berat serta konstan pada dada anterior. Ruptura Miokardium, Ruptur ini menyebabkan tamponade jantung dan kematian.

Dari kasus atau fenomena di atas tersebut kiranya perlu adanya penanganan yang komprensif dan menyeluruh dari petugas kesehatan dalam hal ini perawat, dalam memberikan asuhan keperawatan secara biopsikososial dan spiritual. Dengan asuhan keperawatan yang komprehensif ini diharapkan nantinya dapat mengurangi mortalitas akibat penyakit jantung khususnya penyakit Infark Miokard Akut ini.

Oleh karena itulah, penulis bertujuan untuk  memberikan informasi tentang gambaran hasil asuhan keperawatan pada klien dengan penyakit Infark Miokard Akut ini agar dapat mengetahui tentang penyakit Infark Miokard Akut itu sendiri.
  
1.2.   Tujuan Penulisan
1.2.1. Tujuan umum
Tujuan umum dari pembuatan laporan ini bertujuan untuk memberikan informasi tentang gambaran hasil pemberian asuhan keperawatan pada klien dengan penyakit infark miokard akut secara komperhensif meliputi aspek biopsikososial dan spiritual dengan kebudayaan di Banjarmasin atau di Kalimantan selatan dengan pendekatan proses keperawatan serta untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan Program D3 Keperawatan Universitas Muhammadiyah Banjarmasin.


BAB 2
TINJAUAN TEORITIS

2.1    Tinjauan Teoritis

2.1.1        Anatomi Fisiologi Jantung


Gambar 2.1 Anatomi Fisiologi
Sumber: farras (2014)(Diakses pada hari senin, 11 april 2016 jam 23.00 WITA ).

Putri & Wijaya (2013) di dalam buku Keperawatan Medikal Bedah 1 Secara fisiologis, jantung adalah salah satu organ tubuh yang paling vital fungsinya di bandingkan dengan organ tubuh vital lainnya. Dengan kata lain, apabila fungsi jantung mengalami gangguan amat besar pengaruhnya terhadap organ-organ tubuh lainnya terutama ginjal dan otak. Karena fungsi utama jantung adalah sebagai single pompa yang memompakan darah keseluruh tubuh untuk kepentingan metabolisme sel-sel demi kelangsungan hidup.
  
Berikut adalah uraian dengan beberapa sub-topik anatomi fisiologi jantung di bawah ini:
2.1.1.1      Ukuran, posisi atau letak jantung
Jantung manusia mendekati ukuran kepalan tangannya atau dengan ukuran panjang kira-kira 12cm dan lebar sekitar 9cm, jantung terletak antara tulang sternum, tepatmya di bawah tulang mediasternum diantara kedua paru-paru dan bersentuhan dengan diafragma, bagian atas jantung terletak di bawah sternal notch 1/3 dari jantung berada disebelah kanan dari midline sternum, 2/3 nya disebelah kiri dari midline sternum. Sedangkan bagian apek jantung di interkostal ke 5 atau tepatnya di bawah puting susu.

2.1.1.2      Ruang jantung
Jantung kita di bagi menjadi 2 bagian ruang yaitu Atrium (serambi) dan ventrikel (bilik).Karena atrium hanya memompakan darah dengan jarak yang pendek, yaitu ke ventrikel. Oleh karena itu otot atrium lebih tipis dibandingkn dengan otot ventrikel. Ruang atrium dibagi menjadi 2 bagian, yaitu atrium kanan dan atrium kiri. Demikian halnya dengan ruang ventrikel, di bagi menjadi 2 yaitu ventrikel kanan dan ventrikel kiri. Jadi kita boleh mengatakan kalau jantung dibagi menjadi 2 yaitu jantung bagian kanan (atrium kanan dan ventrikel kanan) dan jantung kiri (atrium kiri dan ventrikel kiri). Kedua atrium memiliki bagian luar organ masing-masing yaitu auricle. Dimanan kedua atrium dihubungkan dengan satu auricle yang berfungsi menampung darah apabila kedua atrium memiliki kelebihan volume.
  
2.1.1.3      Lapisan otot jantung
Syaifuddin (2012) di dalam buku anatomi fisiologi lapisan otot jantung terdiri dari 3 lapisan, yaitu:
a.         Perikardium, Lapisan yang merupakan kantong pembungkus jantung, terletak di mediastinum minus, terletak di belakang korpus streni dan rawan iga II-VI.
1)      Perikardium fibrosum (visual): Bagian kantong yang membatasi pergerakan jantung terikat di bawah sentrum tendinium diafragma, bersatu dengan pembuluh darah besar, melekat pada sternum melalui ligamentum sternoperikardial.
2)      Perikardium serosum (parietal), dibagi menjadi dua bagian: Perikardium parietalis membatasi perikardium fibrosum, sering disebut epikardium, dan perikardium viseral (kavitas perikardialis) yang mangandung sedikit cairan yang berfungsi melumas untuk mempermudah pergerakan jantung.
Di antara dua lapisan jantung ini terdapat lendir sebagai pelicin untuk menjaga agar pergesekan antara perikardium tersebut tidak menimbulkan gmgguan terhadap jantung. Pada permukaan posterior jantung terdapat perikardiun aerosum sekitar vena-vena besar membentuk sinus obligus dan sinus transfersus.
b.         Miokardium. Lapisan otot jantung menerima darah dari arteri koronaria. Arteri koronaria kiri bercabang menjadi arteri desending anterior dan arteri sirkumfleks. Arteri koranaria kanan memberikan darah untuk sinoatrial node, ventrikel kanan, permukaan diafragma ventrikel kanan. Vena koronaria mengembalikan darah ke sinus kemudian bersirkulasi langsung ke dalam paru.

Susunan miokardium:
1)   Susunan otot atria: Sangat tipis dan kurang teratur, serabut-serabutnya disusun dalam dua lapisan. Lapisan luar mencakup kedua atria. Serabut Iuar ini paling nyata di bagian depan atria. Beberapa serabut masuk ke dalam septum atrioventrikular. Lapisan dalam terdiri dari serabut-serabut berbentuk lingkaran.
2)   Susunan otot ventrikuler: Membentuk bilik jantung dimulai dari cincin atrioventrikular sampai ke apeks jantung.
3)   Susunan otot atrioventrikular merupakan dinding pemisah antara serambi dan bilik (atrium dan ventrikel).
c.         Endokardium (permukaan dalam jantung). Dinding dalam atrium diliputi oleh membran yang mengilat, terdiri dari jaringan endotel atau selaput lendir endokardium, kecuali aurikula dan bagian depan sinus vena kava.
2.1.1.4      Katup jantung
Nazmah A (2012) mengatakan di dalam buku panduan belajar membaca Elektrokardiografi. Katup jantung adalah pintu penghubung antara kedua atrium dengan kedua ventrikel dan kedua ventrikel dengan kedua cabang sirkulasinya. Dimana katup jantung ini berfungsi mencegah aliran darah agar tidak balik ke ruang jantung yang mempunyai tekanan lebih rendah. Ada 4 katup jantung yang harus kita ketahui adalah sebagai berikut :
a.    Katup trikuspid, yaitu katup yang menghubungkan antara atrium kanan dengan ventrikel kanan. Katup triskupid ini mempunyai 3 daun katup.
b.    Katup pulmonal, yaitu katup yang menghubungkan ventrikel kanan dengan sirkulasi pulmonal. Katup pulmonal juga memiliki 3 daun katup.
c.    Katup Mitral, yaitu katup Yang menghubungkan antara atrium kiri dengan ventrikel kiri. Katup mitral mempunyai 2 daun katup, makanya sering disebut dengan katup bicuspid.
d.   Katup Aorta, yaitu katup yang menghubungkan antara ventrikel kiri dengan sirkulasi sistemik. Katup aorta juga memiliki 3 daun katup.
Katup yang menghubungkan kedua atrium dengan kedua ventrikel dinamakan katup atrioventrikular (katup mitral/biskupid dan katup trikuspid), sedangkan katup yang menghubungkan antara kedua ventrikel dengan sirkulasi sistemik dan pulmonal dinamakan katup semilunar (katup aorta dan katup pulmonal).
2.1.1.5      Pembuluh darah besar jantung
Putri & wijaya (2013) di dalam buku Keperawatan Medikal Bedah ada beberapa pembuluh darah besar yaitu:
a.    vena cava superior, yaitu vena besar yang membawa darah kotor dari bagian atas diafragma ke atrium kanan.
b.    Vena cava inferior, yaitu vena besar yang membawa darah kotor dari bagian bawah diafragma ke atrium kanan
c.    Sinus coronary, yaitu vena besar di jantung yang membawa darah kotor dari jantung sendiri.
d.   Pulmonary trunk, yaitu pemuluh darah besar yang membawa darah kotor dari ventrikel kanan ke arteri pulmonalis
e.    Arteri pulmonalis, dibagi menjadi 2 yaitu kanan dan kiri yang membawa darah kotor dari pulmonary trunk ke kedua paru-paru
f.     Vena pulmonalis, dibagi menjadi 2 yaitu kanan dan kiri yang membawa darah bersih dari kedua paru-paru ke atrium kiri.
g.    Assending aorta, yaitu pembuluh darah besar yang membawa darah bersih dari ventrikel kiri ke arkus aorta ke cabangnya yang bertanggung jawab dengan organ tubuh bagian atas.
h.    Dessending aorta, yaitu bagian aorta yang membawa darah bersih dan bertanggung jawab dengan organ tubuh bagian bawah.
2.1.1.6      Arteri koroner
Arteri koroner berasal dari bagian proksimal aorta (cabang pertama aorta) sebagai arteri koronaria kanan dan arteri koronaria kiri. Pembuluh ini tepat terletak tepat di sebelah dalam terhadap epikardium pada permukaan jantung. Jantung menerima dua perdarahan yaitu epikardium dan miokardium di perdarahi oleh arteri koronaria dan cabang-cabangnya, sedangkan endokardium menerima O2 dan nutrien dari kontak langsung dengan darah di dalam ruang jantung.
2.1.1.7      Siklus jantung
Nazmah A, (2012) di dalam buku panduan belajar membaca EKG Secara garis besar siklus jantung terdiri dari dua 2 komponen yaitu sistolik atau kontraksi dan diastolic atau relaksasi. Atau sering kita mendengarnya dengan sebutan Lub= Sistolik dan Dup= Diastolic. Seperti yang sudah saya sampaikan sebelumnya bahwa untuk mempermudah mempelajari siklus jantung, jantung di bagi menjadi dua bagian yaitu jantung bagian kanan (Atrium dan Ventrikel Kanan) serta jantung bagian kiri (Atrium dan Ventrikel Kiri).
Dan sekedar mengingatkan kembali bahwa Sirkulasi jantung yang kita tahu terdiri dari sirkulasi sistemik dan sirkulasi pulmonal merupakan suatu sistem tertutup dari sirkulasi jantung, dimana apabila terjadi gangguan pada salah satu bagian dari sistem tersebut maka cepat atau lambat akan mempengaruhi sistem di dalamnya. Untuk itu kita boleh memulainya dari mana saja apabila kita membicarakan siklus jantung.
Dimana atrium kanan menerima darah yang miskin oksigen dari vena kava superior, vena kava inferior dan sinus koronarius. Dari atrium kanan darah akan dialirkan ke ventrikel kanan melalui katup trikuspidalis. Dari ventrikel kanan darah akan dipompakan ke 4 pulmonary arteri melalui katup pulmonal ke paru-paru kiri dan kanan untuk di oksigenisasi.
Setelah darah di oksigenisasi di paru-paru, selanjutnya darah akan diteruskan ke atrium kiri melalui 4 vena pulmonalis. Dari atrium kiri darah akan dialirkan ke ventrikel kiri melalui katup biskupid atau katup mitral. Kemudian dari ventrikel kiri, melalui katup aorta darah dipompakan ke seluruh organ tubuh termasuk ke jantung itu sendiri kernudian setelah darah yang kaya akan oksigen dipakai maka darah akan dikembalikan lagi ke atrium kanan (Nazmah Abu, 2012)

Menurut Muttaqin (2009) di dalam buku Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem Kardiovaskular Dan Hematologi, Jantung adalah sebuah organ berotot dengan empat ruang yang terletak di rongga dada, di bawah perlindungan tulang iga, sedikit ke sebelah kiri sternum. Ruang jantung terdiri dari dua rongga yang berdinding tipis di sebut atrium (serambi) dan dua ruang yang berdinding tebal disebut ventrikal (bilik).   Jantung terdapat di dalam sebuah kantung longgar berisi cairan yang di sebut perikardium. Atrium dan ventrikel terletak berdampingan dipisahkan satu dari yang lain oleh katup satu arah. Sisi kiri dan sisi kanan jantung dipisahkan oleh sebuah dinding jaringan yang disebut septum. Keadaan normal tidak terjadi percampuran darah antara kedua ventrikal pada jantung yang sehat. Semua ruang tersebut dikelilingi oleh jaringan ikat.
Ruang pada jantung terdiri atas empat ruang, yaitu yang berdinding tipis disebut atrium (serambi), dan dua ruang yang berdinding tebal disebut ventrikal (bilik). Atrium kanan yang berdinding tipis ini berfungsi sebagai tempat penyimpnanan darah dan sebagai penyalur darah dari vena-vena sirkulasi sistematik ke dalam ventrikal anan kemudian ke paru-paru. Darah yang berasal dari pembuluh darah vena ini masuk ke dalam atrium kanan melalui vena kava tidak ada katup-katup sejati. Hal yang memisahkan vena kava dari atrium jantung ini hanyalah lipatan katup atau pita otot.

Thimbodeau P, (2013) mengatakan di dalam buku Anatomy & Fisiology “the human heart is a four-chambered muscular organ, shaped and roughly like a person's  closed fist. it lies in the mediastinum, or middle region of the thorax, just behind the body of sternum between the points of attachment of the second through the sixth ribs. approximately two thirds left, one third s to the right”.
“hati manusia adalah organ berotot empat bilik , berbentuk dan kira-kira seperti kepalan tangan seseorang. Itu terletak di mediastinum , atau wilayah tengah dada , tepat di belakang tubuh sternum antara titik-titik penempelan kedua melalui tulang rusuk keenam sekitar dua pertiga ke kiri, satu petiga ke kanan”.
  
2.1.2        Pengertian Miokard Infark Akut dengan STEMI
Farissa (2012) Di dalam naskah mengatakan Infark Miokard Akut  merupakan gangguan aliran darah ke jantungyang menyebabkan sel otot jantung mati. Aliran darah di pembuluh darah terhentisetelah terjadi sumbatan koroner akut, kecuali sejumlah kecil aliran kolateral dari pembuluh darah di sekitarnya. Daerah otot di sekitarnya yang sama sekali tidakmendapat aliran darah atau alirannya sangat sedikit sehingga tidak dapatmempertahankan fungsi otot jantung, dikatakan mengalami infark.

Muttaqin, A (2013) mengatakan di dalam buku Keperawatan Medikal Bedah I, Infark Miokard Akut di definisikan sebagai nekrosis miokardium yang disebabkan oleh tidak adekuatnya pasokan darah akibat sumbatan akut pada arteri koroner. Sumbatan ini sebagian besar disebabkan oleh terjadinya thombosis, vasokontriksi reaksi inflamasi, dan mikroembolisasi distal. Kadang-kadang sumbatan ini dapat pula disebabkan oleh spasme arteri kororner, emboli atu vaskulitis.

Menurut Aru, S (2013) di dalam buku Keperawatan Medikl Bedah 1, IMA dengan ST elavasion Myocardial Infarction = STEMI) merupakan bagian dari spectrum sindrom kororner akut (SKA) yang terdiri dari angina pectoris tak stabil, IMA tanpa elevasi ST, dan IMA degan elevasi ST. STEMI umumnya terjadi jika aliran darah koroner menurun secara mendadak setelah okulasi thrombus pada plak ateroklorosis yang sudah ada sebelumnya.

Saputra, L (2013) mengemukakan bahwa “infark miokarfium akut adalah kematian sebagian sel-sel otot miokardium yang di sebabkan oleh kekurangan oksigen akibat perfusi tidak normal”.
  
Aru et al. (2009) di dalam buku Nurarif & Kusuma2013 menyatakan bahwa Akut Miokard Infark adalah penyakit jantung yang disebabkan oleh karena sumbatan pada arteri koroner. Sumbatan akut terjadi oleh karena adanya ateroklerotik pada dinding arteri koroner sehingga menyumbat aliran darah ke jaringan otot jantung.

Brunner and suddarth (2013) di dalam buku Keperawatan Medikal Bedah 1, Infark Miokard mengacu pada proses rusaknya jaringan jantung akibat suplai darah yang tidak adekuat sehingga aliran darah kororner berkurang.

Mosby (2011) di dalam buku medical surgical nursing mengukakan bahwa “Myocardial infarction is a serious manifestation of coronary artery disease and is part of the spectrum referred to as acute coronary syndrom”.
“Infark miokard adala sebuah manifestasi yang serius dari denyut nadi penderita penyakit serangan jantung dan bagian dari sebuah spectrum yang ditunjuk sebagai kumpulan gejala serangan jantung yang parah”.

Di dalam naskah Farissa (2012) di tulis penyakit jantung koroner STEMI, umumnya terjadi jika aliran darah koroner menurun secara mendadak setelah oklusi thrombus pada plak aterosklerotik yang sudah ada sebelumnya. Ini disebabkan karena injuri yang menyebabkan faktor-faktor seperti merokok, hipertensi, dan akumulasi lipid.

Dari beberapa pengertian di atas penulis menyimpulkan bahwa ST Elevasi Miokard Infark adalah terjadinya kerusakan pada lapisan otot jantung  termasuk di dalamnya jaringan utama otot jantung yang bertanggung jawab untuk kontraksi jantung (miokardium) yang disebabkan karena tidak adekuatnya pasokan darah akibat terjadinya sumbatan akut pada arteri koroner.

2.1.3        Klasifikasi Infark Miokard Akut dengan STEMI
Menurut Morton (2012) di dalam buku keperawatan kardiovaskular, yang termasuk Infark Miokard Akut, yaitu:
2.1.3.1      Aterosklerosis
Suatu penyakit pada arteri besar dan sedang dimana lesi lemak yang disebut plak ateromotosa timbul pada permukaan dalam dinding arteri sehingga mempersempit bahkan menyumbat suplai aliran darah ke arteri bagian distal.
2.1.3.2      Sindrom Koroner Akut
Mencakup angina tidak stabil dan infark miokard akut. Angina tidak stabil mengacu pada nyeri dada. Klien yang mengalami infark miokard akut lebih lanjut diklasifikasikan menjadi salah satu dari dua kelompok yang mengalami infark dengan evaluasi segmen ST dan klien yang mengalami infark miokard dengan evaluasi non segmen ST.
a.    Infark Miokard Akut dengan Elevasi ST (STEMI)
Umunya terjadi jika aliran darah koroner menurun secara mendadak setelah oklusi trombus pada plak atero sklerotik yang sudah ada sebelumnya. Ini disebabkan karena injuri yang disebabkan oleh faktor-faktor seperti merokok, hipertensi dan akumulasi lipid.
b.    Infark Miokard Akut Tanpa Elevasi ST (NSTEMI)
Disebabkan oleh penurunan suplai oksigen dan atau peningkatan kebutuhan oksigen miokard yang di perberat oleh obstruksi koroner.
  
2.1.3.3      Angina Pektoris
Istilah yang digunakan untuk menggambarkan nyeri dada atau ketidaknyamanan yang disebabkan oleh penyakit arteri koroner, klien dapat menggambarkan sensasi seperti tekanan, rasa penuh, diremes, berat atau nyeri. Yang lain dari bahasa latin angina berarti mencekik. Angina pektoris disebabkan oleh iskemia miokardium reversibel dan sementara yang dicetuskan oleh ketidakseimbangan antara kebutuhan oksigen miokardium dan suplai oksigen miokardium yang berasal dari penyempitan arterosklerosis arteri koroner.

2.1.4        Etiologi Infark Miokard Akut dengan STEMI
Nurarif dan Kusuma (2013) mengemukakan bahwa etiologi Infark Miokard Akut dengan STEMI yaitu:
2.1.4.1      Faktor penyebab
a.    Suplai oksigen ke miocard berkurang yang disebabkan oleh tiga faktor:
1)   Faktor pembuluh darah: Arterosklerosis, spasme, arteritis
2)   Faktor sirkulasi: Hipotensi, stenosus aorta, insufiensi
3)   Faktor darah: Anemia, hipoksemia, polisitemia
b.    Curah jantung yang meningkat
1)   Aktivitas berlebihan
2)   Emosi
3)   Makanan terlalu banyak
4)   Hypertiroidisme
c.    Kebutuhan oksigen miokard meningkat pada:
1)   Kerukaskan miokard
2)   Hypertropimiokard
3)   Hypertensi diastolik

2.1.4.2       Faktor predisposisi
a.    Faktor resiko biologis
1)   Usia lebih dari 40 tahun
2)   Jenis kelamin : insiden pada pria tinggi, sedangkan pada wanita meningkat setelah menopause
3)   Hereditas
4)   Ras : lebih tinggi pada kulit hitam
b.    Faktor resiko yang dapat diubah:
1)   Mayor:
Hiperlipidemia, hipertensi, merokok, diabetes mellitus, obesitas, diet tinggi lemak jenuh dan kalori
2)   Minor:
Inaktifitas fisik, pola kepribadian tipa A (emosional,agresif,ambisius,kompetitif), strespsikologis berlebihan.

Menurut Fakih Ruhyanuddin (2006) di dalam buku Keperawatan Medikal Bedah 1 2013, penyebab infark miokard akut adalah:
2.1.4.3      Gangguan pada arteri koronaria berkaitan dengan ateroklerosis, kekakuan atau penyumbatan total pada arteri oleh emboli atau trombus.
2.1.4.4      Penurunan aliran darah dan sistem koronaria menyebabkan ketidakseimbangan antara miokardial oksigen suplai dan kebutuhan jaringan terhadap oksigen.
   
2.1.5        Manifestasi klinis ST Elevasi Infark Miokard Akut
Nurarif dan Kusuma (2013) mengatakan manifestasi klinis ST Elevasi Infark Miokard Akut
2.1.5.1       Lokasi substernal, rerosternal, dan prekordial
2.1.5.2       Sifat nyeri : rasa sakit, seperti di tekan, rasa terbakar, rasa tertindih benda berat, seperti di tusuk, rasa diperas, dan di pelintir.
2.1.5.3       Nyeri hebat pada dada kiri menyebar ke bahu kiri, leher kiri dan lengan atas kiri
2.1.5.4       Nyeri membaik dengan istirahat atau dengan obat nitrat.
2.1.5.5       Faktor pencetus : latihan fisik, stres emosi, udara dingin, dan sesudah makan
2.1.5.6       Gejala sulit bernafas, cemas dan lemas.
2.1.5.7       Dispnea
2.1.5.8       Pada pemeriksaan EKG
a.    Fase hiperakut (beberapa jam permulaan serangan)
1)   Elevasi yang curam dari segmen ST
2)   Gelombang T yang tinggi dan lebar
3)   VAT memanjang
4)   Gelombang Q tampak
b.    Fase perkembangan penuh (1-2 hari kemudian)
1)   Gelombang Q patologis
2)   Elevasi segmen ST yang cembung ke atas
3)   Gelombang T yang terbalik (arrowhead)
c.    Fase resolusi (beberapa minggu /bulan kemudian)
1)   Gelombang Q patologis tetap ada
2)   Segmen ST mengkin sudah kembali iseolektris
3)   Gelombang T mungkin sudah menjadi normal
2.1.5.9       Pada pemeriksaan darah (enzim jantung : CK & LDH)
a.    Creatinin kinase (CK) meningkat pada 6-8 jam setelah awitan infark dan memuncak antara 24 & 28 jam pertama. Pada 2-4 hari setelah awitan AMI normal
2.1.5.10   Dehidrogenase laktat (LDH) mulai tampak melihat pada serum setelah 24 jam pertama setelah awitan dan akan tinggi selama 7-10 hari.
enzim
meningkat
puncak
Kembali normal
CK
3-8 jam
10-30 jam
2-3 hari
CK-MB
3-6 jam
10-24 jam
2-3 hari
CK-MB2
1-6 jam
4-8 jam
12-48 jam
LDH
14-24 jam
48-72 jam
7-14 hari
LDH1
14-24 jam
48-72 jam
7-14 hari

Sumber : Nanda (2013)

2.1.6        Patofisiologi Infark Miokard Akut dengan STEMI
Wijaya & Putri (2013) di dalam buku Keperawatan Medikal Bedah 1 patofisiologinya adalah
Iskemia yang berlangsung lebih dari 30-45 menit akan menyebabkan kerusakan selular yang ireversibel dan kematian otot atau neokrosis. Bagian miokardium yang mengalami infark atau nekrosis akan berhenti berkontraksi secara permanent. Jaringan Yang mengalami infark dikelilingi oleh suatu daerah iskemik yang berpotensi dapat hidup. Ukuran infark akhir tergantung dari nasib daerah iskemik tersebut. Bila pinggir daerah ini mengalami nekrosis maka besar daerah infark akan bertambah besar, sedangkan perbaikan iskemia akan memperkecil daerah nekrosis.
lnfark miokardium biasanya menyerang ventrikel kiri. lnfark digambarkan lebih lanjut sesuai letaknya pada dinding ventrikel. Misalnya, infark miokardium anterior mengenai dinding anterior ventrikel kiri. Daerah lain yang biasanya terserang infark adalah bagian inferior, lateral, posterior, dan septum.
Otot yang mengalami infark akan mengalami serangkaian perubahan selama berlangsungnya proses penyembuhan. Mula-mula otot yang mengalami infark tampak memar dan sianotik akibat terputusnya aliran darah regional. Dalam jangka waktu 24 jam timbul edema pada selsel, respon peradangan disertai infiltrasi leukosit. Enzim-enzim jantung akan terlepas dari sel-sel ini. Menjelang hari kedua atau ketiga mulaiproses degradasi jaringan dan pembuangan semua serabut nekrotik. Selama fase ini dinding nekrotik relatif tipis. Kira-kira pada minggu ketiga mulai terbentuk jaringan parut. Lambat laun jaringan penyambung fibrosa menggantikan otot yang nekrosis dan mengalami penebalan yang progresif. Pada minggu keenam parut sudah terbentuk dengan jelas.
infark miokardium jelas akan mengurangi fungsi ventrikel karena otot yang nekrosis kehilangan daya kontraksi sedangkan otot yang iskemia di sekitarnya juga mengalami gangguan daya kontraksi. Secara fungsional infark miokardium akan menyebabkan perubahan-perubahan seperti pada iskemia : (1) Daya kontraksi menurun, (2) Gerakan dinding abnormal, (3) Perubahan daya kembang dinding ventrikel, (4) Pengurangan curah sekuncup, (5) Pengurangan fraksi ejeksi, (6) Peningkatan volume akhir sistolik dan akhir diastolik ventrikel dan (7) Peningkatan tekanan akhir diastolik ventrikel kiri.
Peningkatan frekuensi jantung dan daya kontraksi oleh refleks simpatik dapat memperbaiki fungsi ventrikel. Penyempitan arteriola menyeluruh akan mempertinggi resistensi perifer total, dengan demikian tekanan rata-rata artena akan meningkat. Penyempitan pembuluh vena akan mengurangi kapasitas vena, akan meningkatkan alir balik vena ke jantung dan pengisian ventrikel. Pengisian ventrikel yang meningkat akan meningkatkan daya kontraksi dan volume ejeksi. Dengan menurunnya fungsi ventrikel maka dipadukan tekanan pengisian diastolik yang lebih tinggi agar curah sekuncup dapat dipertahankan. Peningkatan tekanan pengisian diastolik dan volume ventrikel akan menegangkan serabut miokardium, dan dengan demikian meningkatkan kekuatan kontraksi sesuai hukum Starling. Tekanan pengisian sirkulasi dapat ditingkatkan lebih lanjut lewat retensi natrium dan air oleh ginjal. Akibatnya, infark miokardium biasanya disertai pembesaran ventrikel kiri sementara akibat dilatasi kompensasi jantung. Bila perlu, dapat terjadi hipertrofi kompensasi jantung sebagai usaha untuk meningkatkan daya kontraksi dan pengosongan ventrikel. Secara ringkas, terdapat serangkaian refleks yang dapat mencegah memburuknya curah jantung dan tekanan perfusi : (1) Peningkatan frekuensi jantung dan daya kontraksi, (2) Vasokontriksi umum, (3) Retensi natrium dan air, (4) Dilatasi ventrikel, (5) Hipertrofi ventrikel. Tetapi semua respon kompensasi ini akhirnya dapat memperburuk keadaan umum dengan meningkatkan kebutuhan miokardium akan oksigen (Price, Silvia. 2006).
  
2.1.7        Pathway ST Elevasi Miokard Infark Akut





2.1.8        Komplikasi ST Elevasi Miokard Infark Akut
Wijaya dan Putri (2013) di dalam buku Keperawatan Medikal Bedah 1, komplikasi Infark Miokard Akut sebagai berikut :
2.1.8.1       Disritmia
Komplikasi paling sering dari infark miokard akut adalah gangguan irama jantung (90%). Faktor predisposisi adalah: 1) Iskemia Jaringan, 2)Hipoksemia, 3) Pengaruh Sistem Saraf Para-Simpatis dan Simpatis, 4) Asidosis laktat, 5) Kelainan Hemodinamik, 6) Keracunan Obat, dan 7) Gangguan Keseimbangan Elektrolit.
2.1.8.2       Gagal Jantung Kongestif dan Syok Kardiogenik
Sepuluh dan sampai 15 persen pasien IM mengalami syok kardiogenik, dengan mortalitas antara 80-95%.
2.1.8.3       Tromboemboli
Studi pada 924 kasus kematian akibat IM akut menunjukkan adanya trombi mural pada 44% kasus pada endokardium. Studi autopsy menunjukkan 10% kasus IM akut yang meninggal mempunyai emboli arterial ke otak, ginjal, limpa, atau mesenterium.
2.1.8.4       Perikarditis
Sindrom ini dihubungkan dengan IM yang digambarkan pertama kali oleh Dressler dan sering disebut Sindrom Dressler. Biasanya terjadi setelah infark transmural tetapi dapat menyertai infark subepikardial. Perikarditis biasanya sementara, yang tampak pada minggu pertama setelah infark. Nyeri dada dari Perikarditis Akut terjadi tiba-tiba dan berat serta konstan pada dada anterior. Nyeri ini memburuk dengan inspirasi dan biasanya dihubungkan dengan takikardia, demam ringan, dan friction rub perikardial yang trifasik dan sementara.

2.1.8.5       Ruptura Miokardium
Ruptur dinding bebas dari ventrikel kiri menimbulkan kematian sebanyak 10% di rumah sakit karena IM akut. Ruptur ini menyebabkan tamponade jantung dan kematian. Ruptur Septum Interventrikular jarang terjadi, yang terjadi pada kerusakan miokard luas, dan menimbulkan Defek Septum Ventrikel.
2.1.8.6       Aneurisma Ventrikel
Kejadian ini adalah komplikasi lambat dari IM yang meliputi penipisan, penggembungan, dan hipokinesis dari dinding ventrikel kiri setelah infark transmural. Aneurisma ini sering menimbulkan gerakan paroksimal pada dinding ventrikel, dengan pengembungan keluar segmen aneurima pada kontraksi ventrikel. Kadang-kadang aneurisma ini ruptur dan menimbulkan tamponade jantung, tetapi bisaanya masalah yang terjadi disebabkan penurunan kontraktilitas ventrikel atau embolisasi.

2.1.9        Prognosis Infark Miokard Akut dengan STEMI
Terdapat beberapa sistem untuk menentukan prognosis paska IMA, yauitu:
2.1.9.1      Klasifikasi Killip berdasarkan pemeriksaan fisik bedside sederhana, S3 gallop,kongesti paru dan syok kardiogenik
2.1.9.2      Klasifikasi Forrester berdasarkan monitoring hemodinamik indeks jantung danpulmonary capillary wedge pressure (PCWP)
2.1.9.3      TIMI risk score adalah sistem prognostik paling akhir yang menggabungkananamnesis sederhana dan pemeriksaan fisik yang dinilai pada pasien STEMIyang mendapat terapi fibrinolitik.

2.1.10    Pemeriksaan Infark Miokard Akut dengan STEMI
Price, Silvia. (2006) di dalam buku Keperawatan Medikal Bedah 1, Pemeriksaan Diagnostik infark miokardium klasik disertai oleh trias diagnostic yang khas, yaitu:
2.1.10.1  Gambaran klinis khas yang terdiri dari nyeri dada yang berlangsung lama dan hebat, biasanya disertai mual, keringat dingin, muntah dan perasaan seakan-akan menghadapi ajal.
a.    Tetapi, 20%-60% kasus infark yang tidak fatal bersifat tersembunyi atau asimtomatik.
b.    Sekitar setengah dari kasus ini benar-benar tersembunyi dan tidak diketemukan kelainan, dan diagnosis melalui pemeriksaan EKG yang rutin atau pemeriksaan postmortem.
2.1.10.2  Meningkatnya kadar enzim-enzim jantung yang dilepaskan oleh sel-sel miokardium yang nekrosis.
a.    Enzim-enzim yang dilepaskan terdiri dari keratin, fosfokinase (CK atau CPK), Glautamat oksaloasetat transaminase (SGOT atau GOT) dan laktat dehidrogenase (LDH).
b.    Pola peningkatan enzim ini mengikuti perjalanan waktu yang khas sesudah terjadinya infark miokardium.
c.    Pengukuran isoenzim, yaitu fraksi-fraksi enzim yang khas dilepaskan oleh miokardium yang rusak, meningkatkan ketepatan diagnosis.
d.   Pelepasan isoenzim, MB-CK merupakan petunjuk enzimatik dari infark miokardium yang paling spesifik.
e.    Troponin T dan I, spesifik untuk kerusakan otot jantung dapat terdeteksi 2-4 jam pasca infark. Kadar Toponin T meningkat 3-6 jam pasca serangan dan tetap tinggi selama 14-21 hari. Kadar Troponin I eningkat 714 jam pasca serangan dan tetap tinggi untuk 5-7 hari pasca serangan.
2.1.10.3  Terlihat patahan-perubahan pada elektrokardiografi, yaitu gelombang Q yang nyata, elevasi segmen ST, dan gelombang T terbalik.
a.    Perubahan-perubahan ini tampak pada hantaran yang terletak di atas daerah miokardium yang mengalami nekrosis.
b.    Sedang beberapa waktu segmen ST dan gelombang T akan kembali normal hanya gelombang Q tetap bertahan sebagai bukti elektrokardiograp adanya infark lama.
c.    Tetapi hanya 50% atau 75% pasien infark miokardium akut yang menunjukkan pemulihan elektrokardiografis klasik ini.
d.   Pada 30% pasien yang didiagnosis dengan infark tidak terbentuk gelombang Q. (Price, Silvia. 2006)

2.1.11    PenatalaksaanInfark Miokard Akut dengan STEMI
Muttaqin, A (2012) di dalam buku asuhan keperawatan klien dengan gangguan sistem kardiovaskular Penatalaksaan medis pada fase serangan akut dan penatalaksanaan jangka panjang, yaitu:
2.1.11.1       Penatalaksanaan medis pada fase serangan akut sebagai berikut:
a.    Penanganan nyeri. Dapat berupa terapi farmakologi yaitu morfin sulfat, nitrat, penghambat beta.
b.    Membatasi ukuran Infark Miokard. Penatalaksaan yang diberikan bertujuan untuk embatasi ukuran infark secara selektif yang dilakukan dengan upaya meningkatkan suplai darah dan oksigen ke jaringan miokardium dan untuk memelihara, mempertahankan, atau memulihkan sirkulasi. Keempat golongan utama terapi farmakologi yang di berikan yaitu antikoagulan, trombolitik, antilipemik, vasodilator perifer.
c.    Pemberian oksigen. Terapi oksigen segera dimulai saat awitan nyeri terjadi. Oksigen yang dihirup akan langsung meningkatkan saturasi darah. Efektivitas terapeutik oksigen ditentukan dengan observasi kecepatan dan irama pertukaran pernapasan. Terapi oksigen di lanjutkan hingga klien mampu bernafas dengan mudah. Saturasi oksigen dalam darah secara bersamaan di ukur dengan pulsa-oksimetri.
d.   Pembatasan aktivitas fisik. Istirahat merupakan cara paling efektif untuk membatasi aktifitas fisik. Pengurangan atau penghentian seluruh aktifitas pada umumnya akan mempercepat penghentian nyeri.
2.1.11.2         Penatalaksanaan jangka panjang
a.    Pemberian diuretik
b.    Pemberian nitrates
c.    Pemberian penghambat beta
d.   Antilipemik
e.    Latihan fisik
f.     Memperpanjang masa istirahat
g.    Tindakan pembedahan
  

2.1.2   Tinjauan Teoritis Asuhan Keperawatan Infark Miokard Akut dengan STEMI

Pengkajian Keperawatan ST elevasi Miokard Infark
Muttaqin, A (2012) mengemukakan bahwa pengkajian pada klien dengan infark miokardium akut merupakan salah satu aspek penting dalam proses keperawatan. Hal ini penting untuk merencanakan tindakan selanjutnya. Perawat  mengumpulkan data dasar tentang informasi status terkini dari klien melalui pengkajian sistem kardiovaskular sebagai prioritas pengkajian. Pengkajian harus dilakukan dengan sistematis, mencakup riwayat sebelumnya dan saat ini  khususnya yang berhubungan  dengan gambaran gejala seperti nyeri dada, sulit bernafas (dispnea, palpitasi, pingsan/sinkop), atau keringat dingin (diaforesis).
2.2.1.1            Keluhan utama
Keluhan utama biasanya nyeri dada, perasaan sulit  bernafas, dan pingsan.
2.2.1.2            Riwayat Penyakit Sekarang
Pengkajian RPS yang mendukung keluhan utama dilakukan dengan mengajukan serangkaian pertanyaan mengenai nyeri dada pada klien secara PQRST yang meliputi:
a.         Provoking incident : nyeri setelah beraktivitas dan tidak berkurang dengan istirahat dan setelah diberikan nitrogliserin.
b.        Quality of pain : seperti apa nyeri yang dirasakan atau digambarkan klien. Sifat nyeri dapat seperti tertekan, di peras, atau diremas.
c.         Region : radiation, relief: lokasi nyeri di daerah substernal atau nyeri di atas perikardium. Penyebaran nyeri dapat meluas hingga area dada. Dapat terjadi nyeri dan ketidakmampuan menggerakkan bahu dan tangan.
d.        Severity (Scale) of pain : klien ditanya dengan menggunakan rentang 0-4 atau 0-10 (visual analogue scale-VAS) dan klien akan menilai seberapa berat nyeri yang dirasakan. Biasanya pada saat angina terjadi, skala nyeri berkisar antara 3-4 (skala 0-4) atau 7-9 (skala 0-10).
e.         Time : sifat mula timbunya (onset). Biasanya gejala nyeri timbul mendadak. Lama timbulnya (durasi) nyeri dada umumnya dikeluhkan lebih dari 15 menit. Nyeri oleh Infark Miokardium dapat timbul pada waktu istirahat, nyeri biasanya dirasakan lebih berat dan berlangsung lebih lama. Gejala-gejala yang menyertai infark miokardium meliputi dispnea, berkeringat, ansietas, dan pingsan.
2.2.1.3            Riwayat Penyakit Dahulu
Pengkajian riwayat penyakit dahulu  akan sangat mendukung kelengkapan data kondisi daaat ini. Data ini ddiperoleh dengan mengkaji apakah sebelumnya klien pernah menderita nyeri dada, hipertensi, DM, hiperlipidemia. Cara mengkaji sebaiknya sekuens dan terinci. Tanyakan mengenai obat-obatan yang biasa diminum oleh klien pada masa yang lalu yang masih relevan dengan obat-obatan antiangina seperti nitrat dan penghambat beta serta obat-obatan antihipertensi.
Catat adanya efek samping yang terjadi di masa lalu, alergi obat, dan reaksi alergi yang timbul. Seringkali klien menafsirkan suatu alergi sebagai efek samping obat.
2.2.1.4            Riwayat Keluarga
Perawat senantiasa harus menanyakan tentang penyakit yang pernah di alami oleh keluarga, anggota keluarga yang meninggal, dan penyebab kematian. Penyakit jantung iskemik pada orang tua yang timbunya pada usia muda merupakan faktor resiko utama terjadinya penyakit jantung iskemik pada keturunannya.
2.2.1.5            Riwayat pekerjaan dan pola hidup
Perawat menanyakan situasi tempat bekerja dan lingkungannya. Demikian pula dengan kebiasaan sosial dengan menanyakan kebiasaan dan pola hidup misalnya minum alkohol atau obat tertentu. Kebiasaan merokok dikaji dengan menanyakan kebiasaan merokok sudah berapa lama, berapa batang perhari, dan jenis rokok.
Disamping pertanyaan-pertanyaan diatas, data biografi juga merupakan data yang perlu diketahui seperti nama, umur, jenis kelamin, tempat tinggal, suku, dan agama yang dianut oleh klien.
Dalam mengajukan pertanyaan kepada klien, hendaknya perhatikan kondisi klien. Bila klien dalam keadaan kritis, maka pertanyaan yang diajukan bukan pertanyaan terbuka tetapi pertanyaan tertutup, yaitu pertanyaan yang jawabannya adalah “ya” dan “tidak”. Atau pertanyaan yang dapat dijawab dengan gerakan tubuh seperti mengangguk atau menggelengkan kepala sehingga tidak memerlukan energi yang besar.
2.2.1.6            Pengkajian Psikososial
Perubahan integritas ego terjadi bila klien menyangkal, takut mati, perasaan ajal sudah dekat, marah pada penyakit, atau perawatan yang tak perlu, kuatir tentang keluarga, pekerjaan, dan keuangan. Gejala perubahan integritas ego yang dapat di kaji adalah klien menolak, menyangkal, cemas, kurang kontak mata, gelisah, marah, perilaku menyerang, dan fokus pada diri sendiri.
Perubahan interaksi sosial yang dialami klien terjadi karena stress yang dialami klien dari berbagai aspek seperti keluarga, pekerjaan, kesulitan biaya ekonomi, atau kesulitan koping dengan stressor  yang ada.
 2.2.1.7            Pemeriksaan FISIK
a.       Keadaan umum
Pada pemeriksaan keadaan umum, kesadaran klien IMA biasanya baik atau Compos mentis (cm) dan akan berubah sesuai tingkat gangguan yang melibatkan perfusi sistem saraf pusat
b.      B1 (breathing)
Klien terlihat sesak, frekuensi nafas melebihi normal dan mengeluh sesak nafas seperti tercekik. Dispnea cardiak biasanya ditemukan. Sesak nafas terjadi akibat tenaga dan disebabkan oleh kenaikan tekanan akhir diastolik ventrikal kiri yang meningkatkan tekanan vena pulmonalis. Hal ini terjadi karena terdapat kegagalan peningkatan curah darah ventrikal kiri pada saat melakukan kegiatan fisik. Dispnea kardiak pada infark miokardium yang kronis dapat timbul pada saat istirahat.
c.       B2 (blood)
1)      Inspeksi
Inspeksi adanya jaringan parut pada dada klien. Keluhan lokasi nyeri biasanya di daerah substernal atau nyeri diatas perikardium. Penyebaran nyeri dapat meluas di dada. Dapat terjadi nyeri dan ketidakmampuan menggerakkan bahu dan tangan.
2)      Palpasi
Denyut nadi perifer melemah. Thrill pada Iinfark Miokard Akut tanpa komplikasi biasanya tidak ditemukan
3)      Auskultasi
Teanan darah biasanya menurun akibat penurunan volume sekuncup yang disebabkan Infark Miokard Akut. Bunyi jantung tambahan akibat kelainan katup biasanya ditemukan pada Infark Miokard Akut tanpa komplikasi
4)      Perkusi
Batas jantung tidak mengalami pergeseran
d.      B3 (brain)
Kesadaran umum klien biasanya Compos Mentis. Tidak ditemuan sianosis perifer. Pengkajian objek klien, yaitu wajah meringis, perubahan postur tubuh, menangis, merintih, meregang, dan menggeliat yang merupakan respons dari adanya nyeri dada akibat infark pada miokardium.
e.       B4 (bladder)
Pengukuran volume output urine berhubungan dengan intake cairan klien. Oleh karena itu, perawat perlu memonitor adanya oliguria pada klien dengan Infark Miokard Akut karena merupakan tanda awal syok kardiogenik.
f.       B5 (bowel)
Klien biasanya mengalami mual muntah. Pada palpasi abdomen ditemukan nyeri tekan pada keempat kuadran, penurunan peristaltik usus yang merupakan tanda utama Infark Miokard Akut
g.      B6 (Bone)
Aktivitas klien biasanya mengalami perubahan. Klien sering merasa kelemahan, kelelahan, tidak dapat tidur, pola hidup menetap, dan jadwal olahraga teratur. Tanda klinis yang lain ditemukan adalah takikardia, dispnea pada saat istirahat maupun beraktivitas.
Kaji hygienis personal klien dengan menanyakan apakah klien mengalami kesulitan melakukan tugas perawatan diri.

2.2.2   Diagnosa Keperawatan Infark Miokard Akut dengan STEMI
Wijaya & Putri (2013) di dalam buku KMB1. Diagnosis pada pasien dengan penyakit ST Elevasi Miokard Infark Akut adalah
2.2.2.1   Risiko penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan factor-faktor listrik, penurunan karakteristik miokard
2.2.2.2   Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan , iskemik, kerusakan otot jantung, penyempitan / penyumbatan pembuluh darah arteri koronaria
2.2.2.3       Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan aliran darah ke alveoli atau kegagalan utama paru, perubahan membran alveolarkapiler ( atelektasis , kolaps jalan nafas! alveolar edema paru/efusi, sekresi berlebihan / perdarahan aktif)
2.2.2.4       Nyeri berhubungan dengan iskemia jaringan sekunder terhadap sumbatan arteri
2.2.2.5       Risiko kelebihan volume cairan ekstravaskuler berhubungan dengan penurunan perfusi ginjal, peningkatan natrium l retensi air , peningkatan tekanan hidrostatik, penurunan protein plasma.
2.2.2.6   ntoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen miocard dan kebutuhan, adanya iskemik/ nekrotik jaringan miocard ditandai dengan gangguan frekuensi jantung, tekanan darah dalam aktifitas,
2.2.2.7       Cemas berhubungan dengan ancaman aktual terhadap integritas biologis
2.2.2.8  Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi tentang fungsi jantung / implikasi penyakit jantung dan status kesehatan yang akan datang , kebutuhan perubahan pola hidup ditandai dengan pernyataan masalah, kesalahan konsep, pertanyaan, terjadinya kompliksi yang dapat dicegah

2.2.3   Intervensi Keperawatan Infark Miokard Akut dengan STEMI
Tujuan utama intervensi menurut Wijaya dan Putri di dalam buku KMB 1 (2013) adalah sebagai berikut :
2.2.3.1       Nyeri berhubungan dengan iskemia jaringan sekunder terhadap sumbatan arteri ditandai dengan :
-       nyeri dada dengan / tanpa penyebaran wajah meringis
-       gelisah
-       delirium
-       perubahan nadi, tekanan darah.
a.    Tujuan :
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3x24 jam diharapkan nyeri berkurang.
b.    Kriteria Hasil:
-       Nyeri dada berkurang misalnya dari skala 3 ke 2, atau dari 2 ke 1
-       tidak gelisah
-       nadi 60-100 x/menit
-       TD 120/ 80 mmHg

c.    intervensi :
1)   Observasi karakteristik, lokasi, waktu, dan perjalanan rasa nyeri dada tersebut.
2)   Anjurkan pada klien menghentikan aktifitas selama ada serangan dan istirahat.
3)   Bantu klien melakukan tehnik relaksasi, mis nafas dalam, perilaku distraksi, visualisasi, atau bimbingan imajinasi.
4)   Pertahankan Oksigenasi dengan bikanul contohnya ( 2-4 L/menit )
5)   Monitor tanda-tanda vital ( Nadi & tekanan darah ) tiap dua jam.
6)   Kolaborasi dengan tim kesehatan dalam pemberian analgetik.
2.2.3.2       Risiko penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan factor-faktor listrik, penurunan karakteristik miokard
a.    Tujuan :
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3x 24 jam diharapkan curah jantung membaik / stabil setelah dilakukan tindakan keperawatan selama di RS
b.    Kriteria Hasil :
-       Tidak ada edema
-       Tidak ada disritmia
-       Haluaran urin normal
-       TTV dalam batas normal
c.    intervensi :
1)   Pertahankan tirah baring selama fase akut
2)   Kaji dan laporkan adanya tanda tanda penurunan COP, TD
3)   Monitor haluaran urin
4)   Kaji dan pantau TTV tiap jam
5)   Kaji dan pantau EKG tiap hari
6)   Berikan oksigen sesuai kebutuhan
7)   Auskultasi pernafasan dan jantung tiap jam sesuai indikasi
8)   Pertahankan cairan parenteral dan obat-obatan sesuai advis
9)   Berikan makanan sesuai diitnya
2.2.3.3       Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan, iskemik, kerusakan Otot jantung,penyempitan / penyumbatan pembuluh darah arteri koronaria ditandai dengan :
-       Daerah perifer dingin
-       EKG elevasi segmen ST & Q patologis pada lead tertentu
-       RR lebih dari 24 x/ menit
-       Kapiler refill Lebih dari 3 detik
-       Nyeri dada
-       Gambaran foto torak terdapat pembesaran jantung & kongestif paru (tidak selalu)
-       HR lebih dari 100 x/menit, TD > 120/80, AGD dengan : pa 02 < 80 mmHg, pa Co2> 45 mmHg dan Saturasi < 80 mmHg
-       Nadi lebih dari 100 x/ menit
-       Terjadi peningkatan enzim jantung yaitu CK, AST, LDL/HDL
a.    Tujuan:
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3x 24 jam diharapkan gangguan perfusi jaringan berkurang / tidak meluas.
 b.    Kriteria Hasil:
-       Daerah perifer hangat
-       tak sianosis gambaran EKG tak menunjukan perluasan infark
-       RR 16-24 x/menit
-       tak terdapat clubbing finger kapiler refill 3-5 detik
-        nadi 60-100x / menit
-       TD 120/80 mmHg
c.    intervensi :
1)   Monitor Frekuensi dan irama jantung
2)   Observasi perubahan status mental
3)   Observasi warna dan suhu kulit / membran mukosa
4)   Ukur haluaran urin dan catat berat jenisnya
5)   Kolaborasi : Berikan cairan IV l sesuai indikasi
6)   Pantau Pemeriksaan diagnostik / dan laboratorium mis EKG, elektrolit , GDA / Pa O2, (Pa C02 dan saturasi 02). Dan Pemberian oksigen
2.2.3.4       Risiko kelebihan volume cairan ekstravaskuler berhubungan dengan penurunan perfusi ginjal, peningkatan natrium / retensi air , peningkatan tekanan hidrostatik, penurunan protein plasma.
a.    Tujuan :
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3x 24 jam diharapkan keseimbangan volume cairan dapat dipertahankan.
b.    Kriteria Hasil :
-       tekanan darah dalam batas normal
-       tak ada distensi vena perifer vena dan edema dependen
-       paru bersih
-        berat badan ideal ( BB idealTB -100 : 10 %) 
c.    intervensi :
1)   Ukur masukan / haluaran, catat penurunan , pengeluaran, sifat konsentrasi, hitung keseimbangan cairan
2)   Observasi adanya oedema dependen
3)   Timbang BB tiap hari
4)   Pertahankan masukan total caiaran 2000 ml/24 jam dalam toleransi kardiovaskuler
5)   Kolaborasi : pemberian diet rendah natrium, berikan diuretik.
2.2.3.5       Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan aliran darah ke alveoli atau kegagalan utama paru, perubahan membran alveolarkapiler ( atelektasis . kolaps jalan nafas/ alveolar edema paru/ efusi, sekresi berlebihan / perdarahan aktif ) ditandai dengan :
-       Dispnea berat
-       Gelisah
-       Sianosis
-       perubahan GDA
-       hipoksemia
a.    Tujuan :
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3x 24 jam diharapkan Oksigenasi dengan GDA dalam rentang normal (pa 02 < 80 mmHg, pa Co2> 45 mmHg dan Saturasi < 80 mmHg ).
b.    Kriteria hasil :
-       Tidak sesak nafas
-        tidak gelisah
-       GDA dalam batas Normal ( pa 02 < 80 mmHg, pa Co2> 45 mmHg dan Saturasi < 80 mm
c.    Intervensi :
1)   Catat frekuensi & kedalaman pernafasan, penggunaan otot Bantu pernafasan
2)   Auskultasi paru untuk mengetahui penurunan / tidak adanya bunyi nafas dan  adanya bunyi tambahan misal krakles, ronki dll.
3)   Lakukan tindakan untuk memperbaiki / mempertahankan jalan nafas misalnya , batuk, penghisapan lendir dll.
4)   Tinggikan kepala / tempat tidur sesuai kebutuhan / toleransi pasien
5)   Kaji toleransi aktintas misalnya keluhan kelemahan/ kelelahan selama kerja atau tanda vital berubah.
2.2.3.6       Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen miocard dan kebutuhan, adanya iskemik/ nekrotik jaringan miocard ditandai dengan gangguan frekuensi jantung, tekanan darah dalam aktifitas, terjadinya disritmia, kelemahan umum
a.    tujuan:
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3x 24 jam diharapkan terjadi peningkatan toleransi pada klien.
b.    Kriteria Hasil :
-       klien berpartisipasi dalam aktifitas sesuai kemampuan klien > frekuensi jantung 60-100 x/menit
-       TD 12O-80mmHg
c.    Intervensi :
1)   catat frekuensi jantung, irama, dan perubahan TD selama dan sesudah aktivitas ) Tingkatkan istirahat ( di tempat tidur)
2)   Batasi aktintas pada dasar nyeri dan berikan aktifitas sensori yang tidak berat
3)   Jelaskan pola peningkatan bertahap dari tingkat aktifitas, contoh bengun dari kursi bila tidak ada nyeri, ambulasi dan istirahat selam 1 jam setelah mkan
4)   Kaji ulang tanda gangguan yang menunjukan tidak toleran terhadap aktifitas atau memerlukan pelaporan pada dokter.
2.2.3.7       Cemas berhubungan dengan ancaman aktual terhadap integritas biologis
a.    Tujuan :
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3x 24 jam diharapkan cemas hilang, berkurang.
b.    Kriteria Hasil :
-       Klien tampak rileks
-       Klien dapat beristirahat ) TTV dalam batas normal
c.    intervensi :
1)   Kaji tanda dan respon verbal serta non verbal terhadap ansietas
2)   Ciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman
3)   Ajarkan tehnik relaksasi
4)   Minimalkan rangsang yang membuat stress
5)   Diskusikan dan orientasikan klien dengan lingkungan dan peralatan
6)   Berikan sentuhan pada klien dan ajak klien berbincang-bincang dengan suasana tenang
7)   Berikan support mental
8)   Kolaborasi pemberian sedatif sesuai indikasi

2.2.3.8  Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi tentang fungsi jantung/ implikasi penyakit jantung dan status kesehatan yang akan datang, kebutuhan perubahan pola hidup ditandai dengan pernyataan masalah, kesalahan konsep, pertanyaan, terjadinya kompliksi yang dapat dicegah
a.    Tujuan :
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3x 24 jam diharapkan pengetahuanklien tentang kondisi penyakitnya menguat.
b.    Kriteria Hasil :
-       Menyatakan pemahaman tentang penyakit jantung , rencana pengobatan, tujuan pengobatan dan efek samping / reaksi merugikan
-       Menyebutkan gangguan yang memerlukan perhatian cepat.
c.    intervensi:
1)   Berikan informasi dalam bentuk belajar yang berfariasi, contoh buku, program audio/ visual, Tanya jawab dll.
2)   Beri penjelasan factor risiko, diet ( Rendah lemak dan rendah garam ) dan aktifitas yang berlebihan.
3)   Peringatan untuk menghindari paktivitas manuver valsava

4)   Latih pasien sehubungan dengan aktifitas yang bertahap contoh : jalan, kerja, rekreasi aktifitas seksual. 


DAFTAR RUJUKAN

Udjianti Wajan Juni.(2011). Keperawatan Kardiovaskular. Jakarta: salemba medika.

Alwi, I. (2014). Buku AjarIlmu Penyakit Dalam. Edisi 6. Jilid 2. Jakarta: Interna Publishing.

Robbins et al.(2012). Hubungan Antara Angka Leukosit Dengan AngkaKematian Penderita Infark Miokard Akut Di Rsud Dr. Moewardi Pada      Tahun 2012   (Internet).       Termuat            Dalam:<http://eprints.ums.ac.id/27738/3/4._BAB_I.pdf> (Diakses pada hari sabtu, 21 Mei 2016 pukul 09.00 WITA)

Okvitasari et al. (2016). Analysis Of Factors Related To The OccurrenceOf Coronary Heart Disease At Heart Polyclinic Ulin Hospital.2(2) Maret, pp.13.    available         from:  <http://journal.stikes-mb.ac.id/index.php/caring/article/viewFile/37/29>  (Acessed 20 Mei 2016)

Ditjen Yanmed, 2013; Veronique, 2007; Riskesdas, 2013; Mozaffarian et al. (2015).Suppression Of Tumorigenicity-2 (St2), Troponin-I Dan Kombinasi St2 Dan Troponin-I Sebagai Stratifikasi Risiko Payah Jantung. Kajian Pada Pasien Infark Miokard Akut(Internet). Termuat           dalam:            <http://eprints.uns.ac.id/21509/1/S971108005_pendahuluan.pdf> (Diakses pada hari sabtu, 15 april 2016 jam 12.15 WITA)

Okvitasari, Y (2016). Analisis Faktor Terkait dengan terjadinya Penyakit Jantung Koroner Pada Rumah Sakit Jantung Poliklinik Ulin. Disertasi, Universitas Muhammadiyah Banjarmasin.
Dari Rekapitulasi 10 Besar Penyakit Ruang Intensive Coronary Care Unit RSUD Ulin Banjarmasin Tahun 2016.

http://www.inaheart.org/upload/file/Women_Guideline-Fix(5).pdf(Diakses pada hari senin, 23 Mei 2016 jam 09.00 WITA)

http://www.kemkes.go.id/article/view/201410080002/lingkungan-sehat-jantung-sehat.html (Diakses pada hari rabu, 4 Mei 2016 jam 11.00 WITA)

http://www.newsfarras.com/2014/11/Kerja-Fungsi-Anatomi-Fisiologi-Jantung.html (Diakses pada hari senin, 11 april 2016 jam 23.00 WITA )

Putri & Wijaya. (2013). Keperawatan Medikal Bedah 1. Yogyakarta: Nuha Medika

Syaifuddin. (2012). Anatomi Fisiologi Kurikulum Berbasis Kompetensi Untuk Keperawatan dan Kebidanan. Edisi 4. Jakarta: Buku Kedokteran EGC

Nazmah A. (2012). Panduan Belajar Membaca EKG. Jakarta: CV. Trans Info Media

Muttaqin A. (2009). Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Kardiovaskular dan Hematologi. Jakarta: Salemba Medika

Nurarif AH & Hardi, K. (2013). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & Nanda. Jilid 1. Jakarta: EGC


Nurarif AH & Hardi, K. (2013). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & Nanda. Jilid 2. Jakarta: EGC

Muttaqin, A & nurachmach. Eds. (2012) Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Kardiovaskular. Jakarta: Salemba Medika

Thibodeau, P (2013). Anatomy & Pysiology. Edisi 8. United States Of America

Mosby (2011). medical surgical nursing. Edisi 1.United States Of America

Priharjo. Robert. 2012. Pengkajian Fisik Keperawatan, edisi 2. Jakarta : EGC

Smeltzer C, dan Brenda G, Bare. 2009. Keperawatan Bedah, edisi 8. Jakarta : EGC

Niman, S. 2013. Pengkajian Kesehatan Untuk Perawat. Jakarta: Trans Info Media

Carpenito, Linda Juall, 2008. Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada Praktik Klinis, edisi 6. Jakarta : EGC

2 comments: