LAPORAN PENDAHULUAN
KRANIOTOMI
A.
Definisi
Trepanasi/kraniotomi adalah suatu tindakan membuka tulang
kepala yang bertujuan mencapai otak untuk tindakan pembedahan definitif.
Kraniotomi adalah operasi membuka tulang tengkorak untuk mengangkat tumor, mengurangi
TIK, mengeluarkan bekuan darah atau menghentikan perdarahan. (Hinchliff Sue,
1999).
Kraniotomi mencakup pembukaan tengkorak melalui pembedahan
untuk meningkatkan akses pada struktur intrakranial. (Brunner & Suddarth,
2013).
Kraniotomi adalah insisi pada tulang tengkorak dan
membersihkan tulang dengan memperluas satu atau lebih lubang,. Pembedahan
craniektomy dilakukan untuk mengangkat tumor, hematom, luka, atau mencegah
infeksi pada daerah tualang tengkorak.
B.
Tujuan
Tujuan Kraniotomi menurut Brunner dan Suddart (2013)
untuk menghilangkan tumor, mengurangi tekanan intracranial, mengevakuasi bekuan
darah dan mengontrol hemoragi.
C.
Indikasi dan
Kontraindikasi
Indikasi tindakan kraniotomi atau pembedahan
intrakranial adalah sebagai berikut :
1. Penurunan
kesadaran tiba-tiba di depan mata
2. Adanya
tanda herniasi/lateralisasi
3. Adanya
cedera sistemik yang memerlukan operasi emergensi, dimana CT Scan Kepala tidak
bisa dilakukan.
4. Pengangkatan
jaringan abnormal baik tumor maupun kanker.
5. Mengurangi
tekanan intrakranial.
6. Mengevakuasi
bekuan darah .
7. Mengontrol
bekuan darah,
8. Pembenahan
organ-organ intrakranial,
9. Tumor
otak,
10. Kelemahan
dalam pembuluh darah (cerebral aneurysms)
11. Peradangan
dalam otak
12. Trauma
pada tengkorak.
Kontraindikasi melakukan
kraniotomi : tidak ada.
D.
Penatalaksanaan
1.
Pre Operasi
Pada penatalaksaan bedah intrakranial praoperasi
pasien diterapi dengan medikasi antikonvulsan (fenitoin) untuk mengurangi
resiko kejang pascaoperasi. Sebelum pembedahan, steroid (deksametason) dapat
diberikan untuk mengurangai edema serebral. Cairan dapat dibatasi. Agens
hiperosmotik (manitol) dan diuretik (furosemid) dapat diberikan secara
intravena segera sebelum dan kadang selama pembedahan bila pasien cenderung
menahan air, yang terjadi pada individu yang mengalami disfungsi intrakranial.
Kateter urinarius menetap di pasang sebelum pasien dibawa ke ruang operasi
untuk mengalirkan kandung kemih selama pemberian diuretik dan untuk
memungkinkan haluaran urinarius dipantau. Pasien dapat diberikan antibiotik
bila serebral sempat terkontaminasi atau deazepam pada praoperasi untuk
menghilangkan ansietas. Kulit kepala di cukur segera sebelum pembedahan
(biasanya di ruang operasi) sehingga adanya abrasi superfisial tidak semua
mengalami infeksi.
2.
Post Operasi
a.
Mengurangi Edema Serebral
Terapi medikasi untuk mengurangi edema serebral
meliputi pemberian manitol, yang meningkatkan osmolalitas serum dan menarik air
bebas dari area otak (dengan sawar darah-otak utuh). Cairan ini kemudian
dieksresikan melalui diuresis osmotik. Deksametason dapat diberikan melalui
intravena setiap 6 jam selama 24 sampai 72 jam ; selanjutnya dosisnya dikurangi secara
bertahap.
b.
Meredakan Nyeri dan Mencegah Kejang
Asetaminofen biasanya diberikan selama suhu di atas
37,50C dan untuk nyeri. Sering kali pasien akan mengalami sakit kepala setelah
kraniotomi, biasanya sebagai akibat syaraf kulit kepala diregangkan dan
diiritasi selama pembedahan. Kodein, diberikan lewat parenteral, biasanya cukup
untuk menghilangkan sakit kepala. Medikasi antikonvulsan (fenitoin, deazepam)
diresepkan untuk pasien yang telah menjalani kraniotomi supratentorial, karena
resiko tinggi epilepsi setelah prosedur bedah neuro supratentorial. Kadar serum
dipantau untuk mempertahankan medikasi dalam rentang terapeutik.
c.
Memantau Tekanan Intrakranial
Kateter ventrikel, atau beberapa tipe drainase,
sering dipasang pada pasien yang menjalani pembedahan untuk tumor fossa
posterior. Kateter disambungkan ke sistem drainase eksternal. Kepatenan kateter
diperhatikan melalui pulsasi cairan dalam selang. TIK dapat di kaji dengan
menyusun sistem dengan sambungan stopkok ke selang bertekanan dan tranduser.
TIK dalam dipantau dengan memutar stopkok. Perawatan diperlukan untuk menjamin
bahwa sistem tersebut kencang pada semua sambungan dan bahwa stopkok ada pada
posisi yang tepat untuk menghindari drainase cairan serebrospinal, yang dapat
mengakibatkan kolaps ventrikel bila cairan terlalu banyak dikeluarkan. Kateter
diangkat ketika tekanan ventrikel normal dan stabil. Ahli bedah neuro diberi
tahu kapanpun kateter tanpak tersumbat. Pirau ventrikel kadang dilakuakan
sebelum prosedur bedah tertentu untuk mengontrol hipertensi intrakranial,
terutama pada pasien tumor fossa posterior
E.
Pemeriksaan Penunjang
Prosedur
diagnostik praoperasi dapat meliputi :
1.
Tomografi komputer (pemindaian CT)
Untuk menunjukkan lesi dan memperlihatkan derajat
edema otak sekitarnya, ukuran ventrikel, dan perubahan posisinya/pergeseran
jaringan otak, hemoragik.
Catatan : pemeriksaan berulang mungkin diperlukan
karena pada iskemia/infark mungkin tidak terdeteksi dalam 24-72 jam pasca
trauma
2.
Pencitraan resonans magnetik (MRI)
Sama dengan skan CT, dengan tambahan keuntungan
pemeriksaan lesi di potongan lain.
3.
Electroencephalogram (EEG)
Untuk memperlihatkan keberadaan atau berkembangnya
gelombang patologis
4.
Angiografy Serebral
Menunjukkan kelainan sirkulasi serebral, seperti
pergeseran jaringan otak akibat edema, perdarahan trauma
5.
Sinar-X
Mendeteksi adanya perubahan struktur tulang
(fraktur), pergeseran struktur dari garis tengah (karena perdarahan,edema),
adanya fragmen tulang
6.
Brain Auditory Evoked Respon (BAER) : menentukan
fungsi korteks dan batang otak
7.
Positron Emission Tomography (PET) : menunjukkan
perubahan aktivitas metabolisme pada otak
8.
Fungsi lumbal, CSS : dapat menduga kemungkinan adanya
perdarahan subarachnoid
9.
Gas Darah Artery (GDA) : mengetahui adanya masalah
ventilasi atau oksigenasi yang akan dapat meningkatkan TIK
10.
Kimia/elektrolit darah : mengetahui ketidakseimbangan
yang berperan dalam meningkatkan TIK/perubahan mental
11.
Pemeriksaan toksikologi : mendeteksi obat yang
mungkin bertanggung jawab terhadap penurunan kesadaran
12.
Kadar antikonvulsan darah : dapat dilakukan untuk
mengetahui tingkat terapi yang cukup efektif untuk mengatasi kejang. (Doengoes,
2010).
B.
Diagnosa Keperawatan dan
Intervensi Keperawatan
Pre Operasi
Diagnosa Keperawatan
|
Intervensi
|
Rasional
|
Nyeri Akut berhubungan dengan Peningkatan Tekanan Intrakranial
|
1.
Kaji Keluhan Nyeri, karakteristik,
lokasi dan intensitas
2.
Ajarkan teknik relaksasi : tarik
nafas dalam.
3.
Catat perubahan dalam penglihatan,
seperti adanya kebutaan, gangguan lapang pandang/kedalaman persepsi.
4.
Pertahankan keadaan tirah baring;
ciptakan lingkungan yang tenang, batasi pengunjung/aktivitas klien sesuai
indikasi.
5.
Kolaborasi medis untuk pemberian
analgesiko
|
1.
Menentukan dan memnerikan tindakan
yang tepat
2.
Ketegangan syaraf yang mengendur
mengurangi nyeri.
3.
Gangguan penglihatan yang spesifik men-cerminkan
daerah otak yang terkena, mengindikasikan keamanan yang harus mendapat
perhatian dan mem-pengaruhi intervensi yang dilakukan.
4.
Aktivitas/stimulasi yang kontinu
dapat meningkat-kan TIK. Istirahat
total dan ketenangan mungkin di-perlukan untuk pencegahan perdarahan dalam
kasus hemoragik/perdarahan lainnya.
5.
Pemberian analgetik dapat membantu
mempercepat mengurangi nyeri.
|
Ansietas Berhubungan dengan Kurang pengetahuan, kurang informasi tentang
prosedur pembedahan
|
1.
Tentukan pengalaman klien sebelumnya
terhadap penyakit yang dideritanya.
2.
Berikan informasi tentang prognosis
secara akurat.
3.
Beri kesempatan pada klien untuk
mengekspresikan rasa marah, takut, konfrontasi. Beri informasi dengan emosi
wajar dan ekspresi yang sesuai.
4.
Jelaskan pengobatan, tujuan dan efek
samping. Bantu klien mempersiapkan diri dalam pengobatan.
5.
Catat koping yang tidak efektif
seperti kurang interaksi sosial, ketidak berdayaan dll.
6.
Anjurkan untuk mengembangkan
interaksi dengan support system.
7.
Berikan lingkungan yang tenang dan
nyaman.
8.
Pertahankan kontak dengan klien,
bicara dan sentuhlah dengan wajar.
|
1.
Data-data mengenai pengalaman klien
sebelumnya akan memberikan dasar untuk penyuluhan dan menghindari adanya
duplikasi.
2.
Pemberian informasi dapat membantu
klien dalam memahami proses penyakitnya.
3.
Dapat menurunkan kecemasan klien.
4.
Membantu klien dalam memahami
kebutuhan untuk pengobatan dan efek sampingnya.
5.
Mengetahui dan menggali pola koping
klien serta mengatasinya / memberikan solusi dalam upaya meningkatkan
kekuatan dalam mengatasi kecemasan.
6.
Agar klien memperoleh dukungan dari
orang yang terdekat / keluarga
7.
Memberikan kesempatan pada klien
untuk berpikir / merenung / istirahat
8.
Klien mendapatkan kepercayaan diri
dan keyakinan bahwa dia benar-benar ditolong.
|
Intra
operasi
Diagnosa Keperawatan
|
Intervensi Keperawatan
|
Rasional
|
Resiko Pendarahan berhubungan dengan Pembedahan
|
1.
Monitor Ketat tanda-tanda pendarahan
2.
Monitor status cairan yang meliputi
intake dan output
3.
Berikan Cairan Intravena
4.
Monitor penentu pengiriman oksigen
ke jaringan (PaO2, SaO2, dan level Hb serta cardiac output)
5.
Kolaborasi pemberian produk darah (
platelet atau fresh frozen plasma)
|
1.
Agar dapat menentukan intervensi
selanjutnya
2.
untuk mengetahui apakah pemasukan
cairan dan pengeluaran cairan seimbang sehingga dapat menentukan hidrasi pada
klien.
3.
Untuk membantu meningkatkan hidrasi
agar mencegah syok hipovolemik akibat dehidrasi
4.
Mengetahui kebutuhan klien terhadap
oksigenasi
5.
Untuk membantu mengurangi pendarahan
yang terjadi sehingga angka kebutuhan darah klien terpenuhi.
|
Resiko syok hipovolemik berhubungan dengan pendarahan berlebihan
|
1.
Monitor keadaan umum pasien.
2.
Observasi vital sign setiap 3 jam
atau lebih.
3.
Kolaborasi : Pemberian cairan
intravena.
4.
Kolaborasi : pemeriksaan : HB, PCV,
trombosit.
|
1.
Untuk memonitor kondisi pasien
selama perawatan terutama saat terjadi perdarahan.
2.
Perawat perlu terus mengobaservasi
vital sign untuk memastikan tidak terjadi presyok / syok.
3.
Cairan intravena diperlukan untuk
mengatasi kehilangan cairan tubuh secara hebat.
Untuk mengetahui tingkat kebocoran pembuluh darah yang dialami pasien
dan untuk acuan melakukan tindakan lebih lanjut.
|
Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan
kadar hemoglobin dalam darah
|
1.
Kaji tingkat kesadaran klien secara
teratur.
2.
Kaji warna kulit, suhu, sianosis,
nadi perifer, dan diaphoresis scara teratur.
3.
Pantau urine output.
4.
Berikan makanan kecil/mudah
dikunyah, batasi asupan kafein.
5.
Kolaborasi: Pemberian transfuse
darah
6.
Pemantauan laboratorium.
|
1.
Mengetahui derajat hipoksia.
2. Mengetahui derajat hipoksemia
dan peningkatan tahanan perifer.
3. Penurunan curah jantung
mengakibatkan menurunnya produksi urine. Pemantauan yang ketat pada produksi
rine <600 ml/hari merupakan tanda terjadinya syok kardiogenik.
4. Makanan besar dapat
meningkatkan kerja miokardium.
5. Transfusi dengan PRC lebih rasional diberikan
6.
pada klien yang mengalami anemia akibat penurunan sel darah merah.
|
Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi
|
1. Kaji
pola napas klien, frekuensi dan ke dalaman nafas klien
2. Auskultasi
bunyi napas klien
3. Awasi
kesesuaian nafas klien
4. Catat
perkembangan dada
5. Kolaborasi
pemberian alat bantu pernafasan ventilator Pantau
SPO2
|
1.
Mengetahui perubahan, frekuensi, kedalaman napas klien.
2. Bunyi napas dapat menurun atau
tidak ada pada lonus segmen paru, atau seluruh area paru.
3. Kesulitan bernapas atau
peningkatan tekanan jalan nafas diduga memburuknya kondisi/terjadinya
komplikasi.
4. perkembangan dada sama dengan
ekspansi paru.
5. Untuk membantu pernafasan klien
agar tidak terjadi apneu
Untuk memenuhi kebutuhan O2 klien
|
Post
operasi
Diagnosa keperawatan
|
Intervensi
|
Rasional
|
Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan
kadar hemoglobin dalam darah
|
1. Kaji
tingkat kesadaran klien secara teratur.
2. Kaji
warna kulit, suhu, sianosis, nadi perifer, dan diaphoresis scara teratur.
3. Pantau
urine output.
4. Berikan
makanan kecil/mudah dikunyah, batasi asupan kafein.
5. Kolaborasi:
Pemberian transfuse darah
6. Pemantauan
laboratorium.
|
1.
Mengetahui derajat hipoksia.
2.
Mengetahui derajat hipoksemia dan
peningkatan tahanan perifer.
3.
Penurunan curah jantung
mengakibatkan menurunnya produksi urine. Pemantauan yang ketat pada produksi
rine <600 ml/hari merupakan tanda terjadinya syok kardiogenik.
4.
Makanan besar dapat meningkatkan
kerja miokardium.
5.
Transfusi dengan PRC lebih rasional
diberikan pada klien yang mengalami anemia akibat penurunan sel darah merah.
6.
Pemantauan darah rutin berguna untuk
melihat perkembangan
|
Nyeri
berhubungan dengan prosedur bedah
|
1.
Kaji nyeri, catat lokasi,
karakteristik, beratnya skala 0-5, selidiki dan laporkan perubahan nyeri
dengan tepat.
2.
Pertahankan istirahat dengan posisi
semi fowler.
3.
Kaji penyebab ketidaknyaman yang
mungkin selain dari prosedur operasi.
4.
Dorong penggunan teknik relaksasi,
misalnya latihan napas dalam, bimbingan imajinasi, visualisasi.
5.
Observasi efek analgesic.
|
1.
Berguna dalam pengawasan keefektifan
obat, kemajuan penyembuhan. Perubahan pada kerakteristik nyeri menunjukan
terjadinya abses/peritonitis, memerlukan upaya evaluasi medik dan intervensi.
2.
Gravitasi melokalisasi eksudat
inflamasi.
3.
Ketidaknyaman mungkin disebabkan/diperburuk
dengan penekanan pada kateter.
4.
Lepaskan tegangan emosional dari otot;
tingkatkan perasaan kontrol yang mingkun dapat meningkatkan kmampuan koping.
5.
respirasi mungkin menurun pada
pemberian narkotik, dan mungkin menimbulkan efek-efek sinergestik dengan
zat-zat anatesi
|
Perubahan Nutrisi Kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual
dan muntah
|
1.
Kaji status nutrisi pasien, berat
badan,derajat penurunan berat badan, integritas mukosa oral, kemampuan
menelan, riwayat mual/muntah.
2.
Kaji pengetahuan pasien tentang
intake nutrisi
3.
Pertahankan kebersihan mulut
4.
Anjurkan makan 3 kali sehari
5.
Berikan makan dengan perlahan pada
lingkungan yang tenang
6.
Kolaborasi dengan ahli diet untuk
menetapkan komposisi dan jenis diet yang tepat
|
1.
Memvalidasi dan menetapkan derajat
masalah untuk menetapkan pilihan intervensi yang tepat
2.
Dapat lebih terarah dalam memberikan
pendidikan yang sesuai dengan pengetahuan pasien secara efektif dan efesien
3.
Akumulasi partikel makanan dimulut
dapat menambah bau dan rasa tak sedap yang menurunkan nafsu makan
4.
Menambah energi dan proses
metabolisme untuk memperbaiki sel-sel yang rusak
5.
Pasien dapat berkonsentrasi pada
mekanisme makan tanpa adanya distraksi/gangguan dari luar
6.
Memenuhi peningkatan kebutuhan
energi dan kalori sehubungan dengan perubahan metabolik pasien
|
Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi
|
1. Kaji
pola napas klien, frekuensi dan ke dalaman nafas klien
2. Auskultasi
bunyi napas klien
3. Awasi
kesesuaian nafas klien
4. Catat
perkembangan dada
Berikan posisi yang nyaman misal fowler
|
1.
Mengetahui
perubahan, frekuensi, kedalaman napas klien.
2.
Bunyi napas
dapat menurun atau tidak ada pada lonus segmen paru, atau seluruh area paru.
3.
Kesulitan
bernapas atau peningkatan tekanan jalan nafas diduga memburuknya
kondisi/terjadinya komplikasi.
4.
perkembangan
dada sama dengan ekspansi paru.
meningkatkan inspirasi maksimal.
|
Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas Berhubungan Dengan Penumpukan
Sekret
|
1. Kaji
fungsi
pernapasan (bunyi napas, kecepatan, irama, kedalaman
dan penggunaan otot asesori)
2. Kaji
kemampuan klien mengeluarkan sekresi, catat karakter sputum.
3. Berikan
posisi yang nyaman (fowler/semi fowler).
4. Ajarkan
klien latihan napas dalam dan batuk efektif.
5. Berikan
cairan sedikitnya 2500 ml/hari (kecuali kontraindikasi).Tawarkan air hangat,
dari pada dingin.
6. Kolaborsi
dalam pemberian obat mukolitik ekspektoran, bronkodilator, analgesik..
|
1. rokhi
menunjukkan akumulasi sekret dan ketidak efektifan pengeluaran sekresi yang
selanjutnya dapat menimbulkan penggunaan otot asesori dan peningkatan kerja
pernapasan.
2. pengeluaran
sulit bila sekret sangat kental (efek infeksi dan hidrasi yang tidak
adekuat).
3. posisi
fowler memaksimalkan ekspansi paru dan menurunkan upaya bernapas.
4. Ventilasi
maksimal membuka area atelektasis dan meningkatkan gerakkan sekret kedalam
jalan napas besar untuk dikeluarkan.
5. Cairan
khususnya yang hangat) mobilisasi dan mengeluarkan secret.
6. Alat
untuk menurunkan spasme bronkus dengan mobilisasi secret. Analgesik diberikan untuk memperbaiki batuk
dengan menurunkan ketidaknyamanan tetapi harus digunakan secara hati-hati,
kerana dapat menurunkan upaya batuk/menekan pernapasan.
|
Resiko infeksi berhubungan dengan infasi bakteri
|
1.
Cuci tangan sebelum melakukan
tindakan. Pengunjung juga dianjurkan melakukan hal yang sama.
2.
Jaga personal hygine klien dengan
baik.
3.
Monitor temperatur.
4.
Kaji semua sistem untuk melihat
tanda-tanda infeksi.
5.
Hindarkan/batasi prosedur invasif
dan jaga aseptik prosedur.
|
1.
Mencegah terjadinya infeksi silang.
2.
Menurunkan/mengurangi adanya
organisme hidup.
3.
Peningkatan suhu merupakan tanda
terjadinya infeksi.
4.
Mencegah/mengurangi terjadinya resiko
infeksi
5.
Mencegah terjadinya infeksi.
|
DAFTAR PUSTAKA
Brunner
dan Suddart. 2013. Buku Ajar Keperawatan
Medikal Bedah. Jakarta: EGC
Doengoes, Marilynn E.
2010. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman
Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta : EGC
Nurarif, A. Huda dan
Kusuma Hardhi. 2013. Aplikasi Asuhan
Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis Nanda Nic Noc Edisi. Yogyakarta.
https://documents.tips/documents/lp-kraniotomi-dewi-doc.html
https://id.scribd.com/mobile/doc/142578859/Pathway-Post-Operasi-Craniotomi
No comments:
Post a Comment