Monday, March 26, 2018

Laporan Pendahuluan Kranitiotomi


LAPORAN PENDAHULUAN KRANIOTOMI

A.      Definisi
Trepanasi/kraniotomi adalah suatu tindakan membuka tulang kepala yang bertujuan mencapai otak untuk tindakan pembedahan definitif. Kraniotomi adalah operasi membuka tulang tengkorak untuk mengangkat tumor, mengurangi TIK, mengeluarkan bekuan darah atau menghentikan perdarahan. (Hinchliff Sue, 1999).
Kraniotomi mencakup pembukaan tengkorak melalui pembedahan untuk meningkatkan akses pada struktur intrakranial. (Brunner & Suddarth, 2013).
Kraniotomi adalah insisi pada tulang tengkorak dan membersihkan tulang dengan memperluas satu atau lebih lubang,. Pembedahan craniektomy dilakukan untuk mengangkat tumor, hematom, luka, atau mencegah infeksi pada daerah tualang tengkorak.
B.       Tujuan
Tujuan Kraniotomi menurut Brunner dan Suddart (2013) untuk menghilangkan tumor, mengurangi tekanan intracranial, mengevakuasi bekuan darah dan mengontrol hemoragi.
C.      Indikasi dan Kontraindikasi
Indikasi tindakan kraniotomi atau pembedahan intrakranial adalah sebagai berikut :
1.    Penurunan kesadaran tiba-tiba di depan mata
2.    Adanya tanda herniasi/lateralisasi
3.    Adanya cedera sistemik yang memerlukan operasi emergensi, dimana CT Scan Kepala tidak bisa dilakukan.
4.    Pengangkatan jaringan abnormal baik tumor maupun kanker.
5.    Mengurangi tekanan intrakranial.
6.    Mengevakuasi bekuan darah .
7.    Mengontrol bekuan darah,
8.    Pembenahan organ-organ intrakranial,
9.    Tumor otak,
10.     Kelemahan dalam pembuluh darah (cerebral aneurysms)
11.     Peradangan dalam otak
12.     Trauma pada tengkorak.
Kontraindikasi melakukan kraniotomi :  tidak ada.
D.      Penatalaksanaan
1.         Pre Operasi
Pada penatalaksaan bedah intrakranial praoperasi pasien diterapi dengan medikasi antikonvulsan (fenitoin) untuk mengurangi resiko kejang pascaoperasi. Sebelum pembedahan, steroid (deksametason) dapat diberikan untuk mengurangai edema serebral. Cairan dapat dibatasi. Agens hiperosmotik (manitol) dan diuretik (furosemid) dapat diberikan secara intravena segera sebelum dan kadang selama pembedahan bila pasien cenderung menahan air, yang terjadi pada individu yang mengalami disfungsi intrakranial. Kateter urinarius menetap di pasang sebelum pasien dibawa ke ruang operasi untuk mengalirkan kandung kemih selama pemberian diuretik dan untuk memungkinkan haluaran urinarius dipantau. Pasien dapat diberikan antibiotik bila serebral sempat terkontaminasi atau deazepam pada praoperasi untuk menghilangkan ansietas. Kulit kepala di cukur segera sebelum pembedahan (biasanya di ruang operasi) sehingga adanya abrasi superfisial tidak semua mengalami infeksi.
2.         Post Operasi
a.    Mengurangi Edema Serebral
Terapi medikasi untuk mengurangi edema serebral meliputi pemberian manitol, yang meningkatkan osmolalitas serum dan menarik air bebas dari area otak (dengan sawar darah-otak utuh). Cairan ini kemudian dieksresikan melalui diuresis osmotik. Deksametason dapat diberikan melalui intravena setiap 6 jam selama 24 sampai 72 jam ;  selanjutnya dosisnya dikurangi secara bertahap.
b.    Meredakan Nyeri dan Mencegah Kejang
Asetaminofen biasanya diberikan selama suhu di atas 37,50C dan untuk nyeri. Sering kali pasien akan mengalami sakit kepala setelah kraniotomi, biasanya sebagai akibat syaraf kulit kepala diregangkan dan diiritasi selama pembedahan. Kodein, diberikan lewat parenteral, biasanya cukup untuk menghilangkan sakit kepala. Medikasi antikonvulsan (fenitoin, deazepam) diresepkan untuk pasien yang telah menjalani kraniotomi supratentorial, karena resiko tinggi epilepsi setelah prosedur bedah neuro supratentorial. Kadar serum dipantau untuk mempertahankan medikasi dalam rentang terapeutik.
c.    Memantau Tekanan Intrakranial
Kateter ventrikel, atau beberapa tipe drainase, sering dipasang pada pasien yang menjalani pembedahan untuk tumor fossa posterior. Kateter disambungkan ke sistem drainase eksternal. Kepatenan kateter diperhatikan melalui pulsasi cairan dalam selang. TIK dapat di kaji dengan menyusun sistem dengan sambungan stopkok ke selang bertekanan dan tranduser. TIK dalam dipantau dengan memutar stopkok. Perawatan diperlukan untuk menjamin bahwa sistem tersebut kencang pada semua sambungan dan bahwa stopkok ada pada posisi yang tepat untuk menghindari drainase cairan serebrospinal, yang dapat mengakibatkan kolaps ventrikel bila cairan terlalu banyak dikeluarkan. Kateter diangkat ketika tekanan ventrikel normal dan stabil. Ahli bedah neuro diberi tahu kapanpun kateter tanpak tersumbat. Pirau ventrikel kadang dilakuakan sebelum prosedur bedah tertentu untuk mengontrol hipertensi intrakranial, terutama pada pasien tumor fossa posterior

E.       Pemeriksaan Penunjang
Prosedur diagnostik praoperasi dapat meliputi :
1.         Tomografi komputer (pemindaian CT)
Untuk menunjukkan lesi dan memperlihatkan derajat edema otak sekitarnya, ukuran ventrikel, dan perubahan posisinya/pergeseran jaringan otak, hemoragik.
Catatan : pemeriksaan berulang mungkin diperlukan karena pada iskemia/infark mungkin tidak terdeteksi dalam 24-72 jam pasca trauma
2.         Pencitraan resonans magnetik (MRI)
Sama dengan skan CT, dengan tambahan keuntungan pemeriksaan lesi di potongan lain.
3.         Electroencephalogram (EEG)
Untuk memperlihatkan keberadaan atau berkembangnya gelombang patologis
4.         Angiografy Serebral
Menunjukkan kelainan sirkulasi serebral, seperti pergeseran jaringan otak akibat edema, perdarahan trauma
5.         Sinar-X
Mendeteksi adanya perubahan struktur tulang (fraktur), pergeseran struktur dari garis tengah (karena perdarahan,edema), adanya fragmen tulang
6.         Brain Auditory Evoked Respon (BAER) : menentukan fungsi korteks dan batang otak
7.         Positron Emission Tomography (PET) : menunjukkan perubahan aktivitas metabolisme pada otak
8.         Fungsi lumbal, CSS : dapat menduga kemungkinan adanya perdarahan subarachnoid
9.         Gas Darah Artery (GDA) : mengetahui adanya masalah ventilasi atau oksigenasi yang akan dapat meningkatkan TIK
10.     Kimia/elektrolit darah : mengetahui ketidakseimbangan yang berperan dalam meningkatkan TIK/perubahan mental
11.     Pemeriksaan toksikologi : mendeteksi obat yang mungkin bertanggung jawab terhadap penurunan kesadaran
12.     Kadar antikonvulsan darah : dapat dilakukan untuk mengetahui tingkat terapi yang cukup efektif untuk mengatasi kejang. (Doengoes, 2010).







B.       Diagnosa Keperawatan dan Intervensi Keperawatan
       Pre Operasi
Diagnosa Keperawatan
Intervensi
Rasional
Nyeri Akut berhubungan dengan Peningkatan Tekanan Intrakranial
1.    Kaji Keluhan Nyeri, karakteristik, lokasi dan intensitas

2.    Ajarkan teknik relaksasi : tarik nafas dalam.

3.    Catat perubahan dalam penglihatan, seperti adanya kebutaan, gangguan lapang pandang/kedalaman persepsi.




4.    Pertahankan keadaan tirah baring; ciptakan lingkungan yang tenang, batasi pengunjung/aktivitas klien sesuai indikasi.



5.    Kolaborasi medis untuk pemberian analgesiko
1.    Menentukan dan memnerikan tindakan yang tepat

2.    Ketegangan syaraf yang mengendur mengurangi nyeri.
3.    Gangguan penglihatan yang spesifik men-cerminkan daerah otak yang terkena, mengindikasikan keamanan yang harus mendapat perhatian dan mem-pengaruhi intervensi yang dilakukan.
4.    Aktivitas/stimulasi yang kontinu dapat meningkat-kan TIK.  Istirahat total dan ketenangan mungkin di-perlukan untuk pencegahan perdarahan dalam kasus hemoragik/perdarahan lainnya.
5.    Pemberian analgetik dapat membantu mempercepat mengurangi nyeri.
Ansietas Berhubungan dengan Kurang pengetahuan, kurang informasi tentang prosedur pembedahan
1.    Tentukan pengalaman klien sebelumnya terhadap penyakit yang dideritanya.



2.    Berikan informasi tentang prognosis secara akurat.

3.    Beri kesempatan pada klien untuk mengekspresikan rasa marah, takut, konfrontasi. Beri informasi dengan emosi wajar dan ekspresi yang sesuai.
4.    Jelaskan pengobatan, tujuan dan efek samping. Bantu klien mempersiapkan diri dalam pengobatan.
5.    Catat koping yang tidak efektif seperti kurang interaksi sosial, ketidak berdayaan dll.




6.    Anjurkan untuk mengembangkan interaksi dengan support system.
7.    Berikan lingkungan yang tenang dan nyaman.
8.    Pertahankan kontak dengan klien, bicara dan sentuhlah dengan wajar.
1.    Data-data mengenai pengalaman klien sebelumnya akan memberikan dasar untuk penyuluhan dan menghindari adanya duplikasi.
2.    Pemberian informasi dapat membantu klien dalam memahami proses penyakitnya.
3.    Dapat menurunkan kecemasan klien.




4.    Membantu klien dalam memahami kebutuhan untuk pengobatan dan efek sampingnya.

5.    Mengetahui dan menggali pola koping klien serta mengatasinya / memberikan solusi dalam upaya meningkatkan kekuatan dalam mengatasi kecemasan.
6.    Agar klien memperoleh dukungan dari orang yang terdekat / keluarga
7.    Memberikan kesempatan pada klien untuk berpikir / merenung / istirahat
8.    Klien mendapatkan kepercayaan diri dan keyakinan bahwa dia benar-benar ditolong.





Intra operasi

Diagnosa Keperawatan
Intervensi Keperawatan
Rasional
Resiko Pendarahan berhubungan dengan Pembedahan
1.    Monitor Ketat tanda-tanda pendarahan
2.    Monitor status cairan yang meliputi intake dan output



3.    Berikan Cairan Intravena




4.    Monitor penentu pengiriman oksigen ke jaringan (PaO2, SaO2, dan level Hb serta cardiac output)
5.    Kolaborasi pemberian produk darah ( platelet atau fresh frozen plasma)
1.    Agar dapat menentukan intervensi selanjutnya
2.    untuk mengetahui apakah pemasukan cairan dan pengeluaran cairan seimbang sehingga dapat menentukan hidrasi pada klien.
3.    Untuk membantu meningkatkan hidrasi agar mencegah syok hipovolemik akibat dehidrasi
4.    Mengetahui kebutuhan klien terhadap oksigenasi



5.    Untuk membantu mengurangi pendarahan yang terjadi sehingga angka kebutuhan darah klien terpenuhi.
Resiko syok hipovolemik berhubungan dengan pendarahan berlebihan
1.    Monitor keadaan umum pasien.


2.    Observasi vital sign setiap 3 jam atau lebih.


3.    Kolaborasi : Pemberian cairan intravena.



4.    Kolaborasi : pemeriksaan : HB, PCV, trombosit.

1.    Untuk memonitor kondisi pasien selama perawatan terutama saat terjadi perdarahan.
2.    Perawat perlu terus mengobaservasi vital sign untuk memastikan tidak terjadi presyok / syok.
3.    Cairan intravena diperlukan untuk mengatasi kehilangan cairan tubuh secara hebat.
Untuk mengetahui tingkat kebocoran pembuluh darah yang dialami pasien dan untuk acuan melakukan tindakan lebih lanjut.
Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan kadar hemoglobin dalam darah
1.    Kaji tingkat kesadaran klien secara teratur.
2.    Kaji warna kulit, suhu, sianosis, nadi perifer, dan diaphoresis scara teratur.

3.    Pantau urine output.







4.    Berikan makanan kecil/mudah dikunyah, batasi asupan kafein.
5.    Kolaborasi: Pemberian transfuse darah
6.    Pemantauan laboratorium.
1.    Mengetahui derajat hipoksia.
2.  Mengetahui derajat hipoksemia dan peningkatan tahanan perifer.
3.  Penurunan curah jantung mengakibatkan menurunnya produksi urine. Pemantauan yang ketat pada produksi rine <600 ml/hari merupakan tanda terjadinya syok kardiogenik.
4.  Makanan besar dapat meningkatkan kerja miokardium.
5. Transfusi dengan PRC lebih rasional diberikan
6. pada klien yang mengalami anemia akibat penurunan sel darah merah.

Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi
1.    Kaji pola napas klien, frekuensi dan ke dalaman nafas klien
2.    Auskultasi bunyi napas klien


3.    Awasi kesesuaian nafas klien




4.    Catat perkembangan dada

5.    Kolaborasi pemberian alat bantu pernafasan ventilator Pantau SPO2
1. Mengetahui perubahan, frekuensi, kedalaman napas klien.
2.  Bunyi napas dapat menurun atau tidak ada pada lonus segmen paru, atau seluruh area paru.
3.  Kesulitan bernapas atau peningkatan tekanan jalan nafas diduga memburuknya kondisi/terjadinya komplikasi.
4.  perkembangan dada sama dengan ekspansi paru.
5.  Untuk membantu pernafasan klien agar tidak terjadi apneu
 Untuk memenuhi kebutuhan O2 klien


Post operasi
Diagnosa keperawatan
Intervensi
Rasional
Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan kadar hemoglobin dalam darah
1.    Kaji tingkat kesadaran klien secara teratur.
2.    Kaji warna kulit, suhu, sianosis, nadi perifer, dan diaphoresis scara teratur.

3.    Pantau urine output.







4.    Berikan makanan kecil/mudah dikunyah, batasi asupan kafein.
5.    Kolaborasi: Pemberian transfuse darah




6.    Pemantauan laboratorium.
1.    Mengetahui derajat hipoksia.
2.    Mengetahui derajat hipoksemia dan peningkatan tahanan perifer.
3.    Penurunan curah jantung mengakibatkan menurunnya produksi urine. Pemantauan yang ketat pada produksi rine <600 ml/hari merupakan tanda terjadinya syok kardiogenik.
4.    Makanan besar dapat meningkatkan kerja miokardium.
5.    Transfusi dengan PRC lebih rasional diberikan pada klien yang mengalami anemia akibat penurunan sel darah merah.
6.    Pemantauan darah rutin berguna untuk melihat perkembangan
Nyeri berhubungan dengan prosedur bedah
1.    Kaji nyeri, catat lokasi, karakteristik, beratnya skala 0-5, selidiki dan laporkan perubahan nyeri dengan tepat.






2.    Pertahankan istirahat dengan posisi semi fowler.
3.    Kaji penyebab ketidaknyaman yang mungkin selain dari prosedur operasi.
4.    Dorong penggunan teknik relaksasi, misalnya latihan napas dalam, bimbingan imajinasi, visualisasi.
5.    Observasi efek analgesic.

1.    Berguna dalam pengawasan keefektifan obat, kemajuan penyembuhan. Perubahan pada kerakteristik nyeri menunjukan terjadinya abses/peritonitis, memerlukan upaya evaluasi medik dan intervensi.
2.    Gravitasi melokalisasi eksudat inflamasi.
3.    Ketidaknyaman mungkin disebabkan/diperburuk dengan penekanan pada kateter.
4.     Lepaskan tegangan emosional dari otot; tingkatkan perasaan kontrol yang mingkun dapat meningkatkan kmampuan koping.
5.    respirasi mungkin menurun pada pemberian narkotik, dan mungkin menimbulkan efek-efek sinergestik dengan zat-zat anatesi
Perubahan Nutrisi Kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual dan muntah
1.    Kaji status nutrisi pasien, berat badan,derajat penurunan berat badan, integritas mukosa oral, kemampuan menelan, riwayat mual/muntah.
2.    Kaji pengetahuan pasien tentang intake nutrisi




3.    Pertahankan kebersihan mulut




4.    Anjurkan makan 3 kali sehari


5.    Berikan makan dengan perlahan pada lingkungan yang tenang



6.    Kolaborasi dengan ahli diet untuk menetapkan komposisi dan jenis diet yang tepat
1.    Memvalidasi dan menetapkan derajat masalah untuk menetapkan pilihan intervensi yang tepat

2.    Dapat lebih terarah dalam memberikan pendidikan yang sesuai dengan pengetahuan pasien secara efektif dan efesien
3.    Akumulasi partikel makanan dimulut dapat menambah bau dan rasa tak sedap yang menurunkan nafsu makan
4.    Menambah energi dan proses metabolisme untuk memperbaiki sel-sel yang rusak
5.    Pasien dapat berkonsentrasi pada mekanisme makan tanpa adanya distraksi/gangguan dari luar
6.    Memenuhi peningkatan kebutuhan energi dan kalori sehubungan dengan perubahan metabolik pasien
Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi
1.    Kaji pola napas klien, frekuensi dan ke dalaman nafas klien
2.    Auskultasi bunyi napas klien


3.    Awasi kesesuaian nafas klien




4.    Catat perkembangan dada
Berikan posisi yang nyaman misal fowler
1.    Mengetahui perubahan, frekuensi, kedalaman napas klien.
2.    Bunyi napas dapat menurun atau tidak ada pada lonus segmen paru, atau seluruh area paru.
3.    Kesulitan bernapas atau peningkatan tekanan jalan nafas diduga memburuknya kondisi/terjadinya komplikasi.
4.    perkembangan dada sama dengan ekspansi paru.
meningkatkan inspirasi maksimal.
Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas Berhubungan Dengan Penumpukan Sekret
1.    Kaji fungsi pernapasan (bunyi napas, kecepatan, irama, kedalaman dan penggunaan otot asesori)





2.    Kaji kemampuan klien mengeluarkan sekresi, catat karakter sputum.

3.    Berikan posisi yang nyaman (fowler/semi fowler).


4.    Ajarkan klien latihan napas dalam dan batuk efektif.




5.    Berikan cairan sedikitnya 2500 ml/hari (kecuali kontraindikasi).Tawarkan air hangat, dari pada dingin.
6.    Kolaborsi dalam pemberian obat mukolitik ekspektoran, bronkodilator, analgesik..
1.    rokhi menunjukkan akumulasi sekret dan ketidak efektifan pengeluaran sekresi yang selanjutnya dapat menimbulkan penggunaan otot asesori dan peningkatan kerja pernapasan.
2.    pengeluaran sulit bila sekret sangat kental (efek infeksi dan hidrasi yang tidak adekuat).
3.    posisi fowler memaksimalkan ekspansi paru dan menurunkan upaya bernapas.
4.    Ventilasi maksimal membuka area atelektasis dan meningkatkan gerakkan sekret kedalam jalan napas besar untuk dikeluarkan.
5.    Cairan khususnya yang hangat) mobilisasi dan mengeluarkan secret.


6.    Alat untuk menurunkan spasme bronkus dengan mobilisasi secret.  Analgesik diberikan untuk memperbaiki batuk dengan menurunkan ketidaknyamanan tetapi harus digunakan secara hati-hati, kerana dapat menurunkan upaya batuk/menekan pernapasan.
Resiko infeksi berhubungan dengan infasi bakteri
1.    Cuci tangan sebelum melakukan tindakan. Pengunjung juga dianjurkan melakukan hal yang sama.
2.    Jaga personal hygine klien dengan baik.

3.    Monitor temperatur.


4.    Kaji semua sistem untuk melihat tanda-tanda infeksi.        
5.    Hindarkan/batasi prosedur invasif dan jaga aseptik prosedur.

1.    Mencegah terjadinya infeksi silang.



2.    Menurunkan/mengurangi adanya organisme hidup.

3.    Peningkatan suhu merupakan tanda terjadinya infeksi.
4.     Mencegah/mengurangi terjadinya resiko infeksi

5.    Mencegah terjadinya infeksi.















DAFTAR PUSTAKA

Brunner dan Suddart. 2013. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC
Doengoes, Marilynn E. 2010. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta : EGC
Nurarif, A. Huda dan Kusuma Hardhi. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis Nanda Nic Noc Edisi. Yogyakarta.
https://documents.tips/documents/lp-kraniotomi-dewi-doc.html
https://id.scribd.com/mobile/doc/142578859/Pathway-Post-Operasi-Craniotomi

No comments:

Post a Comment