Thursday, October 19, 2017

Laporan Pendahuluan Abortus Inkomplit

  BAB 1
PENDAHULUAN


1.1   Latar belakang
Kehamilan merupakan proses yang diawali dengan keluarnya sel telur matang pada saluran telur yang bertemu dengan sperma, lalu keduanya menyatu membentuk sel yang akan tumbuh (Anna, 2012). Kehamilan dapat menimbulkan perubahan fisik, psikologi maupun sosial bagi seorang wanita karena pertumbuhan dan perkembangan alat reproduksi dan janinnya. Namun tidak semua kehamilan dapat berjalan dengan lancar, tetapi ada beberapa komplikasi yang dapat terjadi sehingga mengancam jiwa ibu, salah satunya adalah perdarahan yang terjadi pada trimester pertama pada kehamilan, perdarahan tersebut apabila tidak diatasi dengan segera dapat berakibat fatal bagi ibu dan janin yang dikandung.salah satu dampak tersebut adalah abortus.

Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi (pertemuan sel dan sel sperma) pada usia kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram, sebelum janin dapat hidup diluar kandungan. (Nugroho,Taufa 2012:128). Macam-macam abortus meliputi abortus imminens, insipien, komplitus (keguguran lengkap), missed, habitualis, septik dan inkompletus (keguguran bersisa) (Setiyaningrum, Erna 2013:46).

Kejadian abortus menurut data World Health Organization (WHO)  memperkirakan di seluruh dunia, dari 46 juta kelahiran pertahun terdapat 20 juta kejadian abortus, dan sekitar 800 wanita diantaranya meninggal karena komplikasi abortus serta  sekurangnya 95% diantaranya terjadi di negara berkembang (Mustik,.A. et al. 2014). Menurut Mahdiyah, Dede. (2013) angka


kejadian abortus di Indonesia mencapai 10%-15% dari 6 juta  kehamilan setiap tahunnya.

Komplikasi abortus yang dapat terjadi adalah perdarahan, perporasi, infeksi, payah ginjal akut dan syok yang disebabkan oleh perdarahan yang banyak (hemoragik) dan infeksi berat atau sepsis (syok septik atau endoseptik). Salah satu jenis abortus yang menyebabkan terjadi pendarahan yang banyak adalah  abortus inkomplit. Abortus inkomplit merupakan hanya sebagian dari hasil konsepsi yang dikeluarkan yang tertinggal adalah desidua atau plasenta. Pada abortus inkomplit perdarahan terjadi dalam desidua basalis, diikuti oleh nekrosis jaringan sekitarnya, kemudian sebagian atau seluruh hasil konsepsi terlepas, karena dianggap benda asing, maka uterus berkontraksi untuk mengelarkannya, sehingga sebagian keluar dan sebagian lagi akan tertinggal, sehingga dapat menyebebkan perdarahan yang banyak (Sofian, A. 2012: 115).

Abortus inkomplit sering ditandai dengan adanya tanda dan gejala seperti perdarahan sedikit/banyak, adanya fetus atau jaringan yang keluar,  tetapi jika perdarahan belum berhenti karena konsepsi belum keluar semua akan menyebabkan syok (Nurararif, A.H.& Kusuma, H.2015: 2). Berdasarkan uraian diatas, terdapat banyak komplikasi akibat dari abortus inkomplit, sehingga harus dilakukan tindakan keperawatan dengan cepat dan tepat untuk mengatasi masalah yang mungkin terjadi pada abortus inkomplit.

Menurut data yang diperoleh dari Rumah Sakit Umum Daerah Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin, angka kejadian abortus pada tahun 2013 sebanyak 175 orang dari 2.343 orang ibu hamil, pada tahun 2013 angka kejadian abortus sebanyak 247 orang dari 3.874, pada tahun 2015 angka kejadian abortus  menurun menjadi 239 orang dari 4.875 orang ibu hamil. Pada tahun 2015 abortus menempati urutan ketiga dari sepuluh basar kasus obstetri dan genikologi diruang Mutiara (Rekam Medik RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin).

Berdasarkan dari uraian latar belakang diatas dan didasari oleh data yang didapatkan, maka penulis tarik membuat laporan Karya Tulis Ilmiah yang judul “Asuhan Keperawatan Abortus Inkomplit Pada Klien Ny.S di Ruang Mutiara RSUD Dr. H. Moch Ansari Saleh Banjarmasin” secara konprehensif meliputi biopsikososial dan spiritual dengan menggunakan metode asuhan keperawatan, sehingga dapat membantu klien dalam mengatasi masalah yang timbul dan menurunkan resoko komplikasi pada klie dengan abortus inkomplit.

1.2  Tujuan umum
Tujuan umum dari penulisan laporan ini adalah untuk melaksanakan dan memberikan gambaran asuhan keperawatan yang dilaksanakan secara komperehensif melalui proses keperawatan.

1.3    Tujuan khusus
Tujuan khusus pemberian asuhan keperawatan pada klien dengan abortus inkomplit  adalah dengan menggunakan metode proses keperawatan :
1.3.1   Melakukan pengkajian data pada klien dengan abortus inkomplit
1.3.2   Merumuskan diagnosa  keperawatan pada Ny. S dengan abortus inkomplit
1.3.3   Merencanakan intervensi keperawatan pada Ny. S dengan abortus inkomplit
1.3.4   Melakukan implementasi keperawatan pada Ny. S dengan abortus inkomplit
1.3.5   Melakukan  evaluasi keperawatan pada klien abortus inkomplit
1.3.6   Mendokomentasikan hasil asuhan keperawatan pada klien abortus  inkomplit.

1.4     Manfaat
1.4.1        Bagi klien
Klien dapat meningkatkan kesehatan dan mencegah terjadinya komplikasi abortus inkomplit serta pencegahan agar abotus inkomplit tidak terulang kembali.
1.4.2        Bagi keperawatan
Perawat dapat maningkatkan pemberian asuhan keperawatan pada Ny. S
1.4.3        Bagi petugas pelayanan kesehatan
Petugas dapat meningkatkan pengetahuan tentang asuhan keperawatan pada klien abortus inkomplit dan pelayanan dengan cara lebih mengoptimalkan pemberian asuhan keperawatan pada klien abortus inkomplite dan pelaksanaan asuhan keperawatan pada klien dengan abortus dapat ditingkatkan lebi baik.

1.5   Metode ilmiah asuhan keperawatan
Metode yang digunakan dalam pembuatan laporan ini adalah melaporkan asuhan keperawatan, dengan proses keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, rencana keperawatan, implementasi keperawatan, dan evaluasi serta terakhir dokumentasi.

1.6     Sistematik  penulisan
Sistematik penulisan laporan asuhan keperawatan terdiri dari 4 BAB, yaitu : BAB 1 pendahuluan terdiri dari latar belakang, tujuan umum, tujuan khusus, manfaat metode ilmiah, asuhan keperawatan dan sistematis penulisan.
BAB 2 tinjauan teoritis yang terdiri dari pengertian, etiologi, tanda gejala, patofisiologi, komplikasi, pemeriksaan penunjang, penatalaksanaan medis dan tinjauan teoritis abortus inkomplit yang terdiri dari pengkajian, diagnose keperawatan,, intervensi keperawatan, implementasi keperawatan, dan evaluasi keperawawatan.
BAB 3 Berisi hasil asuhan keperawatan, meliputi gambaran kasus, analisa data dan diagnose keperawatan, rencana keperawatan, implementasi dan evaluasi keperawatan.
BAB 4 Berisi penutup, meliputi kesimpulan hasil asuhan keperawatan dan saran.  


BAB 2
TINJAUAN TEORITIS

2.1              Tinjauan Teoritis Abortus
2.1.1 Anatomi fisiologi uterus



















Uterus adalah organ yang tebal, berotot, berbentuk buah pir, terletak dalam pelvis, antara rectum dibelakang dan kandung kencing di depan. Ototnya (lapisan tengah) disebut miometrium dan selaput lendir yang melapisi sebelah dalamnya disebut endometrium, peritoneum menutupi sebagian besar (tidak seluruhnya) permukaan uterus. Letak uterus sedikit antefleksi pada bagian lehernya dan anteversi (meliuk agak memutar ke depan) dengan fundusnya terletak di aras kandung kencing. Panjang uterus adalah 5-8 cm, lebar 5cm,  beratnya 30-60 gram (Pearce, Evelyn 2010: 315)

The functions uterus are to prepare to receive the fertilized  ovum, to provide a suitable environment for growth and development of the fetus and to assist in the expulsion of the fetus, placenta and membranes at delivery (Coad, J. & Dunstall, M. 2012:37)
Arti kutipan diatas:
Fungsi rahim yaitu mempersiapkan diri untuk menerima sel telur yang siap dibuahi, untuk menyediakan lingkungan yang sesuai bagi pertumbuhan dan perkembangan janin serta membantu dalam pengeluaran janin, plasenta dan membran pada persalinan.

Bagian-bagian uterus  terdiri dari :
2.1.1.1.    Fundus uteri (dasar rahim), ditutupi oleh peritoneum, berhubungan dengan fascies vesikalis dan permukaan internalis. Pada bagian atas bermuara tuba uteri yang menembus dinding uterus. Di bawah dan di bagian depan titik permukaan ini terdapat ligamentum dan di belakang ligamentum terdapat ovarium.
2.1.1.2      Korpus uteri, di dalam nya terdapat rongga (kavum uteri) yang membuka keluar melalui saluran kanalis servikalis yang terletak pada serviks, bagian ini merupakan tempat berkembangnya janin.
2.1.1.3      Serviks uteri merupakan bagian uterus yang menyempit, berbentuk kerucut dengan apeks yang menjurus kebawah dan ke belakang dan sedikit lebar di petengahan. Sumbu panjang serviks sama dengan sumbu panjang korpus, berbentuk garis bengkok ke depan.
2.1.1.4        Isthmus merupakan segmen yang pendek antara korpus dan seviks uteri, pada wanita tang tidak hamil, panjang isthmus sekitar 1 hingga 2 mm, isthmus uteri akan terpotong pada operasi seksio cesarean untuk melahirkan
selain itu, supaya tetap di tempatnya uterus ditopang oleh beberapa ligament yaitu :
2.1.1.5      Ligamentum kardinal sinistra dan dekstra, fungsinya untuk mencegah supaya uterus tidak turun, terdiri atas jaringan ikat tebal.
2.1.1.6      Ligamentum sacroterium sinistra dan dekstra, ligamentum yang menahan uterus supaya tidak tidak bergerak, berjalan dans erviks bagian belakang kiri dan kana, kearah os.scarum kiri dan kanan
2.1.1.7      Ligamentm rotundom kiri dan kanan, yaitu ligament yang yang menahan dalam uterus antafleksi
2.1.1.7      Ligamentum infundibolu pelvikum, yait ligamen yang meliputi, berjalan dari uterus kearah sisi, tidak banyak mengandung jaringan ikat.
.

2.1.2        Teori Abortus
Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi (pertemuan sel dan sel sperma) pada usia kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram, sebelum janin dapat hidup diluar kandungan. Ini adalah suatu proses pengakhiran hidup dari janin sebelum diberi kesempatan untuk tumbuh. Apablia janin selamat (hidup) sebelum 38 minggu namun setelah 20 minggu, maka istilahnya adalah kelahiran prematur. (Nugroho,Taufa 2012: 128)

Abortus (keguguran) merupakan pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar kandungan yang menurut para ahli ada sebelum usia 16 minggu dan 28 minggu dan memiliki BB 400-1000 gram, tetapi jika terdapat fetus hidup dibawah 400 gram itu dianggap keajaiban karena semakin tinggi BB anak waktu lahir makin besar kemungkinan untuk dapat hidup terus (Amru Sofian 2012:1). Pendapat lain dari  Mitayani (2012: 22) mengemukakan bahwa abortus adalah berakhirnya kehamilan dan pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan dengan usia gestasi kurang dari 20 minggu dan berat janin kurang dari 500gram.

Menurut saputra,Lyndon (2014: 70) Abortus inkompetus adalah uterus yang masih menahan sebagian atau seluruh plasenta. Sebelum usia kehamilan 10 minggu, biasanya janin dan plasenta akan diekspulsikan bersama sesudah kehamilan 10 minggu, janin dan plasenta akan dieksfulsikan secara terpisah. Karena sebagian plasenta masih melekat pada dinding dalam uterus, maka perdarahan terus berlanjut. Perdarahan yang hebat mungkin terjadi karen uterus tidak dapat berkontraksi dan menyekat pembuluh darah yang memberi makan plasma.

A pregnancy that ands before 24 completed weeks of gestation, and where the fetus is not alive, is termed an abortion. ( Maconald, Sue & Magill, Julia: 2011: 735)
Menurut pendapat para ahli diatas di simpilkan bahwa abortus inkomplite adalah pengeluaran hasil konsepsi yang tidak lengkap pada kehamilan sebelum 20 minggu yang masih tertinggal di dalam uterus.

2.1.3. Klasifikasi
Menurut Setiyaningrum, Erna (1013: 43) pembagian abortus yaitu:
2.1.3.1  Abortus spontan
Merupakan abortus terjadi dengan tidak diketahui faktor-faktor mekanis atau pun medisinalis, semata-mata disebabkan oleh faktor alamiah.

a.    Abortus Imminens
Ditegakkan berdasarkan adanya perdarahan bercak-sedang, perdarahan ringan (lebih dari 5 menit dibasahi pembalut), dilatasi servik tertutup, ukuran terus sesuai dengan usia kehamilan, gejala/tanda kram perut bawah uterus (hilang timbul), USG mempengaruhi rencana tindakan dan diagnosa banding: mola KET (kelahiran ektopik teganggu).
b.    Abortus Insipien (sedang berlangsung)
Ditegakkan berdasarkan adanya perdarahan sedang-banyak, konsepsi dalam uterus, perdarahan berat hanya butuh waktu kurang dari 5 menit untuk basahi pembalut, setviks terbuka, dan gejala atau tanda yang dirasakan oleh ibu yaitu kram parut bagian bawah.


c.    Abortus Inkompletus (Keguguran bersisa)
Ditegakkan berdasarkan adanya perdarahan sedang-banayak, serviks terbuka, uterus sesuai dengan usia kehamilam, tanda/gejala yaitu: kram/nyeri perut bagian bawah dengan rasa sakit ang kuat, dan terjadi ekspulsi sebagian hasil konsepsi.
d.   Abortus Completus (keguguran lengkap)
Ditegakkan berdasarkan adanya perdarahan bercak-sedang, serviks tertutup atau terbuka, uterus lebih kecil dari usia kehamilan normal, gejala/tanda yaitu sedikit/tanpa nyeri pada perut bagian bawah, riwayat ekspulsi hasil konsepsi, dan janin akan keluar pada rahim baik secara spontan maupun alat bantu.
2.1.3.2  Missed Therapeutik
Adalah abortus yang dilakukan atas pertimbangan/indikasi kesehatan wanita, dimana bila kehamilan itu dilanjutkan akan membahayakan dirinya, contohnya pada wanita dengan penyakit jantung, hipertensi, ginjal dan korban pemerkosaan (masalah psikis). Dapat jga dilakukan atas pertimbangan kelainan janin berat.
2.1.3.3  Abortus Septik
Adalah abotus yang mengalami komplikasi berupa infeksi  setelah abortus spontan /tidak aman. Terjadi jika terdapat sisa hasil konsepsi atau penundaan pengeluaran hasil konsepsi
2.1.3.4  Abortus Habitualis
Adalah kejadian abortus berulang, umumyna disebabkan karena kelainan faktor anatomik uterus (mioma, septum, serviks inkompeten dan lain-lain) atau kelainan faktor-faktor, idealmya dilakukan pemeriksaan USG untuk melihat ada atau tidaknya kelainan anatomi.
2.1.3.5  Missed Abortion
Adalah kematian janin dan nekrosis jaringan konsepsi tanpa adanya pengeluaran, terjadi padausia kehamilan 4 minggu atau lebih. Biasanya didahului tanda dan gejala abortus imminens yang kemudian menghilang spontan atau menghilang setelah pengobatan.
2.1.3.6  Aboruts Profokatus kriminalis
Akibat perforasi, luka pada serviks uteri, perlekatan pada kavum uteri, perdarahan infeksi .
Cara umum: olahraga berlebihan, naik kuda, mendaki gunung, berenang, naik turun tangga, trauma.
Cara local: menggnakan alat-alat yang dapat dimasukkan kedalam vagina, alat memasang IUD, alat yang dialiri arus listrik, aspirasi dan jarum suntik. 

2.1.4 Etiologi
Faktor-faktor yang menyebabkan kematian fetus yaitu faktor ovum itu sendiri, faktor ibu, faktor bapa, (Amur Sofian, 2012: 1)
2.1.4.1       Kelainan ovum
Kelainan ovum ini meliputi, ovum patologis, kelainan letak embrio dan plasenta yang abnormal
2.1.4.2       Kelainan genitalia ibu
Pada kelainan ini diliputi oleh, anomali kongenita (hypoplasia uteri,uterus bikornis dll) kelainan ini terletak dari uterus retrofleksi uteri fiksata, tidak sempurnanya persiapan uterus dalam menanti midasi dari ovum yang sudah dibuahi seperti kurangnya progestero atau estrogen, endrometritis, dan mioma supmukosa.
Uterus terlalu cepat terenggang (kehamilan ganda, mola). Distorsio uterus, misalnya karena terdorong oleh tumor pelpis.
2.1.4.3       Gangguan sirkulasi plasenta
2.1.4.4       Penyakit-penyakit ibu
Penyakit-penyakit ini meliputi penyakit infeksi yang menyebabkan demam tinggi seperti pneumonia tipoit, pielitis, rubeola, demam malta, dll
Sebab lain yang dialami yaitu keracunan Pb, nikotin, gas racun, alkohol dll, ibu yang aspiksia seperti pada pada dekompeksasi kordis, penyakit paru berat, anemia grapis.
Malnutrisi avitaminosis, ganguan metabolisme, hipotiroit, kekurangan vitamin A, C, atau E dan Diabetes Militus.
2.1.4.5       Antagonis rhesus
Darah ibu yang melalui plasenta rusak darah fetus, sehingga menjadi anemia pada fetus yang berakibat meninggalnya fetus
2.1.4.6       Terlalu cepatnya korpus luteum menjadi atrofis
2.1.4.7       Perangsangan terhadap ibu yang menyebabkan uterus berkontraksi. Seperti sangat terkejut, obat-obat uterotonika, katakulan laparatomi, dll
2.1.4.8       Penyakit bapa : usia lanjut penyakit kronis
Menurut Saputra, Lyndon (2014: 70) faktor maternal yang turut menyebabkan abortus spontan yaitu :
2.1.4.9       Infeksi
2.1.4.10   Malnutrisi berat
2.1.4.11   Kelainan pada organ reproduksi
2.1.4.12   Permasalahan endokrin
2.1.4.13   Trauma
2.1.4.14   Inkompatibilitas golongan darah dan isoimunisasi Rh
2.1.4.15   Pemakaian obat-obatan

Menurut Mitayani (2009:22) yang menyebabakan abortus adalah srbagai berikut :
2.1.4.16   Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi: kelainan kromosom, lingkungan nidasi kurang sempurna, dan pengaruh luar.
2.1.4.17   Infeksi akut, pneumonia, pielitia, demam tipoid, toksoplasmosis, dan HIV.
2.1.4.18   Abnormalitas traktur genitalis, serviks inkompeten, dilatasi serviks berlebihan, robekan serviks, dan retroversion
2.1.4.19   Kelainan plasenta

2.1.5   Patofisiologi
Menurut Nugroho taufan (2012:136) abortus biasanya disertai dengan perdarahan didalam desidua basalis dan perubahan nekrotik didalam jaringan-jaringan yang berdekatan dengan perdarahan. Ovum yang terlepas sebagian atau seluruh dan mungkin menjadi benda asing didalam uterus sehingga merasanang kontraksi uterus dan mengakibatkan pengeluaran janin. Pada Kehamilan 8 minggu, hasil konsepsi dikeluarkan seluruhnya, karena vili korealis belum menembus  desidua terlalu dalam; sedangkan  pada kehamilan 8-14 minggung, telah masuk agak dalam, sehingga bagian keluar dan sebagian lagi akan tertinggal karena itu akan terjadi banyak perdaran.



2.1.7   Manifestasi Klinis
Nanda NIC NOC jilid 1 (2015: 2) manifestasi klinis abortus inkomplit yaitu:
2.1.7.1           Aminorea
2.1.7.2            Sakit perut
2.1.7.3            Mules-mules
2.1.7.4           Perdarahan sedikit/banyak
2.1.7.5           Adanya fetus atau jaringan yang keluar, tetapi jika perdarahan belum berhenti karena konsepsi belum keluar semua akan menyebabkan syok.
Sedangkan menurut Mitayani (2009:23) manifestasi klinis abortus yaitu:
2.1.7.6              Perdarahan pervaginam
2.1.7.7              Terlambat haid
2.1.7.8.            Mulas-mulas
2.1.7.9              Sakit perut bagian bawah

2.1.8   Penatalaksanaan
Menurut Nugroho taufik (2012:140) penatalaksaannya adalah bila terjadi syok karena pendarahan, harus diberikan infus NaCl fisiologis atau cairan ringer laktat, bila perlu disusul pemberian darah. Setelah syok teratasi dilakukan kerokan dan paska tindakan diberikan injeksi metil ergometrin maleat intramoskular untuk mempertahankan kontraksi otot uterus.
Menurut Amur Sofian (2012: 3) penatalaksanaan sebagai berikut :
2.1.8.1  Jika perdarahan seberapa banyak dan kehamilan kurang 15 minggu, evaluasi dapat dilakukan secara digital atau dengan cunam ovum untuk mengeluarkan hasil konsepsi yang keluar dari servik. Jika perdarahan berhenti, beri ergometrin 0,2 mg intramuscular atau misoprostol 40 mcg per oral.
2.1.8.2  Jika perdarahan banyak atau terus berlangsung dan usia kehamilan kurang dari 12 minggu, evaluasi sisa hasil konsepsi dengan aspirasi vakum manual. Evaluasi dengan kuret tajam sebaiknya hanya dilakukan jika aspirasi vakum manual tidak tersedia. Jika evakuasi belum dapat dilakukan segera, beri ergometrin 0,2 mg intramoskuler (diulang setelah 15 menit bila perlu) atau misoprostol 40 mcg per oral (dapat diulang setelah 4 jam bila perlu)
2.1.8.3  Jika kehamilan lebih 16 minggu berikan infus oksitosin 20 unit dalam 500 ml cairan intravena (garam fisiologik atau ringer laktat) dengan kecepatan 40 tetes per menit sampai terjadi ekspusi hasil konsepsi jika oerlu berikan misoprostol 20 mcg per vaginam setiap 4 jam samoai terjadi ekspulsi hasil konsepsi (maksimal 800 mcg) evaluasi sisa hasil konsepsi yang tertinggal dalam uterus.

2.1.9   Komplikasi
Menurut Nugroho taufan (2012:136) komplikasi yang serius kebanyakan terjadi pada fase abortus yang tidak aman (unisafe abortion) walaupun kadang-kadang dijumpai juga pada abortus spontan, komplikasi yang terjadi pada abortus yaitu berupa pendarahan, perforasi, infeksi dan syok.
Menurut Amur Sofi an (2012:2) komplikasinya yaitu :
2.1.9.1      Perdaarahan (Hemorrhage)
2.1.9.2      Perforasi : sering terjadi diwaktu dilatasi dan kuretase yang dilakukan oleh tenaga yang tidak ahli seperti bidan dan dukun
2.1.9.3.    Infeksi dan tetanus
2.1.9.4      Peyah ginjal akut
2.1.9.5.    Syok karena perdarahan banyak dan infeksi atau sepsis

2.1.10  Data penunjang
Nanda NIC NOC jilid 1 (2015: 30) pemeriksaan penunjang dari abortus yaitu :
2.1.10.1    Tes kehamilan dengan hasil positif bila janin masih hidup, bahkan 2-3 minggu setelah abortus
2.1.10.2   Pemeriksaan doppeler atau USG untuk menentukan apakah janin masih hidup
2.1.10.3   Pemeriksaan kadar fibrigonen darah pada missed abortion

2.1.11    Prognosis
Menurut Setiyaningrum, Erna (2013: 49) prognosis tergantung dari etiologi dari jenis abortus, umur pasien dan umur kehamilan
2.1.11.1      Pada ibu dengan etiologi tidak diketahui 40-80 % bisa mencapai kehamilan yang sukses
2.1.11.2       Pada kehamilan habitualiti bisa mencapai >90% bisa mencapai kehamilan lagi dengan sukses

2.2         Tinjauan teoritis Asuhan Keperawatan
2.2.1   Pengkajian
Menurut Mitayani (2011: 23) pengkajian keperawatan dilakukan jika selama kehamilan ditemukan perdarahan ,identifikasi :
2.2.1.1      Lama kehamilan
2.2.1.2.    Kapan terjadi perdarahan, lama perdarahan, banyaknys, dan aktifitas yang mempengaruhi
2.2.1.3      Karakter darah: merah terang, kecoklatan, adanya gumpalan darah, dan lender
2.2.1.4      Sifat dan lokasi ketidaknyamanan sepertikejang, nyeri tumpul atau tajam, mulas, serta pusing.
2.2.1.5      Gejala-gejala hipovolemia
2.2.2   Diagnosa keperawatan
Menurut Nanda NIC NOC Jilid 1 (2015: 3) diagnosa keperawatan yang muncul:
2.2.2.1  Kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan
2.2.2.2  Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan, pernurunan sirkulasi
2.2.2.3  Nyeri akut berhubungan dengan kerusakan jaringan intra uteri
2.2.2.4  Resiko infeksi berhubungan dengan kondisi vulva lembab
2.2.2.5  Ansietas berhubungan dengan kerangnya pengetahuan
2.2.2.6  Resiko syok (Hipofolemik) berhubungan dengan perdarahan pervaginam
2.2.2.7  Konstipasi berhubungan dengan penurunan peristaltik usus

2.2.3   Intervensi Keperawatan
2.2.3.1  Diagnosa 1 :kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan
Kreteria hasil : Mempertahankan urine output sesuai dengan usia dan  BB, BJ, urine normal, HT normal
Tekanan darah, nadi suhu tubuh dalam basas normal
Tidak ada tanda-tanda dehidrasi,elastisitas tugor kulit baik, membrane mukosa lembab tidak ada rasa haus ang berlebihan.
a.     Timbang popok/pembalut jika perlu
b.   Pertahankan catatan intake dan outpur ang akurat
c.    Monitor vital sign
d.   Monitor masukan makanan/cairan dan hitung intake kalori
e.    Monitor status nutrisi

2.2.3.2  Diagnosa 2: Intoleransi aktifitas berhubungan dengan penurunan sirkulasi
kriteria hasil: berpartisipasi dalam aktivitas tanpa disertai peningkatan tekanan darah nadi dan respirasi
a.    Bentuk klain untuk mengidentifikasi aktifitas yang mampu dilakukan
b.   Bantu untuk aktifitas konsisten yang sesuai dengan kemampuan fisik, pisikologi dan sosial
c.    Bantu untuk mengidentifikasi dan untuk aktifitas yang diinginkan
d.   Bantu untuk mendapatkan alat bantu aktivitas seperti kursi roda
e.    Monitor respon fisik emosional dan spiritual
2.2.3.3  Diagnosa 3: Resiko infeksi berhubungan dengan vulva lembab
Kriteria hasil: melaporkan klien bebas dari tanda infeksi
a.    Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien
b.   Cuci tangan dan setiap sebelum sesudah tindakan perawatan
c.    Gunakan sabun antimikrobio untuk cuci tangan
d.   Gunakan baju sarung tangan sebagai alat pelindung
e.    Pertahankan lingkungan yang efektif
f.    Tingkatkan intak nutrisi
g.   Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala infeksi
2.2.3.4  Diagnosa 4 : Nyeri berhubungan dengan kerusakan jaringan intra uteri
Kriteria hasil: Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan manajemen nyeri
Rencana :
a.       Lakukan pengkajian nyeri secara konperhensip termasuk local karakteristik durasi frekwensi, kualitas dan faktor presipitas
b.      Obserasi reaksi non verbal ketidak nyamanan
c.       Respon nyeri evaluasi pengalaman nyeri
d.      Gunakan teknik komunikasi traupetik untuk mengetahui pengalaman karakteristik pasien.
e.        Kaji kultur ang mempengaruhi nyeri
f.       Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan

2.2.3.5     Diagnosa 5: Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan
Kriteria hasil: klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas, postur tubuh ekspresi wajah baas tubuh dan tingkat aktivitas menunjukkan berkurangnya kecemasan
Rencana :
a.       Mengidentifikasi tingkat kecemasan
b.      Mendengarkan klien dengan penuh perhatian
c.       Temani pasien untuk memberikan keamanan dan mengurangi takut
d.      Ajarkan pasien dengan teknik relaksasi
e.       Dorong  pasien untuk mengungkapkan perasan, ketakutan, persepsi
f.       Dorong keluarga untuk menemani anak
2.2.3.6        Diagnosa 6: Resiko syok berhubungan dengan pendarahan pervaginam
Kriteria hasil: Nadi dalam batas yang diharapkan frekwensi nafas dalam batas yang diharapkan
Rencana :
a.       Monitor tanda inaadekuat oksigen jaringan
b.      Monitor suhu dan pernafasan
c.       Monitor output dan input
d.      Monitor tanda awal syok
e.       Lihat dan pelihara kepatenan jalan nafas
f.       Ajarkan keluarga dan pasien tentang tanda dan gejala datangnya syok
2.2.2.7           Diagnosa 6: Konstipasi berhubungan dengan penurunan peristaltik usus
Tujuan : konstupasi klien teratasi, klien mampu BAB.
Kretria hasil: pola BAB normal, paristaltik usus normal (5-35x/menit)
Rencana :
1.    Kaji keebiasaan BAB, penyebab konstipasi, kenali tanda-tanda sumtanseperti tidak adanya fesesang terbentuk selama beberapa hari. Perasaan penuh pada abdomen dan auskultasi bisisng usus.
2.    Observasi adanya distensi abdomen jika bising usus tidak ada atau kurang
3.    Lakuka masase lembut pada abdomrn searah jam dengan sebelumnya dianjurkan minum air putih
4.    Menganjurjan klien untuk mengonsmsi makanan tinggi serat, pemasukan cairan adekuat (minimal 200 ml/hari)
5.    Anjurkan klien untuk posisi sim atau miring kana dan kiri .
Kaloborasi dalam pemberian obat antikonstipasi atau obat saluran pencernaan

DAFTAR RUJUKAN

Anna, M. (2012) Prevalensi abortus pada kehamilan di Indonesiadan berbagai faktor yang berhubungan (Riset kesehatan Dasar2007).(Internet). Termuat dalam < http://ejournal.litbang.depkes.go.id> (di akses 19 mei 2016)

Coad. J. & Dunstall. M. (2012). Anatomy and Physioloy for Midwives. Eselvier. Publication

Gunanegara, R.F., Pangemanan, D. & Valasta F.S. (2014). Hubungan Abortus Inkomplit dengan Faktor Resiko Ibu Hamil (Internet). Termuat dalam: < http://repository.maranatha.com> ( 19 mei 2016).

ISFI. (2012). ISO Indonesia. Volume 47. Jakarta: PT ISFI Penerbitan

Lockhart, Anita. & Saputra, Lyndon. (2014). Asuhan Kebidanan: Kebidanan Patologi. Tanggerang Selatan: Binarupa Aksara Publishe

Lockhart, Anita. & Saputra, Lyndon. (2014). Asuhan Kebidanan Kehamilan Fisiologi & Patologi. Tanggerang Selatan: Binarupa Aksara Publishe

Macdonald, Sue. & Magill, C. J. (2011). Mayes’ Midwifery. British:  Bailliere Tindall Esever.

Mitayani. (2011). Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta. Salemba Medika

Mustik, A., Wijanegara, H. & Dewi. M. K. (2014). Hubungan Karakteristik Ibu dengan Kejadian Abortus Spontan. (Internet) http://www.Indonesia/hubungan karakteristik-ibu-dengan-anak-kejadian-abortus.com (diakses 19 mei 2016)

Nugroho, Taufan. (2012). OBSGYN: Obstetri dan Ginekologi untuk Mahasiswa Kebidanan dan Keperawatan. Yogyakarta: Nuha Medika

Nurarif. A. H. & Hardi,  K. (2015). Nanda  Nic-Noc Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnos 2015. Jilid 1. Jogjakarta: Mediaction Publishing

Pearce, Evelyn. C. (2013).Anatomi dan Fisiologi untuk Para Medis. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Setiyaningrum, Erna. (2013). Asuhan Gawat Darurat (Asuhan Kebidanan Patologi). Jilid 1: IN MEDIA.


Sofian, Amur. (2011). Rustam Mochtar Sinopsis Obstetri. Edisi 3. Jakarta. EGC.


No comments:

Post a Comment