BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar belakang
Kehamilan merupakan proses
yang diawali dengan keluarnya sel telur matang pada saluran telur yang bertemu
dengan sperma, lalu keduanya menyatu membentuk sel yang akan tumbuh (Anna, 2012).
Kehamilan dapat menimbulkan perubahan fisik, psikologi maupun sosial bagi seorang
wanita karena pertumbuhan dan perkembangan alat reproduksi dan janinnya. Namun
tidak semua kehamilan dapat berjalan dengan lancar, tetapi ada beberapa
komplikasi yang dapat terjadi sehingga mengancam jiwa ibu, salah satunya adalah
perdarahan yang terjadi pada trimester pertama pada kehamilan, perdarahan
tersebut apabila tidak diatasi dengan segera dapat berakibat fatal bagi ibu dan
janin yang dikandung.salah satu dampak tersebut adalah abortus.
Abortus adalah ancaman
atau pengeluaran hasil konsepsi (pertemuan sel dan sel sperma) pada usia
kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram, sebelum
janin dapat hidup diluar kandungan. (Nugroho,Taufa 2012:128). Macam-macam
abortus meliputi abortus imminens, insipien, komplitus (keguguran lengkap),
missed, habitualis, septik dan inkompletus (keguguran bersisa) (Setiyaningrum,
Erna 2013:46).
Kejadian abortus menurut
data World Health Organization
(WHO) memperkirakan di seluruh dunia,
dari 46 juta kelahiran pertahun terdapat 20 juta kejadian abortus, dan sekitar 800
wanita diantaranya meninggal karena komplikasi abortus serta sekurangnya 95% diantaranya terjadi di negara
berkembang (Mustik,.A. et al. 2014).
Menurut Mahdiyah, Dede. (2013) angka
kejadian
abortus di Indonesia mencapai 10%-15% dari 6 juta kehamilan setiap tahunnya.
Komplikasi abortus yang
dapat terjadi adalah perdarahan, perporasi, infeksi, payah ginjal akut dan syok
yang disebabkan oleh perdarahan yang banyak (hemoragik) dan infeksi berat atau
sepsis (syok septik atau endoseptik). Salah satu jenis abortus yang menyebabkan
terjadi pendarahan yang banyak adalah
abortus inkomplit. Abortus inkomplit merupakan hanya sebagian dari hasil
konsepsi yang dikeluarkan yang tertinggal adalah desidua atau plasenta. Pada
abortus inkomplit perdarahan terjadi dalam desidua basalis, diikuti oleh
nekrosis jaringan sekitarnya, kemudian sebagian atau seluruh hasil konsepsi
terlepas, karena dianggap benda asing, maka uterus berkontraksi untuk
mengelarkannya, sehingga sebagian keluar dan sebagian lagi akan tertinggal, sehingga
dapat menyebebkan perdarahan yang banyak (Sofian, A. 2012: 115).
Abortus inkomplit
sering ditandai dengan adanya tanda dan gejala seperti perdarahan
sedikit/banyak, adanya fetus atau jaringan yang keluar, tetapi jika perdarahan belum berhenti karena
konsepsi belum keluar semua akan menyebabkan syok (Nurararif, A.H.& Kusuma,
H.2015: 2). Berdasarkan uraian diatas, terdapat banyak komplikasi akibat dari
abortus inkomplit, sehingga harus dilakukan tindakan keperawatan dengan cepat
dan tepat untuk mengatasi masalah yang mungkin terjadi pada abortus inkomplit.
Menurut data yang
diperoleh dari Rumah Sakit Umum Daerah Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin,
angka kejadian abortus pada tahun 2013 sebanyak 175 orang dari 2.343 orang ibu
hamil, pada tahun 2013 angka kejadian abortus sebanyak 247 orang dari 3.874, pada
tahun 2015 angka kejadian abortus menurun menjadi 239 orang dari 4.875 orang ibu
hamil. Pada tahun 2015 abortus menempati urutan ketiga dari sepuluh basar kasus
obstetri dan genikologi diruang Mutiara (Rekam Medik RSUD Dr. H. Moch. Ansari
Saleh Banjarmasin).
Berdasarkan
dari uraian latar belakang diatas dan didasari oleh data yang didapatkan, maka
penulis tarik membuat laporan Karya Tulis Ilmiah yang judul “Asuhan Keperawatan
Abortus Inkomplit Pada Klien Ny.S di Ruang Mutiara RSUD Dr. H. Moch Ansari
Saleh Banjarmasin” secara konprehensif meliputi biopsikososial dan spiritual dengan
menggunakan metode asuhan keperawatan, sehingga dapat membantu klien dalam
mengatasi masalah yang timbul dan menurunkan resoko komplikasi pada klie dengan
abortus inkomplit.
1.2
Tujuan
umum
Tujuan umum dari
penulisan laporan ini adalah untuk melaksanakan dan memberikan gambaran asuhan
keperawatan yang dilaksanakan secara komperehensif melalui proses keperawatan.
1.3
Tujuan
khusus
Tujuan khusus pemberian
asuhan keperawatan pada klien dengan abortus inkomplit adalah dengan menggunakan metode proses
keperawatan :
1.3.1 Melakukan
pengkajian data pada klien dengan abortus inkomplit
1.3.2 Merumuskan
diagnosa keperawatan pada Ny. S dengan
abortus inkomplit
1.3.3 Merencanakan
intervensi keperawatan pada Ny. S dengan abortus inkomplit
1.3.4 Melakukan
implementasi keperawatan pada Ny. S dengan abortus inkomplit
1.3.5 Melakukan evaluasi keperawatan pada klien abortus
inkomplit
1.3.6 Mendokomentasikan
hasil asuhan keperawatan pada klien abortus inkomplit.
1.4
Manfaat
1.4.1
Bagi klien
Klien dapat
meningkatkan kesehatan dan mencegah terjadinya komplikasi abortus inkomplit serta
pencegahan agar abotus inkomplit tidak terulang kembali.
1.4.2
Bagi keperawatan
Perawat dapat
maningkatkan pemberian asuhan keperawatan pada Ny. S
1.4.3
Bagi petugas pelayanan
kesehatan
Petugas dapat
meningkatkan pengetahuan tentang asuhan keperawatan pada klien abortus
inkomplit dan pelayanan dengan cara lebih mengoptimalkan pemberian asuhan
keperawatan pada klien abortus inkomplite dan pelaksanaan asuhan keperawatan
pada klien dengan abortus dapat ditingkatkan lebi baik.
1.5
Metode ilmiah asuhan keperawatan
Metode yang digunakan
dalam pembuatan laporan ini adalah melaporkan asuhan keperawatan, dengan proses
keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, rencana
keperawatan, implementasi keperawatan, dan evaluasi serta terakhir dokumentasi.
1.6
Sistematik
penulisan
Sistematik penulisan
laporan asuhan keperawatan terdiri dari 4 BAB, yaitu : BAB 1 pendahuluan
terdiri dari latar belakang, tujuan umum, tujuan khusus, manfaat metode ilmiah,
asuhan keperawatan dan sistematis penulisan.
BAB 2 tinjauan teoritis
yang terdiri dari pengertian, etiologi, tanda gejala, patofisiologi,
komplikasi, pemeriksaan penunjang, penatalaksanaan medis dan tinjauan teoritis
abortus inkomplit yang terdiri dari pengkajian, diagnose keperawatan,,
intervensi keperawatan, implementasi keperawatan, dan evaluasi keperawawatan.
BAB 3 Berisi hasil
asuhan keperawatan, meliputi gambaran kasus, analisa data dan diagnose keperawatan,
rencana keperawatan, implementasi dan evaluasi keperawatan.
BAB 4 Berisi penutup,
meliputi kesimpulan hasil asuhan keperawatan dan saran.
Uterus
adalah organ yang tebal, berotot, berbentuk buah pir, terletak dalam pelvis,
antara rectum dibelakang dan kandung kencing di depan. Ototnya (lapisan tengah)
disebut miometrium dan selaput lendir
yang melapisi sebelah dalamnya disebut endometrium,
peritoneum menutupi sebagian besar
(tidak seluruhnya) permukaan uterus. Letak uterus sedikit antefleksi pada
bagian lehernya dan anteversi (meliuk agak memutar ke depan) dengan fundusnya
terletak di aras kandung kencing. Panjang uterus adalah 5-8 cm, lebar 5cm, beratnya 30-60 gram (Pearce, Evelyn 2010:
315)
The functions uterus
are to prepare to receive the fertilized
ovum, to provide a suitable environment for growth and development of
the fetus and to assist in the expulsion of the fetus, placenta and membranes at
delivery (Coad, J. & Dunstall, M. 2012:37)
Arti
kutipan diatas:
Fungsi rahim yaitu mempersiapkan
diri untuk menerima sel telur yang siap dibuahi, untuk menyediakan lingkungan yang sesuai bagi pertumbuhan dan perkembangan janin serta membantu dalam pengeluaran janin,
plasenta dan membran pada persalinan.
Bagian-bagian
uterus terdiri dari :
2.1.1.1. Fundus
uteri (dasar rahim), ditutupi oleh peritoneum, berhubungan dengan fascies
vesikalis dan permukaan internalis. Pada bagian atas bermuara tuba uteri yang menembus
dinding uterus. Di bawah dan di bagian depan titik permukaan ini terdapat
ligamentum dan di belakang ligamentum terdapat ovarium.
2.1.1.2 Korpus
uteri, di dalam nya terdapat rongga (kavum uteri) yang membuka keluar melalui
saluran kanalis servikalis yang terletak pada serviks, bagian ini merupakan
tempat berkembangnya janin.
2.1.1.3
Serviks uteri merupakan
bagian uterus yang menyempit, berbentuk kerucut dengan apeks yang menjurus
kebawah dan ke belakang dan sedikit lebar di petengahan. Sumbu panjang serviks
sama dengan sumbu panjang korpus, berbentuk garis bengkok ke depan.
2.1.1.4
Isthmus
merupakan segmen yang pendek antara korpus dan seviks uteri, pada wanita tang
tidak hamil, panjang isthmus sekitar 1 hingga 2 mm, isthmus uteri akan
terpotong pada operasi seksio cesarean untuk melahirkan
selain
itu, supaya tetap di tempatnya uterus ditopang oleh beberapa ligament yaitu :
2.1.1.5 Ligamentum
kardinal sinistra dan dekstra, fungsinya untuk mencegah supaya uterus tidak
turun, terdiri atas jaringan ikat tebal.
2.1.1.6 Ligamentum
sacroterium sinistra dan dekstra, ligamentum yang menahan uterus supaya tidak
tidak bergerak, berjalan dans erviks bagian belakang kiri dan kana, kearah
os.scarum kiri dan kanan
2.1.1.7 Ligamentm
rotundom kiri dan kanan, yaitu ligament yang yang menahan dalam uterus
antafleksi
2.1.1.7 Ligamentum
infundibolu pelvikum, yait ligamen yang meliputi, berjalan dari uterus kearah
sisi, tidak banyak mengandung jaringan ikat.
.
2.1.2
Teori Abortus
Abortus
adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi (pertemuan sel dan sel sperma)
pada usia kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500
gram, sebelum janin dapat hidup diluar kandungan. Ini adalah suatu proses
pengakhiran hidup dari janin sebelum diberi kesempatan untuk tumbuh. Apablia
janin selamat (hidup) sebelum 38 minggu namun setelah 20 minggu, maka
istilahnya adalah kelahiran prematur. (Nugroho,Taufa 2012: 128)
Abortus
(keguguran) merupakan pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup
diluar kandungan yang menurut para ahli ada sebelum usia 16 minggu dan 28 minggu
dan memiliki BB 400-1000 gram, tetapi jika terdapat fetus hidup dibawah 400
gram itu dianggap keajaiban karena semakin tinggi BB anak waktu lahir makin
besar kemungkinan untuk dapat hidup terus (Amru Sofian 2012:1). Pendapat lain
dari Mitayani (2012: 22) mengemukakan
bahwa abortus adalah berakhirnya kehamilan dan pengeluaran hasil konsepsi
sebelum janin dapat hidup di luar kandungan dengan usia gestasi kurang dari 20
minggu dan berat janin kurang dari 500gram.
Menurut
saputra,Lyndon (2014: 70) Abortus inkompetus adalah uterus yang masih menahan
sebagian atau seluruh plasenta. Sebelum usia kehamilan 10 minggu, biasanya
janin dan plasenta akan diekspulsikan bersama sesudah kehamilan 10 minggu,
janin dan plasenta akan dieksfulsikan secara terpisah. Karena sebagian plasenta
masih melekat pada dinding dalam uterus, maka perdarahan terus berlanjut.
Perdarahan yang hebat mungkin terjadi karen uterus tidak dapat berkontraksi dan
menyekat pembuluh darah yang memberi makan plasma.
A pregnancy that ands
before 24 completed weeks of gestation, and where the fetus is not alive, is
termed an abortion. ( Maconald, Sue &
Magill, Julia: 2011: 735)
Menurut
pendapat para ahli diatas di simpilkan bahwa abortus inkomplite adalah
pengeluaran hasil konsepsi yang tidak lengkap pada kehamilan sebelum 20 minggu
yang masih tertinggal di dalam uterus.
2.1.3. Klasifikasi
Menurut Setiyaningrum,
Erna (1013: 43) pembagian abortus yaitu:
2.1.3.1 Abortus
spontan
Merupakan
abortus terjadi dengan tidak diketahui faktor-faktor mekanis atau pun medisinalis,
semata-mata disebabkan oleh faktor alamiah.
a. Abortus Imminens
Ditegakkan
berdasarkan adanya perdarahan bercak-sedang, perdarahan ringan (lebih dari 5
menit dibasahi pembalut), dilatasi servik tertutup, ukuran terus sesuai dengan
usia kehamilan, gejala/tanda kram perut bawah uterus (hilang timbul), USG
mempengaruhi rencana tindakan dan diagnosa banding: mola KET (kelahiran ektopik
teganggu).
b.
Abortus Insipien
(sedang berlangsung)
Ditegakkan
berdasarkan adanya perdarahan sedang-banyak, konsepsi dalam uterus, perdarahan
berat hanya butuh waktu kurang dari 5 menit untuk basahi pembalut, setviks
terbuka, dan gejala atau tanda yang dirasakan oleh ibu yaitu kram parut bagian
bawah.
c.
Abortus Inkompletus
(Keguguran bersisa)
Ditegakkan
berdasarkan adanya perdarahan sedang-banayak, serviks terbuka, uterus sesuai
dengan usia kehamilam, tanda/gejala yaitu: kram/nyeri perut bagian bawah dengan
rasa sakit ang kuat, dan terjadi ekspulsi sebagian hasil konsepsi.
d.
Abortus Completus
(keguguran lengkap)
Ditegakkan
berdasarkan adanya perdarahan bercak-sedang, serviks tertutup atau terbuka,
uterus lebih kecil dari usia kehamilan normal, gejala/tanda yaitu sedikit/tanpa
nyeri pada perut bagian bawah, riwayat ekspulsi hasil konsepsi, dan janin akan
keluar pada rahim baik secara spontan maupun alat bantu.
2.1.3.2
Missed Therapeutik
Adalah
abortus yang dilakukan atas pertimbangan/indikasi kesehatan wanita, dimana bila
kehamilan itu dilanjutkan akan membahayakan dirinya, contohnya pada wanita
dengan penyakit jantung, hipertensi, ginjal dan korban pemerkosaan (masalah
psikis). Dapat jga dilakukan atas pertimbangan kelainan janin berat.
2.1.3.3
Abortus Septik
Adalah
abotus yang mengalami komplikasi berupa infeksi
setelah abortus spontan /tidak aman. Terjadi jika terdapat sisa hasil
konsepsi atau penundaan pengeluaran hasil konsepsi
2.1.3.4
Abortus Habitualis
Adalah
kejadian abortus berulang, umumyna disebabkan karena kelainan faktor anatomik
uterus (mioma, septum, serviks inkompeten dan lain-lain) atau kelainan
faktor-faktor, idealmya dilakukan pemeriksaan USG untuk melihat ada atau
tidaknya kelainan anatomi.
2.1.3.5
Missed Abortion
Adalah
kematian janin dan nekrosis jaringan konsepsi tanpa adanya pengeluaran, terjadi
padausia kehamilan 4 minggu atau lebih. Biasanya didahului tanda dan gejala
abortus imminens yang kemudian menghilang spontan atau menghilang setelah
pengobatan.
2.1.3.6
Aboruts Profokatus
kriminalis
Akibat
perforasi, luka pada serviks uteri, perlekatan pada kavum uteri, perdarahan
infeksi .
Cara
umum: olahraga berlebihan, naik kuda, mendaki gunung, berenang, naik turun
tangga, trauma.
Cara
local: menggnakan alat-alat yang dapat dimasukkan kedalam vagina, alat memasang
IUD, alat yang dialiri arus listrik, aspirasi dan jarum suntik.
2.1.4 Etiologi
Faktor-faktor
yang menyebabkan kematian fetus yaitu faktor ovum itu sendiri, faktor ibu,
faktor bapa, (Amur Sofian, 2012: 1)
2.1.4.1 Kelainan
ovum
Kelainan ovum
ini meliputi, ovum patologis, kelainan letak embrio dan plasenta yang abnormal
2.1.4.2 Kelainan
genitalia ibu
Pada kelainan
ini diliputi oleh, anomali kongenita (hypoplasia uteri,uterus bikornis dll)
kelainan ini terletak dari uterus retrofleksi uteri fiksata, tidak sempurnanya
persiapan uterus dalam menanti midasi dari ovum yang sudah dibuahi seperti
kurangnya progestero atau estrogen, endrometritis, dan mioma supmukosa.
Uterus terlalu
cepat terenggang (kehamilan ganda, mola). Distorsio uterus, misalnya karena
terdorong oleh tumor pelpis.
2.1.4.3 Gangguan
sirkulasi plasenta
2.1.4.4 Penyakit-penyakit
ibu
Penyakit-penyakit
ini meliputi penyakit infeksi yang menyebabkan demam tinggi seperti pneumonia
tipoit, pielitis, rubeola, demam malta, dll
Sebab lain yang
dialami yaitu keracunan Pb, nikotin, gas racun, alkohol dll, ibu yang aspiksia
seperti pada pada dekompeksasi kordis, penyakit paru berat, anemia grapis.
Malnutrisi
avitaminosis, ganguan metabolisme, hipotiroit, kekurangan vitamin A, C, atau E
dan Diabetes Militus.
2.1.4.5 Antagonis
rhesus
Darah ibu yang
melalui plasenta rusak darah fetus, sehingga menjadi anemia pada fetus yang
berakibat meninggalnya fetus
2.1.4.6 Terlalu
cepatnya korpus luteum menjadi atrofis
2.1.4.7 Perangsangan
terhadap ibu yang menyebabkan uterus berkontraksi. Seperti sangat terkejut,
obat-obat uterotonika, katakulan laparatomi, dll
2.1.4.8 Penyakit
bapa : usia lanjut penyakit kronis
Menurut
Saputra, Lyndon (2014: 70) faktor maternal yang turut menyebabkan abortus
spontan yaitu :
2.1.4.9 Infeksi
2.1.4.10 Malnutrisi
berat
2.1.4.11 Kelainan
pada organ reproduksi
2.1.4.12 Permasalahan
endokrin
2.1.4.13 Trauma
2.1.4.14 Inkompatibilitas
golongan darah dan isoimunisasi Rh
2.1.4.15 Pemakaian
obat-obatan
Menurut Mitayani
(2009:22) yang menyebabakan abortus adalah srbagai berikut :
2.1.4.16 Kelainan
pertumbuhan hasil konsepsi: kelainan kromosom, lingkungan nidasi kurang
sempurna, dan pengaruh luar.
2.1.4.17 Infeksi
akut, pneumonia, pielitia, demam tipoid, toksoplasmosis, dan HIV.
2.1.4.18 Abnormalitas
traktur genitalis, serviks inkompeten, dilatasi serviks berlebihan, robekan
serviks, dan retroversion
2.1.4.19 Kelainan
plasenta
2.1.5 Patofisiologi
Menurut Nugroho taufan
(2012:136) abortus biasanya disertai dengan perdarahan didalam desidua basalis
dan perubahan nekrotik didalam jaringan-jaringan yang berdekatan dengan
perdarahan. Ovum yang terlepas sebagian atau seluruh dan mungkin menjadi benda
asing didalam uterus sehingga merasanang kontraksi uterus dan mengakibatkan
pengeluaran janin. Pada Kehamilan 8 minggu, hasil konsepsi dikeluarkan
seluruhnya, karena vili korealis belum menembus
desidua terlalu dalam; sedangkan
pada kehamilan 8-14 minggung, telah masuk agak dalam, sehingga bagian
keluar dan sebagian lagi akan tertinggal karena itu akan terjadi banyak
perdaran.
2.1.7 Manifestasi
Klinis
Nanda NIC NOC
jilid 1 (2015: 2) manifestasi klinis abortus inkomplit yaitu:
2.1.7.1
Aminorea
2.1.7.2
Sakit perut
2.1.7.3
Mules-mules
2.1.7.4
Perdarahan
sedikit/banyak
2.1.7.5
Adanya fetus atau
jaringan yang keluar, tetapi jika perdarahan belum berhenti karena konsepsi
belum keluar semua akan menyebabkan syok.
Sedangkan
menurut Mitayani (2009:23) manifestasi klinis abortus yaitu:
2.1.7.6
Perdarahan pervaginam
2.1.7.7
Terlambat haid
2.1.7.8.
Mulas-mulas
2.1.7.9
Sakit perut bagian
bawah
2.1.8 Penatalaksanaan
Menurut
Nugroho taufik (2012:140) penatalaksaannya adalah bila terjadi syok karena
pendarahan, harus diberikan infus NaCl fisiologis atau cairan ringer laktat,
bila perlu disusul pemberian darah. Setelah syok teratasi dilakukan kerokan dan
paska tindakan diberikan injeksi metil ergometrin maleat intramoskular untuk
mempertahankan kontraksi otot uterus.
Menurut
Amur Sofian (2012: 3) penatalaksanaan sebagai berikut :
2.1.8.1 Jika
perdarahan seberapa banyak dan kehamilan kurang 15 minggu, evaluasi dapat
dilakukan secara digital atau dengan cunam ovum untuk mengeluarkan hasil
konsepsi yang keluar dari servik. Jika perdarahan berhenti, beri ergometrin 0,2
mg intramuscular atau misoprostol 40 mcg per oral.
2.1.8.2 Jika
perdarahan banyak atau terus berlangsung dan usia kehamilan kurang dari 12
minggu, evaluasi sisa hasil konsepsi dengan aspirasi vakum manual. Evaluasi
dengan kuret tajam sebaiknya hanya dilakukan jika aspirasi vakum manual tidak
tersedia. Jika evakuasi belum dapat dilakukan segera, beri ergometrin 0,2 mg
intramoskuler (diulang setelah 15 menit bila perlu) atau misoprostol 40 mcg per
oral (dapat diulang setelah 4 jam bila perlu)
2.1.8.3 Jika
kehamilan lebih 16 minggu berikan infus oksitosin 20 unit dalam 500 ml cairan
intravena (garam fisiologik atau ringer laktat) dengan kecepatan 40 tetes per
menit sampai terjadi ekspusi hasil konsepsi jika oerlu berikan misoprostol 20
mcg per vaginam setiap 4 jam samoai terjadi ekspulsi hasil konsepsi (maksimal
800 mcg) evaluasi sisa hasil konsepsi yang tertinggal dalam uterus.
2.1.9 Komplikasi
Menurut Nugroho
taufan (2012:136) komplikasi yang serius kebanyakan terjadi pada fase abortus
yang tidak aman (unisafe abortion) walaupun kadang-kadang dijumpai juga pada abortus
spontan, komplikasi yang terjadi pada abortus yaitu berupa pendarahan,
perforasi, infeksi dan syok.
Menurut
Amur Sofi an (2012:2) komplikasinya yaitu :
2.1.9.1 Perdaarahan
(Hemorrhage)
2.1.9.2 Perforasi
: sering terjadi diwaktu dilatasi dan kuretase yang dilakukan oleh tenaga yang
tidak ahli seperti bidan dan dukun
2.1.9.3. Infeksi
dan tetanus
2.1.9.4 Peyah
ginjal akut
2.1.9.5. Syok
karena perdarahan banyak dan infeksi atau sepsis
2.1.10 Data
penunjang
Nanda NIC NOC
jilid 1 (2015: 30) pemeriksaan penunjang dari abortus yaitu :
2.1.10.1 Tes kehamilan dengan hasil positif bila janin
masih hidup, bahkan 2-3 minggu setelah abortus
2.1.10.2 Pemeriksaan
doppeler atau USG untuk menentukan apakah janin masih hidup
2.1.10.3 Pemeriksaan
kadar fibrigonen darah pada missed abortion
2.1.11 Prognosis
Menurut Setiyaningrum, Erna
(2013: 49) prognosis tergantung dari etiologi dari jenis abortus, umur pasien
dan umur kehamilan
2.1.11.1 Pada
ibu dengan etiologi tidak diketahui 40-80 % bisa mencapai kehamilan yang sukses
2.1.11.2 Pada
kehamilan habitualiti bisa mencapai >90% bisa mencapai kehamilan lagi dengan
sukses
2.2
Tinjauan
teoritis Asuhan Keperawatan
2.2.1 Pengkajian
Menurut Mitayani (2011: 23) pengkajian
keperawatan dilakukan jika selama kehamilan ditemukan perdarahan ,identifikasi
:
2.2.1.1 Lama
kehamilan
2.2.1.2. Kapan
terjadi perdarahan, lama perdarahan, banyaknys, dan aktifitas yang mempengaruhi
2.2.1.3 Karakter
darah: merah terang, kecoklatan, adanya gumpalan darah, dan lender
2.2.1.4 Sifat
dan lokasi ketidaknyamanan sepertikejang, nyeri tumpul atau tajam, mulas, serta
pusing.
2.2.1.5 Gejala-gejala
hipovolemia
2.2.2 Diagnosa
keperawatan
Menurut Nanda
NIC NOC Jilid 1 (2015: 3) diagnosa keperawatan yang muncul:
2.2.2.1 Kekurangan
volume cairan berhubungan dengan perdarahan
2.2.2.2 Intoleransi
aktivitas berhubungan dengan kelemahan, pernurunan sirkulasi
2.2.2.3 Nyeri
akut berhubungan dengan kerusakan jaringan intra uteri
2.2.2.4 Resiko
infeksi berhubungan dengan kondisi vulva lembab
2.2.2.5 Ansietas
berhubungan dengan kerangnya pengetahuan
2.2.2.6 Resiko
syok (Hipofolemik) berhubungan dengan perdarahan pervaginam
2.2.2.7 Konstipasi
berhubungan dengan penurunan peristaltik usus
2.2.3 Intervensi
Keperawatan
2.2.3.1 Diagnosa
1 :kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan
Kreteria hasil :
Mempertahankan urine output sesuai dengan usia dan BB, BJ, urine normal, HT normal
Tekanan darah,
nadi suhu tubuh dalam basas normal
Tidak ada tanda-tanda
dehidrasi,elastisitas tugor kulit baik, membrane mukosa lembab tidak ada rasa
haus ang berlebihan.
a. Timbang popok/pembalut jika perlu
b. Pertahankan
catatan intake dan outpur ang akurat
c. Monitor
vital sign
d. Monitor
masukan makanan/cairan dan hitung intake kalori
e. Monitor
status nutrisi
2.2.3.2 Diagnosa
2: Intoleransi aktifitas berhubungan dengan penurunan sirkulasi
kriteria hasil:
berpartisipasi dalam aktivitas tanpa disertai peningkatan tekanan darah nadi
dan respirasi
a. Bentuk
klain untuk mengidentifikasi aktifitas yang mampu dilakukan
b. Bantu
untuk aktifitas konsisten yang sesuai dengan kemampuan fisik, pisikologi dan
sosial
c. Bantu
untuk mengidentifikasi dan untuk aktifitas yang diinginkan
d. Bantu
untuk mendapatkan alat bantu aktivitas seperti kursi roda
e. Monitor
respon fisik emosional dan spiritual
2.2.3.3 Diagnosa
3: Resiko infeksi berhubungan dengan vulva lembab
Kriteria hasil:
melaporkan klien bebas dari tanda infeksi
a. Bersihkan
lingkungan setelah dipakai pasien
b. Cuci
tangan dan setiap sebelum sesudah tindakan perawatan
c. Gunakan
sabun antimikrobio untuk cuci tangan
d. Gunakan
baju sarung tangan sebagai alat pelindung
e. Pertahankan
lingkungan yang efektif
f. Tingkatkan
intak nutrisi
g. Ajarkan
pasien dan keluarga tanda dan gejala infeksi
2.2.3.4 Diagnosa
4 : Nyeri berhubungan dengan kerusakan jaringan intra uteri
Kriteria hasil:
Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan manajemen nyeri
Rencana
:
a. Lakukan
pengkajian nyeri secara konperhensip termasuk local karakteristik durasi
frekwensi, kualitas dan faktor presipitas
b. Obserasi
reaksi non verbal ketidak nyamanan
c. Respon
nyeri evaluasi pengalaman nyeri
d. Gunakan
teknik komunikasi traupetik untuk mengetahui pengalaman karakteristik pasien.
e. Kaji kultur ang mempengaruhi nyeri
f. Evaluasi
bersama pasien dan tim kesehatan
2.2.3.5 Diagnosa
5: Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan
Kriteria hasil: klien
mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas, postur tubuh ekspresi
wajah baas tubuh dan tingkat aktivitas menunjukkan berkurangnya kecemasan
Rencana :
a.
Mengidentifikasi
tingkat kecemasan
b.
Mendengarkan klien
dengan penuh perhatian
c.
Temani pasien untuk
memberikan keamanan dan mengurangi takut
d.
Ajarkan pasien dengan
teknik relaksasi
e.
Dorong pasien untuk mengungkapkan perasan,
ketakutan, persepsi
f.
Dorong keluarga untuk
menemani anak
2.2.3.6
Diagnosa 6: Resiko syok
berhubungan dengan pendarahan pervaginam
Kriteria hasil:
Nadi dalam batas yang diharapkan frekwensi nafas dalam batas yang diharapkan
Rencana
:
a. Monitor
tanda inaadekuat oksigen jaringan
b. Monitor
suhu dan pernafasan
c. Monitor
output dan input
d. Monitor
tanda awal syok
e. Lihat
dan pelihara kepatenan jalan nafas
f. Ajarkan
keluarga dan pasien tentang tanda dan gejala datangnya syok
2.2.2.7
Diagnosa 6: Konstipasi
berhubungan dengan penurunan peristaltik usus
Tujuan : konstupasi
klien teratasi, klien mampu BAB.
Kretria hasil:
pola BAB normal, paristaltik usus normal (5-35x/menit)
Rencana :
1. Kaji
keebiasaan BAB, penyebab konstipasi, kenali tanda-tanda sumtanseperti tidak
adanya fesesang terbentuk selama beberapa hari. Perasaan penuh pada abdomen dan
auskultasi bisisng usus.
2. Observasi
adanya distensi abdomen jika bising usus tidak ada atau kurang
3. Lakuka
masase lembut pada abdomrn searah jam dengan sebelumnya dianjurkan minum air
putih
4. Menganjurjan
klien untuk mengonsmsi makanan tinggi serat, pemasukan cairan adekuat (minimal
200 ml/hari)
5. Anjurkan
klien untuk posisi sim atau miring
kana dan kiri .
Kaloborasi dalam pemberian obat antikonstipasi atau obat saluran pencernaan
Kaloborasi dalam pemberian obat antikonstipasi atau obat saluran pencernaan
DAFTAR
RUJUKAN
Anna, M. (2012) Prevalensi abortus pada kehamilan di Indonesiadan berbagai faktor yang
berhubungan (Riset kesehatan Dasar2007).(Internet). Termuat dalam < http://ejournal.litbang.depkes.go.id>
(di akses 19 mei 2016)
Coad. J. & Dunstall. M. (2012). Anatomy and Physioloy for Midwives.
Eselvier. Publication
Gunanegara, R.F., Pangemanan, D. & Valasta F.S. (2014). Hubungan Abortus Inkomplit dengan Faktor Resiko Ibu Hamil (Internet). Termuat dalam:
< http://repository.maranatha.com>
( 19 mei 2016).
ISFI. (2012). ISO Indonesia. Volume 47. Jakarta: PT ISFI Penerbitan
Lockhart, Anita. & Saputra, Lyndon.
(2014). Asuhan Kebidanan: Kebidanan
Patologi. Tanggerang Selatan: Binarupa Aksara Publishe
Lockhart, Anita. & Saputra, Lyndon.
(2014). Asuhan Kebidanan Kehamilan
Fisiologi & Patologi. Tanggerang Selatan: Binarupa Aksara Publishe
Macdonald, Sue. & Magill, C. J.
(2011). Mayes’ Midwifery. British:
Bailliere Tindall Esever.
Mitayani. (2011). Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta. Salemba Medika
Mustik, A., Wijanegara, H. & Dewi.
M. K. (2014). Hubungan Karakteristik Ibu
dengan Kejadian Abortus Spontan. (Internet) http://www.Indonesia/hubungan
karakteristik-ibu-dengan-anak-kejadian-abortus.com
(diakses 19 mei 2016)
Nugroho, Taufan. (2012). OBSGYN: Obstetri dan Ginekologi untuk
Mahasiswa Kebidanan dan Keperawatan. Yogyakarta: Nuha Medika
Nurarif. A. H. & Hardi, K. (2015). Nanda Nic-Noc Aplikasi Asuhan
Keperawatan Berdasarkan Diagnos 2015. Jilid 1. Jogjakarta: Mediaction
Publishing
Pearce, Evelyn. C. (2013).Anatomi dan Fisiologi untuk Para Medis.
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Setiyaningrum, Erna. (2013). Asuhan Gawat Darurat (Asuhan Kebidanan
Patologi). Jilid 1: IN MEDIA.
Sofian, Amur. (2011). Rustam Mochtar Sinopsis Obstetri. Edisi
3. Jakarta. EGC.
No comments:
Post a Comment