Sunday, May 19, 2019

Laporan Pendahuluan Harga Diri Rendah


LAPORAN PENDAHULUAN
HARGA DIRI RENDAH

I.          Pengertian
Harga diri adalah penilaian tentang pencapaian diri dengan menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri. ( Keliat B.A , 2002 ). Harga diri rendah adalah evaluasi diri dan perasaan tentang diri atau kemampuan diri yang negatif, dapat secara langsung atau tidak langsung di ekspresikan.

Harga diri rendah adalah menolak dirinya sebagai sesuatu yang berharga dan tidak dapat bertanggungjawab pada kehidupannya sendiri.(Stuart dan Sundeen, 2005). Harga diri rendah adalah penilaian negative seseorang terhadap diri dan kemampuan yang diekspresikan secara langsung dan tidak langsung (Bawlis,2002)

II.       Rentang Respon
Respon Adaptif
 
Respon Maladaptif

 
 


Konsep Diri Positif
 
Depersonalisasi

 
Kerancuan Identitas
 
HDR
 
Aktualisasi Diri
 
                                                                                                                                                                 


III.    Faktor Predisposisi
1)        Factor yang mempengaruhi harga diri
Harga diri adalah sifat yang diwariskan secara genetik. Pengaruh lingkungan sangat penting dalam pengembangan harga diri. Faktor-faktor predisposisi dari pengalaman masa anak-anak merupakan faktor kontribusi pada gangguan atau masalah konsep diri. Anak sangat peka terhadap perlakuan dan respon orang tua. Penolakan orang tua menyebabkan anak memilki ketidakpastian tentang dirinya dan hubungan dengan manusia lain. Anak merasa tidak dicintai dan menjadi gagal mencintai dirinya dan orang lain.

Saat ia tumbuh lebih dewasa, anak tidak didorong untuk menjadi mandiri, berpikir untuk dirinya sendiri, dan bertanggung jawab atas kebutuhan sendiri. Kontrol berlebihan dan rasa memiliki yang berlebihan yang dilakukan oleh orang tua dapat menciptakan rasa tidak penting dan kurangnya harga diri pada anak. Orangtua membuat anak-anak menjadi tidak masuk akal, mengkritik keras, dan hukuman.

Tindakan orang tua yang berlebihan tersebut dapat menyebabkan frustasi awal, kalah, dan rasa yang merusak dari ketidak mampuan dan rendah diri. Faktor lain dalam menciptakan perasaan seperti itu mungkin putus asa, rendah diri, atau peniruan yang sangat jelas terlihat dari saudara atau orangtua. Kegagalan dapat menghancurkan harga diri, dalam hal ini dia gagal dalam dirinya sendiri, tidak menghasilkan rasa tidak berdaya, kegagalan yang mendalam sebagai bukti pribadi yang tidak kompeten.

Ideal diri tidak realistik merupakan salah satu penyebab rendahnya harga diri.Individu yang tidak mengerti maksud dan tujuan dalam hidup gagal untuk menerima tanggung jawab diri sendiri dan gagal untuk mengembangkan potensi yang dimilki. Dia menolak dirinya bebas berekspresi, termasuk kebenaran untuk kesalahan dan kegagalan, menjadi tidak sabaran, keras, dan menuntut diri. Dia mengatur standar yang tidak dapat ditemukan. Kesadaran dan pengamatan diri berpaling kepada penghinaan diri dan kekalahan diri. Hasil ini lebih lanjut dalam hilangnya kepercayaan diri.


2)        Faktor yang mempengaruhi penampilan peran
Peran yang sesuai dengan jenis kelamin sejak dulu sudah diterima oleh masyarakat, misalnya wanita dianggap kurang mampu, kurang mandiri , kurang objektif, dan kurang rasional dibandingkan pria. Pria dianggap kurang sensitive, kurang hangat, kurang ekpresif dibanding wanita. Sesuai dengan standar tersebut, jika wanita atau pria berperan tidak seperti lazimnya maka akan menimbulkan konflik didalam diri mapun hubungan sosial. Misalnya wanita yang secara tradisional harus tinggal dirumah saja, jika ia mulai keluar rumah untuk mulai sekolah atau bekerja akan menimbulkan masalah. Konflik peran dan peran yang tidak sesuai muncul dari faktor biologis dan harapan masyarakat terhadap wanita atau pria.
3)        Faktor yang mempengaruhi identitas diri
Intervensi orangtua terus-menerus dapat mengganggu pilihan remaja. Orang tua yang selalu curiga pada anak menyebakan kurang percaya diri pada anak. Anak akan ragu apakah yang dia pilih tepat, jika tidak sesuai dengan keinginan orang tua maka timbul rasa bersalah. Ini juga dapat merendahkan pendapat anak dan mengarah pada keraguan, impulsif, dan bertindak keluar dalam upaya untuk mencapai beberapa identitas. Teman sebayanya merupkan faktor lain yang mempengaruhi identitas. Remaja ingin diterima, dibutuhkan, diingikan, dan dimilki oleh kelompoknya.

IV.    Faktor Presipitasi       
1)        Trauma
Masalah khusus tentang konsep diri disebabakan oleh setiap situasi dimana individu tidak mampu menyesuaikan. Situasi dapat mempengaruhi konsep diri dan komponennya. Situasi dan stressor yang dapat mempengaruhi gambaran diri dan hilangnya bagian badan, tindakan operasi, proses patologi penyakit, perubahan struktur dan fungsi tubuh, proses tumbuh kembang, dan prosedur tindakan dan pengobatan.
2)        Ketegangan peran
Ketegangan peran adalah stres yang berhubungan dengan frustasi yang dialami individu dalam peran.
Transisi perkembangan
Transisi perkembangan adalah perubahan normatif berhubungan dengan pertumbuhan. Setiap perkembangan dapat menimbulkan ancaman pada identitas. Setiap tahap perkembangan harus dilakukan inidividu dengan menyelesaikan tugas perkembangan yang berbeda-beda. Hal ini dapat merupakan stressor bagi konsep diri.
Transisi situasi
Transisi situasi terjadi sepanjang daur kehidupan. Transisi situasi merupakan bertambah atau berkurangnya orang yang penting dalam kehidupan individu melalui kelahiran atau kematian orang yang berarti, misalnya status sendiri menjadi berdua atau menjadi orang tua.
Transisi sehat sakit
Transisi sehat sakit berkembang berubah dari tahap sehat ke tahap sakit. Beberapa stressor pada tubuh dapat menyebabakan gangguan gambaran diri dan berakibat perubahan konsep diri. Perubahan tubuh dapat mempengaruhi semua komponen konsep diri yaitu gambaran diri, peran ,dan harga diri. Masalah konsep diri dapat dicetuskan oleh faktor psikologis, sossiologis, atau fisiologis, namun yang lebih penting adalah persepsi klien terhadap ancaman.
perilaku.

V.       Tanda dan Gejala
Menurut L. J Carpenito dan Keliat , perilaku yang berhubungan dengan harga diri rendah antara lain :
Data Subjektif:
·         Mengkritik diri sendiri atau orang lain
·         Perasaan tidak mampu
·         Pandangan hidup yang pesimis
·         Perasaan lemah dan takut
·         Penolakan terhadap kemampuan diri sendiri
·         Pengurangan diri/mengejek diri sendiri
·         Hidup yang berpolarisasi
·         Ketidakmampuan menentukan tujuan
·         Mengungkapkan kegagalan pribadi
·         Merasionalisasi penolakan
Data Objektif:
·         Produktivitas menurun
·         Perilaku destruktiv pada diri sendiri dan orang lain
·         Penyalahgunaan zat
·         Menarik diri dari hubungan social
·         Ekspresi wajah malu dan rasa bersalah
·         Menunjukkan tanda depresi (sukar tidur dan sukar makan)
·         Tampak mudah tersinggung /mudah marah

VI.    Proses Keperawatan
Menurut hawari (2001), terapi pada gangguan jiwa skizofrenia dewasa ini sudah dikembangkan sehingga penderita tidak mengalami diskriminasi bahkan metodenya lebih manusiawi daripada masa sebelumnya. Terapi yang dimaksud meliputi :
a.    Psikofarmaka
Adapun obat psikofarmaka yang ideal yaitu yang memenuhi syarat sebagai berikut :
·         Dosis rendah dengan efektifitas terapi dalam waktu yang cukup singkat.
·         Tidak ada efek samping kalaupun ada relative kecil.
·         Dapat menghilangkan dalam waktu yang relative singkat, baik untuk gejala positif maupun gejala negative skizofrenia.
·         Tidak menyebabkan kantuk
·         Memperbaiki pola tidur
·         Tidak menyebabkan lemas otot.
Berbagai jenis obat psikofarmaka yang beredar dipasaran yang hanya diperoleh dengan resep dokter, dapat dibagi dalan 2 golongan yaitu golongan generasi pertama (typical) dan golongan kedua (atypical). Obat yang termasuk golongan generasi pertama misalnya chlorpromazine HCL, Thoridazine HCL, dan Haloperidol. Obat yang termasuk generasi kedua misalnya : Risperidone, Olozapine, Quentiapine, Glanzapine, Zotatine, dan aripiprazole.
b.    Psikoterapi
Therapy kerja baik sekali untuk mendorong penderita bergaul lagi dengan orang lain, penderita lain, perawat dan dokter. Maksudnya supaya ia tidak mengasingkan diri lagi karena bila ia menarik diri ia dapat membentuk kebiasaan yang kurang baik. Dianjurkan untuk mengadakan permainan atau latihan bersama. (Maramis,2005)
c.    Therapy Kejang Listrik ( Electro Convulsive Therapy)
ECT adalah pengobatan untuk menimbulkan kejang granmall secara artificial dengan melewatkan aliran listrik melalui elektrode yang dipasang satu atau dua temples. Therapi kejang listrik diberikan pada skizofrenia yang tidak mempan denga terapi neuroleptika oral atau injeksi, dosis terapi kejang listrik 4-5 joule/detik. (Maramis, 2005)
d.   Therapy Modalitas
Therapi modalitas/perilaku merupakan rencana pengobatan untuk skizofrrenia yang ditujukan pada kemampuan dan kekurangan klien. Teknik perilaku menggunakan latihan keterampilan sosial untuk meningkatkan kemampuan sosial. Kemampuan memenuhi diri sendiri dan latihan praktis dalam komunikasi interpersonal. Therapi kelompok bagi skizofrenia biasanya memusatkan pada rencana dan masalah dalam hubungan kehidupan yang nyata.

Therapy aktivitas kelompok dibagi empat, yaitu therapy aktivitas kelompok stimulasi kognitif/persepsi, theerapy aktivitas kelompok stimulasi sensori, therapi aktivitas kelompok stimulasi realita dan therapy aktivitas kelompok sosialisasi (Keliat dan Akemat,2005). Dari empat jenis therapy aktivitas kelompok diatas yang paling relevan dilakukan pada individu dengan gangguan konsep diri harga diri rendah adalah therapyaktivitas kelompok stimulasi persepsi. Therapy aktivitas kelompok (TAK) stimulasi persepsi adalah therapy yang mengunakan aktivitas sebagai stimulasi dan terkait dengan pengalaman atau kehidupan untuk didiskusikan dalam kelompok, hasil diskusi kelompok dapat berupa kesepakatan persepsi atau alternatif penyelesaian masalah.(Keliat dan Akemat,2005).

1.      Pohon Masalah
Isolasi sosial: menarik diri
Gangguan konsep diri: Harga diri
Koping individu tidak efektif

2.      Masalah Keperawatan yang Mungkin Muncul
a.       Isolasi sosial: Menarik diri
b.      Harga diri rendah
c.       Koping individu tidak efektif
3.      Data yang Perlu Dikaji
1.      Koping tidak efektif
a.       Data Subjektif:
×          Mengungkapkan tidak berdaya dan tidak ingin hidup lagi.
×          Klien malu bertemu dan berhadan dengan orang lain.
b.      Data Objektif :
×          Ekspresi wajah sedih.
×          Tidak ada kontak mata ketika diajak berbicara.
×          Suara pelan dan tidak jelas.
×          menangis.
2.      Harga diri rendah
a.       Data Subjektif :
×          Mengungkapkan ingin diakui jati dirinya
×          Mengungkapkan tidak ada lagi yang peduli
×          Mengungkapkan tidak bisa apa-apa
×          Mengungkapkan dirinya tidak berguna
×          Mengkritik diri sendiri
b.      Data Objektif :
×          Merusak diri sendiri dan orang lain
×          Menarik diri dari hubungan social
×          Tampak mudah tersinggung
×          Tidak mau makan dan tidak mau tidur
3.      Isolasi Sosial: Menarik diri
a.       Data Subjektif:
×          Mengungkapkan tidak berdaya dan tidak ingin hidup lagi
×          Mengungkapkan enggan berbicara dengan orang lain
×          Klien malu bertemu dan berhadapan dengan orang lain
b.      Data Objektif
×          Ekspresi wajah kosong
×          Tidak ada kontak mata ketika diajak bicara
×          Suara pelan dan tidak jelas



4.        Diagnosis Keperawatan Jiwa
×          Harga Diri Rendah
×          Koping Tidak efektif
5.        Rencana Tindakan Keperawatan
Harga diri rendah
1.      Untuk Klien
a.       Tujuan  umum: Klien tidak terjadi gangguan konsep diri  :  harga diri rendah/ klien akan meningkat harga dirinya.
b.      Tujuan khusus:
1.      Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat
Tindakan:
a)      Bina hubungan saling percaya
-       Salam terapeutik
-       Perkenalan diri
-       Jelaskan tujuan inteniksi
-       Ciptakan lingkungan yang tenang
-       Buat kontrak yang jelas (waktu, tempat dan topik pembicaraan).
b)      Beri kesempatan pada klien mengungkapkan perasaannya.
c)      Sediakan waktu untuk mendengarkan klien.
d)     Katakan kepada klien bahwa ia  adalah seseorang yang berharga dan bertanggung jawab serta mampu menolong dirinya sendiri.
2.      Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
3.      Klien dapat menilai kemampuan kedua yang dimiliki dan membuat jadwal
2.      Untuk Keluarga
a.    Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien.
b.    Bantu keluarga memberi dukungan selama klien dirawat.
c.    Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah.
d.    Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga.

Koping individu tidak efektif
1.      Untuk Klien
a.       Tujuan Umum: Koping klien efektif
b.      Tujuan Khusus
1)      Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat
2)      Klien mampu mengungkapkan masalah secara baik
Tindakan:
a)      Identifikasi koping yang selama ini di gunakan
b)      Membantu menilai koping yang biasa di gunakan
c)      Mengidentifikasi cita-cita atau tujuan yang realistis
d)     Melatih koping : berbincang (meminta, menolak, dan  mengungkapkan/ membicarakan masalah secara baik)
e)      Membimbing memasukkan dalam jadwal kegiatan.
3)      Klien mampu beraktivitas sesuai dengan jadwal kegiatan
a)      Validasi masalah dan latihan sebelumnya.
b)      Melatih koping: beraktivitas.
c)      Membimbing memasukkan dalam jadwal kegiatan.
4)      Klien mampu berlatih olahraga
5)      Klien mampu melakukan relaksasi
2.      Untuk Keluarga
a.       Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien dengan harga diri rendah.
b.      Bantu keluarga memberikan dukungan selama pasien di rawat.
Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah.




VII.          Strategi Pelaksanaan Tindakan

Diagnosa
Strategi Pelaksanaan
Pasien
Keluarga
Gangguan konsep
diri: HDR
SP 1 p
1.       Mendiskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki  pasien
2.       Membantu pasien menilai kemampuan yang masih  dapat digunakan
3.       Membantu pasien  memilih/menetapkan kemampuan yang akan dilatih
4.       Melatih kemampuan yang sudah dipilih
5.       Memberikan pujian yang wajar terhadap keberhasilan pasien
6.       Menyusun jadwal
7.       pelaksanaan  kemampuan yang telah dilatih dalam rencana harian


SP 1 k
1.      Mendiskusikan masalah yang di rasakan keluarga dalam merawat pasien
2.      Menjelaskan pengertian, tanda gejala, proses terjadinya HDR yang di alami pasien

3.      Menjelaskan cara
merawat pasien dengan HDR
4.      Latih keluarga memberi tanggung jawab kegiatan pertama yang dipilih klien: bimbing dan beri pujian.
5.      Anjurkan membantu klien sesuai jadwal harian yang dibuat

SP 2 p
1.      Mengevaluasi jadwal  kegiatan SP 1 pasien
2.      Melatih kemampuan  kedua yang dipilih klien
3.      Menganjurkan pasien  memasukan dalam kegiatan harian
SP 2 k
1.    Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien dengan masalah HDR
2.    Melatih keluarga melakukan  cara merawat pasien dengan masalah HDR  langsung pada pasien
3.      Anjurkan membantu klien sesuai jadwal dan memberi pujian.

Sp 3 p
1.      Mengevaluasi jadwal  kegiatan kegiatan 1 dan kegiatan 2 pasien
2.      Melatih kemampuan  ketiga yang dipilih klien
3.      Menganjurkan pasien  memasukan dalam kegiatan harian: dua kegiatan masing-masing dua kali per hari
SP 3 k
1.     Evaluasi kegiatan keluarga dalam membimbing klien dalam kegiatan pertama dan kedua yang dipilih dan dilatih klien, berikan pujian.
2.     Bersama keluarga melatih klien dalam melakukan kegiatan ketiga yang dipilih klien.
3.     Anjurkan membantu klien sesuai jadwal dan memberi pujian.

SP 4

1.      Evaluasi kegiatan keluarga dalam membimbing klien dalam kegiatan pertama, kedua, dan ketiga yang dipilih dan dilatih klien, berikan pujian.
2.     Bersama keluarga melatih klien dalam melakukan kegiatan keempat yang dipilih klien.
3.     Anjurkan membantu klien sesuai jadwal dan memberi pujian: dua kegiatan masing-masing dua kali per hari.
SP 4
1.      Evaluasi kegiatan keluarga dalam membimbing klien dalam kegiatan pertama, kedua dan ketiga yang dipilih dan dilatih klien, berikan pujian.
2.     Bersama keluarga melatih klien dalam melakukan kegiatan keempat yang dipilih klien.
3.     Jelaskan follow up ke RSJ/ PKM tanda kambuh dan rujukan.
4.     Anjurkan membantu klien sesuai jadwal dan memberi pujian.

SP 5
1.      Evaluasi kegiatan latihan dan berikan pujian
2.      Latih kegiatan dilanjutkan sampai tak terhingga
3.      Nilai kemampuan yang telah mandiri
4.      Masukan nilai apakah harga diri klien meningkat
SP 5
1.      Evaluasi kegiatan keluarga dalam membimbing klien melakukan kegiatan yang dipilih oleh klien dan berikan pujian
2.      Nilai kemampuan keluarga dalam membimbing klien
3.      Nilai kemampuan keluarga melakukan kontrol ke RSJ/ PKM






No comments:

Post a Comment