Sunday, May 19, 2019

Laporan Pendahuluan Sectio Caesarea dengan Pre Eklamsi


LAPORAN PENDAHULUAN
POST SECTIO CAECAREA DENGAN PRE EKLAMSI BERAT

  1. Definisi
Pre-eklamsia adalah suatu kondisi yang spesifik pada kehamilan, terjadi setelah minggu ke 20 gestasi, ditandai dengan hipertensi dan protein uria dan dapat juga diserta dengan udema. Hipertensi di sini adalah tekanan darah 140/90 mmHgatau lebih, atau sutu kenaikan tekanan sistolik sebesar 30mmHg atau lebih (jika diketahui tingkat yang biasa), atau kenaikan tekanan darah diastolic sebesar 15 mmHg atau lebih (jika diketahui tingkat yang biasa). Protein uria dalam preeklamsia adalah konsentrasi protein sebesar 0,3 g/l atau lebih pada sedikitnya 2 spesimen urin yang di ambil secara acak dan pada selang waktu 6 jam atau lebih. Edema biasa terjadi pada kehamilan normal, sehingga edema bukanlah tanda pre-eklampsia yang dapat dipercaya kecuali jika edema juga mulai terjadi pada tangan dan wajah, serta Kenaikan berat badan yangmendadk sebanyak 1 kg atay kebih dalam seminggu (atau 3 kg dalam sebulan) adalah indikasi pre-eklampsia (kenaikan berat badan normal sekitar 0,5 kg per minggu). (Anonim, 2007).
Sedangkan PEB (Pre-eklampsia berat) adalah pre-eklampsia yang berlabihan yang terjadi secara mendadak. Wanita dapat dengan cepat mengalami eklampsia. Hal ini merupakan kedaruratan obstertik dan penatalaksanaannya harus segera dimulai.
Pre-eklamsi berat terjadi apabila :
a.       Tekanan darah 160/110 atau lebih.diukur 2x dengan antara sekurang-kurangnya 6 jam dan pasien istirahat.
b.      Proteinuria 5 gr atau lebih/24 jam.
c.       Olyguri 400 cc atau lebih/ 24 jam.
d.      Gangguan cerebral /penglihatan
e.       Oedema paru / cyanosis
f.       Sakit kepala hebat
g.      Mengantuk
h.      Konfensi mental
i.        Gangguan penglihatan (seperti pandangan kabur, kilatan cahaya)
j.        Nyeri epigastrium
k.      Mual dan muntah (Musalli, 2007).
Seksio Caesaria adalah persalinan buatan dimana janin dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding perut & dinding rahim dng syarat dinidng rahim dalam keada an utuh serta berat janin diatas 500 gram. Indikasi sectio caesaria adalah sectio caesarea antara lain : Ibu / janin : Distosia (ketidakseimbangan sepalopelvik, kegagalan induksi persalinan, kerja rahim yang abnormal). Ibu : Penyakit pada ibu (Eklapmsia, DM, Penyakit jantung, Ca servik), pembedahan sebelumnya, sumbatan pada jalan lahir. Janin : Gangguan pada janin, Prolaps tali, Mal presentasi. Plasenta : Plasenta previa,Abrupsion plasenta ( Mochtar, 1998).         
  1. Faktor Risiko Preeklampsia
Walaupun belum ada teori yang pasti berkaitan dengan penyebab terjadinya preeklampsia, tetapi  beberapa  penelitian  menyimpulkan   sejumlah   faktor  yang  mempengaruhi   terjadinya preeklampsia. Faktor risiko tersebut meliputi;
1) Riwayat  preeklampsia.  Seseorang yang mempunyai   riwayat  preeklampsia atau  riwayat keluarga dengan preeklampsia maka akan meningkatkan resiko terjadinya preeklampsia.
2) Primigravida,   karena   pada   primigravida   pembentukan   antibodi   penghambat   (blocking antibodies)  belum  sempurna   sehingga  meningkatkan   resiko   terjadinya   preeklampsia Perkembangan   preklamsia   semakin   meningkat   pada   umur   kehamilan   pertama   dan kehamilan dengan umur yang ekstrem, seperti terlalu muda atau terlalu tua.
3) Kegemukan (Rochimhadi, 2005).
  1. Etiologi
Etiologi  preeklampsia sampai  saat   ini  belum diketahui  dengan pasti.  Banyak  teori-teori yang dikemukakan oleh para ahli yang mencoba menerangkan penyebabnya, oleh karena itu disebut  “penyakit   teori”;  namun belum ada yang memberikan  jawaban yang memuaskan. Teori sekarang yang dipakai sebagai penyebab preeklampsia adalah teori “iskemia plasenta”.
Namun  teori   ini  belum dapat  menerangkan semua hal  yang berkaitan dengan penyakit   ini.Adapun teori-teori tersebut adalah ;
a. Peran Prostasiklin dan Tromboksan
Pada preeklampsia dan eklampsia didapatkan kerusakan pada endotel vaskuler, sehingga sekresi  vasodilatator  prostasiklin oleh  sel-sel  endotelial  plasenta berkurang,   sedangkan pada   kehamilan   normal   prostasiklin  meningkat.   Sekresi   tromboksan   oleh   trombosit bertambah sehingga timbul vasokonstrikso generalisata dan sekresi aldosteron menurun. Akibat perubahan ini menyebabkan pengurangn perfusi plasenta sebanyak 50%, hipertensi dan penurunan volume plasma.
b.Peran Faktor Imunologis
Preeklampsia   sering   terjadi   pada   kehamilan   I   karena   pada   kehamilan   I  terjadi pembentukan  blocking   antibodies  terhadap   antigen   plasenta   tidak   sempurna.   Pada preeklampsia   terjadi   komplek   imun   humoral   dan   aktivasi   komplemen.  Hal   ini   dapat diikuti dengan terjadinya pembentukan proteinuria.  
c. Peran Faktor Genetik
Preeklampsia hanya  terjadi  pada manusia.  Preeklampsia meningkat  pada anak dari   ibu yang menderita preeklampsia.  
d.                  Iskemik dari uterus. Terjadi karena penurunan aliran darah di uterus
e. Defisiensi   kalsium.  Diketahui   bahwa   kalsium  berfungsi  membantu  mempertahankan vasodilatasi dari pembuluh darah.
f. Disfungsi dan aktivasi dari endotelial.  Kerusakan sel endotel vaskuler maternal memiliki peranan   penting   dalam   patogenesis   terjadinya   preeklampsia.   Fibronektin   diketahui dilepaskan oleh sel endotel yang mengalami kerusakan dan meningkat secara signifikan dalam  darah  wanita   hamil   dengan   preeklampsia.  Kenaikan   kadar   fibronektin   sudah dimulai pada trimester pertama kehamilan dan kadar fibronektin akan meningkat sesuai dengan kemajuan kehamilan (Anonim, 2007).


  1. Patofisiologi
Pada preeklampsi terdapat penurunan plasma dalam sirkulasi dan terjadi peningkatan hematokrit, dimana perubahan pokok pada preeklampsi yaitu mengalami spasme pembuluh darah perlu adanya kompensasi hipertensi ( suatu usaha untuk mengatasi kenaikan tekanan perifir agar oksigenasi jaringan tercukupi). Dengan adanya spasme pembuluh darah menyebabkan perubahan – perubahan ke organ antara lain :
a.       Otak .
Mengalami resistensi pembuluh darah ke otak meningkat akan terjadi oedema yang menyebabkan kelainan cerebal bisa menimbulkan pusing dan CVA ,serta kelainan visus pada mata.
b.      Ginjal.
Terjadi spasme arteriole glomerulus yang menyebabkan aliran darah ke ginjal berkurang maka terjadi filtrasi glomerolus negatif , dimana filtrasi natirum lewat glomelurus mengalami penurunan sampai dengan 50 % dari normal yang mengakibatkan retensi garam dan air , sehingga terjadi oliguri dan oedema.
c.       URI
Dimana aliran darah plasenta menurun yang menyebabkan gangguan plasenta maka akan terjadi IUGR, oksigenisasi berkurang sehingga akan terjadi gangguan pertumbuhan janin, gawat janin , serta kematian janin dalam kandungan.
d.       Rahim
Tonus otot rahim peka rangsang terjadi peningkatan yang akan menyebabkan partus prematur.
e. Paru
Dekompensi cordis yang akan menyebabkan oedema paru sehingga oksigenasi terganggu dan cyanosis maka akan terjadi gangguan pola nafas. Juga mengalami aspirasi paru / abses paru yang bisa menyebabkan kematian .
f. Hepar
Penurunan perfusi ke hati dapat mengakibatkan oedema hati , dan perdarahan subskapular sehingga sering menyebabkan nyeri epigastrium, serta ikterus ( Wahdi, 2009).
  1. Pathway
Remaja, primipara muda, pendapatan↓, riwayat HT,Pre/eklamsia
 

Kehamilan muda/aterm
 

Pre eklamsia / Impending eklamsia /eklamsia
 

Penyebab tdk jelas
 

Diduga kerusakan sel endotel vaskuler
 

Vasokostriktor ↑,vasodilator ↓
 

TD ↑, + protein hilang + transudasi
 

Kejang/penurunan kesadaran (Resiko tinggi terjadinya kejang pada ibu berhubungan dengan penurunan fungsi organ (vasospasme dan peningkatan tekanan darah).
                                                                                                        
perawatan &pengobatan (MRS/Observasi ketat)
               
Terminasi kehamilan
                       
                                               Pervaginam                    Seksio caesaria
 

Sist. Urologi                           Sist.pencernaan                   Sist.kardiovaskuler                              Sist. saraf
 

Diskontinuitas Jaringan Luka Op.
 
Dialisis ↓      mual-muntah banyak+peristaltik usus ↓      Kehilangan darah & cairan  
                                                                                                                                                               
Oliguria             muntah berlebihan     ileus peristaltik        pendarahan ekstra dan intra   
 

Nyeri
 
                        Kehilangan cairan   distensi abdomen    vol cairan dan elektrolit                          
dan elektrolit                                                        dalam sirkulasi turun
Resiko terjadi syok hipovolemik
 
Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
 
Resiko Pemenuhan Nutrisi kurang dari Kebutuhan
 
                   


                                                                       
                                                                        nyeri/kembung/flatus/muntah
 


                                                                                                                muntah
 

                                                                         flatus
                                                                                        Insufisiensi akut  eritosit keluar↑
 

                           Sel-sel jaringan tidak mendapat makanan O2                          Hb ↓→anemia
 

                                               
                                                 Syok hipovolemik                                       O2 dalam darah↓
 


                                                                Sesak+transpor O2 ke organ turun (resiko pola napas tidak efektif)

 

Fisiologi organ terganggu           pembentukan WBC terganggu          resiko infeksi
           
  1. Data system pengkajian
1.      Wawancara
Nama, umur, agama, pendidikan, pekerjaan, status perkwinan, berapa kali nikah, dan berapa lama.Riwayat kehamilan sekarang : kehamilan yang ke berapa, sudah pernah melakukan ANC, terjadi peningkatan tensi, oedema, pusing, nyeri epigastrium, mual muntah, dan penglihatan kabur.
Riwayat kesehatan ibu sebelumnya : penyakit jantung, ginjal, HT, paru.
Riwayat kehamilan, persalinan, nifas yang lalu : adakah hipertensi atau preeklampsi.Riwayat kesehatan keluarga : adakah keluarga yang menderita penyakit jantung, ginjal, HT, dan gemmeli.Pola pemenuhan nutrisi.Pola istirahat.Psiko-sosial- spiritual :emosi yang tidak stabil dapat menyebabkan kecemasan.
2.      Pemeriksaan fisik
Inspeksi : oedema, yang tidak hilang dalam kurun waktu 24 jam.
Palpasi : untuk mengetahui TFU, letak janin, lokasi oedema dengan menekan bagian tertentu dari tubuh.
Auskultasi : mendengarkan DJJ untuk mengetahui adanya fetal distress, kelainan jantung, dan paru pada ibu.
Perkusi: untuk mengetahui reflek patela sebagai syarat pemberian Mg SO4.
3.      Pemeriksaan diagnostic
Pemeriksaan Diagnostik :                         Hasil :
1. Darah lengkap                           Nilai Hb↓,SDM ↓,SDP ↓,Albumin ↓,
                                                                        Hematokrit ↓,Trobosit ↓.
2. Serum elektrolit                         Nilai kalium↑,kalsium ↓.
( Suyono, 2002).
Sumber lain mengatakan Tanda vital yang diukur dalam posisi terbaring atau tidur, diukur 2 kali dengan interval 6 jam.
Laboratorium : protein uri dengan kateter atau midstream ( biasanya meningkat hingga 0,3 gr/lt atau +1 hingga +2 pada skala kualitatif ), kadar hematokrit menurun, BJ urine meningkat, serum kreatini meningkat, uric acid biasanya > 7 mg/100 ml
Berat badan : peningkatannya lebih dari 1 kg/minggu
Tingkat kesadaran ; penurunan GCS sebagai tanda adanya kelainan pada otak
USG ; untuk mengetahui keadaan janin
NST : untuk mengetahui kesejahteraan janin ( Surjadi, 1999)
4.      Diagnosis banding
Hipertensi kronik
Jika tekanan darah sebelum kehamilan 20 minggu tidak diketahui, akan sulit untuk membedakan  antara preeklampsia dan  hipertensi kronik, dalam hal  demikian, tangani sebagai hipertensi karena kehamilan.
Proteinuria
Sekret vagina atau cairan amnion dapat mengkontaminasi  urin, sehingga terdapat proteinuria .Kateterisasi tidak dianjurkan karena dapat mengakibatkan infeksi Infeksi kandung kemih,  anemia berat, payah jantung dan partus lama juga dapat menyebabkan proteinuria.Darah dalam urin, kontaminasi darah vagina dapat menghasilkan proteinuria positif palsu
Kejang dan koma
 Eklampsia  harus didiagnosa banding dengan  epilepsi, malaria serebral, trauma kepala, penyakit  serebrovaskuler, intoksikasi (alkohol, obat, racun), kelainan metabolisme  (asidosis), meningitis, ensefalitis, ensefalopati,  intoksikasi air, histeria dan lain-lain.
  1. Analisa Data
Setelah pengumpulan data langka berikutnya adalah menganalisa data dengan mengelompokan data subyektif dan obyektif, etiologi, dan kemudian masalah keperawatannya.
  1. Diagnosa keperawatan
a.       Resiko terjadi syok hipovolemik b.d tdk adekuatnya system sirkulasi (akut) se kunder terhadap perdarahan & kekurangan cairan.
b.      Resiko terjadi gangguan keseimbangan cairan /elektrolit b.d perdarahan (ekstra seluler/intraseluler)atau muntah yg hebat.
c.       Resiko tdk efektifnya pola napas b.d penurunan suplay O2 didalam darah
d.      Gangguan rasa nyaman (Nyeri) b.d diskontinuitas jaringan.
e.       Resiko terjadi infeksi b.d diskontinuitas jaringan/luka operasi
f.       Resiko pemenuhan Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake yang tidak adekuat
g.      Kurang pengetahuan b.d perawatan & pengobatan post operasi ( Capernitto, 2001).

  1. Intervensi Keperawatan
Diagnose 1 : nyeri akut
Tujuan dan criteria hasil (NOC)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam 1-3 kali 24 jam nyeri pasien dapat berkurang dengan criteria hasil sebagai berikut :Keluhan nyeri berkurang,Skala berkurang (0-2),Pasien tanpak rileks
Intervensi keperawatan dan rasional (NIC)
a.    Pengkajian
1.   Lakukan pengkajian nyeri yang komperhensip meliputi lokasi, karakteristik, awitan dan durasi, frekuensi, kualitas, intensitas atau keparahan nyeri dan factor presipitasinya.
Rasional : memberikan informasi untuk membantu memudahkan tindakan keperawatan.
2.   Observasi isyarat nonverbal ketidaknyamanan, khususnya pada pasien yang tidak mampu berkomunikasi efektif.
Rasional : mengetahui tingkat nyeri pasien dari ekspresi pasien.
b.   Penyuluhan pada pasien/keluarga
Ajarkan penggunaan teknik nonfarmakologi (misalnya : teknik relaksasi dan distraksi, terapi music, kompres hangat atau dingin, masase dan tindakan pereda nyeri lainnya.
Rasional : membantu mengurangi nyeri dan meningkatkan kenyamanan klien.
c.    Kolaboratif
1.   Kelola nyeri pasca bedah awal dengan pemberian opiat yang terjadwal (misalnya : setiap 4 jam selama 36 jam) atau PCA. Rasional : mengurangi nyeri.
2.   Gunakan tindakan pengendalian nyeri sebelum nyeri menjadi lebih berat. Rasional : penanganan dini pada nyeri yang dirasa pasien.
3.   Laporkan kepada dokter jika tindakan tidak berhasil atau jika keluhan saat ini merupakan perubahan yang bermakna dari pengalaman nyeri pasien di masa lalu.
Rasional : menentukan tindakan penanganan nyeri lebih lanjut.
d.   Mandiri
1.   Kendalikan faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi respon pasien terhadap ketidaknyamanan.
Rasional : lingkungan yang panas, gaduh dan sebagainya dapat mempengaruhi keadaan pasien yang dapat berdampak pada rasa nyeri.
2.   Pastikan pemberian analgesia terapi atau strategi nonfarmakologi sebelum melakukan prosedur yang menimbulkan nyeri.
Rasional : mencegah bertambahnya rasa nyeri yang dirasakan pasien.


Diagnose 2 : Risiko infeksi
Tujuan dan criteria hasil (NOC)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1-5 hari infeksi tidak terjadi dengan kriteria hasil sebagai berikut :
a.    Luka kering dan membaik
b.   Tanda-tanda infeksi (-)
Intervensi keperawatan dan rasional (NIC)
a.    Pengkajian
1.      Pantau tanda gan gejala infeksi (misalnya : suhu tubuh, denyut jantung, penanpilan luka, suhu tubuh,lesi kulit, keletihan dan malaise).
Rasional : suhu yang meningkat, dapat menunjukkan terjadinya infeksi (color).
2.      Kaji faktor yang dapat meningkatkan reaksi terhadap infeksi (usia dan nutrisi).
Rasional : usia pasien dan kurangnya nutrisi dapat mempengaruhi terjadinya infeksi.
3.      Pantau hasil lab.
Rasional : risiko infeksi pasca melahirkan dan penyembuhan buruk meningkat bila kadar hemoglobin rendah dan kehilangan darah berlebihan.
4.      Amati penampilan praktik hygiene personal untuk melindungi terhadap infeksi.
Rasional :mencegah kontaminasi silang/penyebaran organisme infeksius.
b.   Penyuluhan untuk pasien/keluarga
1.      Instruksikan untuk menjaga hygiene untuk melindungi tubuh terhadap infeksi.
Rasional :mencegah kontaminasi silang/penyebaran organisme infeksius.
2.      Ajarkan pasien teknik mencuci tanagan yang benar.
Rasional : mencuci tangan merupakan cara terbaik untuk mencegah kontaminasi silang/penyebaran organisme infeksius.
c.    Kolaborasi
Berikan terapi antibiotic, jika perlu. Rasional : mencegah terjadinya proses infeksi.
d.   Mandiri
1.      Lindungi pasien terhadap kontaminasi silang.
Rasional : mencegah terjadinya proses infeksi.
2.      Bersihkan lingkungan dengan benar.
Rasional :mencegah kontaminasi silang/penyebaran organisme infeksius.
3.      Batasi pengunjung, jika perlu.
Rasional : pengunjung yang datang dapat membawa organisme infeksius karena telah terpapar dengan lingkungan luar.























Daftar Pustaka

Anonim. 2007. Preeclampsia,   Available from:htttp://www.mayoclinic.com/health/preeclamsia/DS00583/DSECTION=4. Diakses 30 September 2013.
Budisantoso. 2006. Panduan Diagnosis Keperawatan Nanda 2005-2006. Primamedika, Jakarta
Carpenito,Lynda Juall, 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8.EGC, Jakarta.
Johnson. 1997. Nursing Outcome Classification. Mosby, USA
MCcloskey. 1996. Nursing Intervention Classification. Mosby, USA.
Mochtar, R..1998. Toksemia Gravidarum dalam: Sinopsis Obstetri Jilid I edisi II. EGC: Jakarta
Rachimhadhi,   T..   2005.  Preklamsia   dan   Eklamsia,   dalam:   buku   Ilmu   Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo, Jakarta.
Suyono. Y.J., 2002. Dasar-Dasar Obstetri & Ginekologi. Edisi 6. Hipokrates, Jakarta.
Wahdi.  Dkk,  2000.  Kematian Maternal  Di  RSUP Dr.  Kariadi  Semarang Tahun 1996-1998. Semarang: Majalah Obstetri Dan Ginekologi Indonesia.

No comments:

Post a Comment