TONSILEKTOMI
1
Definisi
Tonsilektomi adalah suatu tindakan
invasif yang dilakukan untuk mengambil tonsil dengan atau tanpa adenoid (Adam
Boeis, 1994: 337).
2
Tujuan
2.1 Tujuan Umum
Menjelaskan tentang konsep dan asuhan keperawatan yang harus diberikan
kepada klien dengan Tonsilitis
2.2 Tujuan Khusus
2.2.1
Mahasiswa
mampu memahami definisi dari Tonsilektomi
2.2.2
Mahasiswa
mampu memahami tujuan dari Tonsilektomi
2.2.3
Mahasiswa
mampu memahami indikasi dan kontraindikasi dari Tonsilektomi
2.2.4
Mahasiswa
mampu memahami penatalaksanaan dari Tonsilektomi
2.2.5
Mahasiswa
mampu memahami patofisiologi dari Tonsilektomi
2.2.6
Mahasiswa
mampu memahami asuhan keperawatan dari Tonsilitis meliputi :
-
Pengkajian
- Diagnosa keperawatan
- Perencananaan Intervensi Keperawatan
3
Indikasi dan Kontra Indikasi
3.1 Indikasi
3.1.1 Indikasi absolut
-
Timbulnya kor pulmonale akibat adanya obstruksi
jalan nafas yang kronis.
-
Hipertrofi tonsil atau adenoid dengan sindroma
apnea pada waktu tidur.
-
Hipertrofi yang berlebihan yang mengakibatkan
disfagia dan penurunan berat badan sebagai penyertanya.
-
Biopsi eksisi yang di curigai sebagai keganasan
(limfoma).
-
Abses peritonsilaris berulang atau abses yang
meluas pada jaringan sekitarnya.
3.1.1
Indikasi relatif
Seluruh indikasi lain untuk tindakan
tonsilektomi di anggap sebagai indikasi relatif.
3.1.2
Indikasi lain yang paling dapat di terima adalah
-
Serangan tonsilitis yang berulang.
-
Hiperplasia tonsil dengan gangguan fungsional
(disfagia).
-
Hiperplasia dan obstruksi yang menetap selama 6
bulan.
-
Tidak memberikan respons terhadap penatalaksanaan
dan terapi.
3.2
Kontraindikasi
-
Demam yang tidak di ketahui penyebabnya.
-
Asma.
-
Infeksi sistemik atau kronis.
-
Sinusitis
4
Penatalaksanaan/Jenis-Jenis Tindakan
4.1
Cara
Guillotine
Diperkenalkan pertama kali oleh Philip Physick (1828) dari Philadelphia,
sedangkan cara yang masih digunakan sampai sekarang adalah modifikasi Sluder.
Di negara-negara maju cara ini sudah jarang digunakan dan di Indonesia cara ini
hanya digunakan pada anak-anak dalam anestesi umum. Tekniknya adalah sbb :
4.1.1
Posisi
pasien telentang dalam anestesi umum. Operator di sisi kanan berhadapan dengan
pasien.
4.1.2
Setelah
relaksasi sempurna otot faring dan mulut, mulut difiksasi dengan pembuka mulut.
Lidah ditekan dengan spatula.
4.1.3
Untuk
tonsil kanan, alat guillotine dimasukkan ke dalam mulut melalui sudut kiri.
4.1.4
Ujung
alat diletakkan diantara tonsil dan pilar posterior, kemudian kutub bawah
tonsil dimasukkan ke dalam Iubang guillotine. Dengan jari telunjuk tangan kiri
pilar anterior ditekan sehingga seluruh jaringan tonsil masuk ke dalam Iubang
guillotine.
4.1.5
Picu
alat ditekan, pisau akan menutup lubang hingga tonsil terjepit.
4.1.6
Setelah
diyakini seluruh tonsil masuk dan terjepit dalam lubang guillotine, dengan
bantuan jari, tonsil dilepaskan dari jaringan sekitarnya dan diangkat keluar.
Perdarahan dirawat.
4.2 Cara diseksi
Cara ini diperkenalkan pertama kali oleh Waugh (1909). Cara ini
digunakan pada pembedahan tonsil orang dewasa, baik dalam anestesi umum maupun
lokal. Tehniknya adalah sbb :
4.2.1
Bila
menggunakan anestesi umum, posisi pasien terlentang dengan kepala sedikit
ekstensi. Posisi operator di proksimal pasien.
4.2.2
Dipasang
alat pembuka mulut Boyle-Davis gag.
4.2.3
Tonsil
dijepit dengan cunam tonsil dan ditarik ke medial
4.2.4
Dengan
menggunakan respatorium/enukleator tonsil, tonsil dilepaskan dari fosanya
secara tumpul sampai kutub bawah dan selanjutnya dengan menggunakan jerat
tonsil, tonsil diangkat. Perdarahan dirawat.
4.3 Cryogenic tonsillectomy
Tindakan pembedahan tonsil dapat menggunakan cara cryosurgery yaitu
proses pendinginan jaringan tubuh sehingga terjadi nekrosis. Bahan pendingin
yang dipakai adalah freon dan cairan nitrogen.
4.4 Teknik elektrokauter
Teknik ini memakai metode membakar seluruh jaringan tonsil disertai
kauterisasi untuk mengontrol perdarahan. Pada bedah listrik transfer energi
berupa radiasi elektromagnetik untuk menghasilkan efek pada jaringan. Frekuensi
radio yang digunakan dalam spektrum elektromagnetik berkisar pada 0,1 hingga 4
Mhz. Penggunaan gelombang pada frekuensi ini mencegah terjadinya gangguan
konduksi saraf atau jantung.
4.5 Radiofrekuensi
Pada teknik ini radiofrekuensi elektrode disisipkan langsung kejaringan.
Densitas baru disekitar ujung elektrode cukup tinggi untuk membuka kerusakan
bagian jaringan melalui pembentukan panas. Selama periode 4-6 minggu, daerah
jaringan yang rusak mengecil dan total volume jaringan berkurang.
4.6 Skapel harmonic
Skapel harmonik menggunakan teknologi ultrasonik untuk memotong dan
mengkoagulasi jaringan dengan kerusakan jaringan minimal.
4.7 Teknik Coblation
Coblation atau cold ablation merupakan suatu modalitas yang unuk karena
dapat memanfaatkan plasma atau molekul sodium yang terionisasi untuk mengikis
jaringan. Mekanisme kerja dari coblation ini adalah menggunakan energi dari
radiofrekuensi bipolar untuk mengubah sodium sebagai media perantara yang akan
membentuk kelompok plasma dan terkumpul disekitar elektroda. Kelompok plasma
tersebutakan mengandung suatu partikel yang terionisasi dan kandungan plasma
dengan partikel yang terionisasi yang akan memecah ikatan molekul jaringan
tonsil. Selain memecah ikatan molekuler pada jaringan juga menyebabkan
disintegrasi molekul pada suhu rendah yaitu 40-70%, sehingga dapat meminimalkan
kerusakan jaringan sekitar.
4.8 Intracapsular partial tonsillectomy
Intracapsular tonsilektomi merupakan tensilektomi parsial yang dilakukan
dengan menggunakan microdebrider endoskopi. Microdebrider endoskopi bukan
merupakan peralatan ideal untuk tindakan tonsilektomi, namun tidak ada alat
lain yang dapat menyamai ketepatan dan ketelitian alat ini dalam membersihkan
jaringan tonsil tanpa melukai kapsulnya.
4.9 Laser (CO2-KTP)
Laser tonsil ablation (LTA) menggunakan CO2 atau KTP (Potassium Titanyl
Phosphat) untuk menguapkan dan mengangkat jaringan tonsil. Tehnik ini
mengurangi volume tonsil dan menghilangkan recesses pada tonsil yang menyebabkan
infeksi kronik dan rekuren.
5
Pemeriksaan Penunjang
1.
Pemeriksaan darah tepi: Hb, Ht, leukosit, hitung
jenis, trombosit
2.
Pemeriksaan hemostasis: BT/CT, PT/APTT
6
Pathway
Post Op
|
TONSILEKTOMI
|
Pre Op
|
Kurang pengetahuan
|
Koping individu tidak efektif
|
Penurunan otot-otot pernafasan
|
Risiko perdarahan
|
Penurunan refleksi batuk
|
Syok hipovolemik
|
Akumulasi sekret
|
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
|
suplai O2
|
Penurunan HB
|
Pembiusan
|
Pembedahan
|
Gelisah, khawatir,
takut, dll
|
Kurang terpapar
informasi
|
Kesadaran diturunkan
|
Terputusnya kontinuitas jaringan
syaraf
|
Insisi
|
Ansietas
ansietas
|
Perdarahan tidak terkontrol
|
Intra Op
|
Akumulasi sekret
|
Ketidakefektifan
bersihan jalan nafas
|
Risiko infeksi
|
sianosis
|
Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer
|
Sumber:
7
Gambar
Gambar 7.1 Kiri
tonsil yang normal dan kanan adanya peradangan pada tonsil
Sumber : http://www.newhealthadvisor.com/Medicine-for-Tonsillitis.html
Sumber : http://www.newhealthadvisor.com/Medicine-for-Tonsillitis.html
Gambar
7.2 Teknik Guilottine dengan menggunakan pisau
Sumber:
halosehat.com
Gambar
7.3 Teknik Diseksi dengan dipotong
Sumber: Operasiamandel.com
Sumber: Operasiamandel.com
8
DIAGNOSA
KEPERAWATAN, INTERVENSI DAN RASIONAL
1.
Pre
operasi
8.1
Ansietas
b.d koping individu tidak efektif
Intervensi keperawatan dan rasional: berdasarkan NIC
- Penurunan ansietas
R: meminimalkan kekhawatiran, ketakutan, prasangka, atau perasaan tidak
tenang yang b.d sumber bahaya yang diantisipasi dan tidak jelas.
- Peningkatan koping
R: membantu pasien untuk beradaptasi dengan persepsi stressor, perubahan
atau ancaman yang menghambat pemenuhan tuntutan dan peran hidup.
- Dukungan emosi
R: memberikan penenangan, penerimaan dan bantuan/dukungan selama masa
stress.
2.
Intra
Operasi
8.2
Gangguan
perfusi jaringan b.d penurunan konsentrasi Hb dalam darah
Intervensi keperawatan dan rasional: berdasarkan NIC
- Monitor tanda dan gejala penurunan perfusi
jaringan
R: Klien dipantau terhadap tanda dan gejala yang menandakan menurunnya
perfusi jaringan, yaitu: penurunan tekanan darah: saturasi O2 yang tidak adekuat:
pernafasan cepat atau sulit: peningkatan frekuensi nadi >100x/m: gelisah:
respon melambat: kulit dingin; kusam dan sianosis; denyut perifer tak teraba;
salah satu tanda dan gejala ini harus dilaporkan
- Beri intervensi sesuai dengan penyebab
penurunan perfusi perifer
R: Tindakan
dilakuan untuk mempertahankan perfusi jaringan yang adekuat, tergantung pada
penyebab tidak adekuatnya perfusi jaringan. Tindakan yang dilakukan dapat mencakup
penggantian cairan, terapi komponen darah dan memperbaiki fungsi jantung
- Lakukan percepatan mobilisasi aktvitas
R: Aktivitas
seperti latihan tungkai diakukan untuk menstimulasi sirkulasi dan klien
didorong untuk berbalik dan mengubah posisi dengan perlahan dan untuk
menghindari posisi yang mengganggu arus balik vena.
8.3 Resiko infeksi b.d pembedahan, prosedur invasif dan trauma jaringan
Intervensi
keperawatan dan rasional: berdasarkan NIC
Infection control management:
-
Kendalikan prosedur masuk kamar operasi untuk
pasien maupun petugas
R: Prosedur dikamar operasi
adalah steril
- Batasi
jumlah personil di kamar operasi
R: Mencegah infeksi silang
- Kendalikan
sterilitas ruangan dan peralatan yang dipakai
R: Menjaga kestrerilan dalam tindakan dan peralatan bedah
- Lakukan c uci tangan bedah,
pemakaian jas operasi, pemakaian sarung tangan dan duk operasi sesuai prosedur
R: Prinsip steril mencegah terjadinya infeksi post operasi
- Terapkan
prosedur septik aseptik
R: Membunuh/mengurangi kuman penyakit sehingga tidak
terjadi infeksi
- Lakukan
penutupan luka sesuai prosedur
R: Menutup luka agar tetap bersih
- Kolaborasi
pemberian antibiotik
R: Membunuh kuman penyakit didalam tubuh.
3.
Post
Operasi
a. Ketidakefektifan bersihan jalan b.d obstruksi jalan nafas: sekret pada
bronki
Intervensi keperawatan dan rasional: berdasarkan NIC
- Manajemen jalan napas
R: memfasilitasi kepatenan jalan udara
- Pengisapan jalan nafas
R: mengeluarkan sekret dari jalan nafas dan memasukkan sebuah kateter
pengisap kedalam jalan nafas oral atau trakea
- Kewaspadaan aspirasi
R: mencegah atau meminimalkan faktor resiko pada pasien yang beresiko
mengalami aspirasi
- Manajemen asma
R: mengidentifikasi, menangani, dan mencegah reaksi inflamasi/
konstriksi di dalam jalan nafas
- Peningkatan batuk
R: meningkatkan inhalasi dalam pada pasien yang memiliki riwayat
keturunan mengalami tekanan intra toraksik dan kompresi parenkim paru yang
mendasari untuk pengerahan tenaga dalam menghembuskan udara
DAFTAR PUSTAKA
Wanri, A. (2007). http://dokterharry.com/2007/09/05/tonsilektomi-tonsillectomy/ diakases
pada tanggal 4 Maret 2017
Drake A. Tonsillectomy.
avaible from: http://www. emedicine. com/ent/topic315. htm/emed tonsilektomi.
No comments:
Post a Comment