Sunday, May 19, 2019

Laporan Pendahuluan Syok Hipovolemik


            LAPORAN PENDAHULUAN
            SYOK HIPOVOLEMIK

I.       Konsep Penyakit
A.    Definisi
Syok hipovolemik merupakan kondisi ketidakmampuan jantung memasok darah yang cukup ke seluruh tubuh akibat volume darah yang kurang.Kurangnya pasokan darah ini umumnya dipicu oleh pendarahan yang terbagi menjadi dua, yaitu pendarahan luar (akibat cedera atau luka benda tajam) dan pendarahan dalam (akibat infeksi pada saluran pencernaan).
Darah mengandung oksigen dan zat penting lainnya yang dibutuhkan oleh organ dan jaringan tubuh agar bisa berfungsi dengan baik. Bila pendarahan hebat terjadi, otomatis pasokan darah yang dipompa oleh jantung akan berkurang secara drastis dan organ tidak mendapat pergantian zat-zat yang dibutuhkan tadi secara cepat. Keadaan inilah yang disebut syok hipovolemik dengan gejala utama berupa penurunan tekanan darah dan suhu tubuh.Kondisi ini berpotensi menyebabkan kematian apabila tidak ditangani secara tepat dan cepat.
Syok hipovolemik disebut juga syok preload yang ditamdai dengan menurunnya volume intravaskuler oleh karena perdarahan. Syok hipovolemik juga bisa terjadi karena kehilangan cairan tubuh yang lain. Menurunnya volume intravaskuler menyebabkan penurunan volume intraventrikel kiri pada akhir distol yang akibatnya juga menyebabkan menurunnya curah jantung (cardiac output).Keadaan ini juga menyebabkan terjadinya mekanisme kompensasi dari pembuluh darah dimana terjadi vasokonstriksi oleh katekolamin sehingga perfusi makin memburuk.Pada luka bakar yang luas, terjadi kehilangan cairan melalui permukaan kulit yang hangus atau di dalam lepuh.Muntah hebat atau diare juga dapat mengakibatkan kehilangan cairan intravaskuler.Pada obstruksi, ileus dapat terkumpul beberapa liter cairan di dalam usus.Pada diabetes atau penggunaan diuretic kuat dapat terjadi kehilangan cairan karena dieresis yang berlebihan.Kehilangan cairan juga dapat ditemukan pada sepsis berat, pancreatitis akut, atau peritonitis purulenta difus. Pada syok hipovolemik, jantung akan tetap sehat dan kuat, kecuali jika miokard sudah mengalami hipoksia karena perfusi yang sangat berkurang. Respon tubuh terhadap perdarahan tergantung pada volume, kecepatan dan lama perdarahan. Bila volume intravaskuler berkurang, tubuh akan selalu berusaha mempertahankan perfusi organ-organ vital (jantung dan otak) dengan mengorbankan perfusi organ yang lain seperti ginjal, hati dan kulit akan terjadi perubahan-perubahan hormonal melalui system rennin-angiotensin-aldosteron, system ADH, dan system saraf simpatis. Cairan interstitial akan masuk ke dalam pembuluh darah untuk mengembalikan volume intravascular, dengan akibat terjadi hemodilusi (dilusi plasma protein dan hematokrit) dan dehidrasi interstitial. Dengan demikian tujuan utama dalam mengatasi syok perdarahan adalah menormalkan kembali volume intravascular dan interstitial.Bila deficit volume intravascular hanya dikoreksi dengan memberikan darah maka masih tetap terjadi deficit interstistial, dengan akibatnya tanda-tanda vital yang masih belum stabil dan produksi urin yang berkurang.Pengambilan volume plasma dan interstitial ini hanya mungkin bila diberikan kombinasi cairan koloid (darah, plasma, dextran, dan sebagainya) dan cairan garam seimbang.

B.     Etiologi
1.      Kehilangan darah
a.    Dapat akibat eksternal seperti melalui luka terbuka
b.   Perdarahan internal dapat menyebabkan syok hipovolemik jika perdarahan ini didalam thoraks, abdomen, retroperitoneal atau tungkai atas
c.    Kehilangan Plasma merupakan akibat yang umum dari luka bakar, cidera berat atau inflamsi peritoneal
d.   Kehilangan cairan dapat disebabkan oleh hilangnya cairan secara berlebihan melalui jalur gastrointestinal, urinarius, atau kehilangan lainnya tanpa adanya penggantian yang adekuat.

C.     Tanda dan gejala
Gejala utama syok hipovolemik adalah penurunan tekanan darah dan suhu tubuh secara drastis. Selain itu ada beberapa gejala lainnya yang menyertai kondisi ini, di antaranya:
1.    Kulit tampak pucat.
2.     Badan lemas.
3.     Keluar keringat secara berlebihan.
4.     Tampak bingung dan gelisah.
5.     Nyeri dada.
6.     Pusing.
7.     Napas dangkal dengan deru cepat.
8.     Denyut nadi lemah.
9.     Jantung berdetak cepat.
10. Bibir dan kuku tampak biru.
11. Output urine turun atau tidak ada sama sekali.
12. Hilang kesadaran.

D.       Patofisiologi
Menurut patofisiologinya, syok terbagi atas 3 fase yaitu :
1.      Fase Kompensasi
Penurunan curah jantung (cardiac output) terjadi sedemikian rupa sehingga timbul gangguan perfusi jaringan tapi belum cukup untuk menimbulkan gangguan seluler.Mekanisme kompensasi dilakukan melalui vasokonstriksi untuk menaikkan aliran darah ke jantung, otak dan otot skelet dan penurunan aliran darah ke tempat yang kurang vital.Faktor humoral dilepaskan untuk menimbulkan vasokonstriksi dan menaikkan volume darah dengan konservasi air. Ventilasi meningkat untuk mengatasi adanya penurunan kadar oksigen di daerah arteri. Jadi pada fase kompensasi ini terjadi peningkatan detak dan kontraktilitas otot jantung untuk menaikkan curah jantung dan peningkatan respirasi untuk memperbaiki ventilasi alveolar. Walau aliran darah ke ginjal menurun, tetapi karena ginjal mempunyai cara regulasi sendiri untuk mempertahankan filtrasi glomeruler. Akan tetapi jika tekanan darah menurun, maka filtrasi glomeruler juga menurun.



2.      Fase Progresif
Terjadi jika tekanan darah arteri tidak lagi mampu mengkompensasi kebutuhan tubuh.Faktor utama yang berperan adalah jantung.Curah jantung tidak lagi mencukupi sehingga terjadi gangguan seluler di seluruh tubuh. Pada saat tekanan darah arteri menurun, aliran darah menurun, hipoksia jaringan bertambah nyata, gangguan seluler, metabolisme terganggu, produk metabolisme menumpuk, dan akhirnya terjadi kematian sel. Dinding pembuluh darah menjadi lemah, tak mampu berkonstriksi sehingga terjadi bendungan vena, vena balik (venous return) menurun. Relaksasi sfinkter prekapiler diikuti dengan aliran darah ke jaringan tetapi tidak dapat kembali ke jantung. Peristiwa ini dapat menyebabkan trombosis kecil-kecil sehingga dapat terjadi koagulopati intravasa yang luas (DIC = Disseminated Intravascular Coagulation). Menurunnya aliran darah ke otak menyebabkan kerusakan pusat vasomotor dan respirasi di otak.Keadaan ini menambah hipoksia jaringan.Hipoksia dan anoksia menyebabkan terlepasnya toksin dan bahan lainnya dari jaringan (histamin dan bradikinin) yang ikut memperjelek syok (vasodilatasi dan memperlemah fungsi jantung).Iskemia dan anoksia usus menimbulkan penurunan integritas mukosa usus, pelepasan toksin dan invasi bakteri usus ke sirkulasi.Invasi bakteri dan penurunan fungsi detoksikasi hepar memperjelek keadaan.Dapat timbul sepsis, DIC bertambah nyata, integritas sistim retikuloendotelial rusak, integritas mikro sirkulasi juga rusak.Hipoksia jaringan juga menyebabkan perubahan metabolisme dari aerobik menjadi anaerobik.Akibatnya terjadi asidosis metabolik, terjadi peningkatan asam laktat ekstraseluler dan timbunan asam karbonat di jaringan.

3.      Fase Irevesibel
Karena kerusakan seluler dan sirkulasi sedemikian luas sehingga tidak dapat diperbaiki.Kekurangan oksigen mempercepat timbulnya ireversibilitas syok.Gagal sistem kardiorespirasi, jantung tidak mampu lagi memompa darah yang cukup, paru menjadi kaku, timbul edema interstisial, daya respirasi menurun, dan akhirnya anoksia dan hiperkapnea.

E.        Pemeriksaan Penunjang
Beberapa pemeriksaan khusus bisa dilakukan dokter untuk membantu menegakkan diagnosis dan menilai kondisi pasien. Beberapa pemeriksaan tersebut di antaranya:
1.    Pemeriksaan darah lengkap.
2.    Pemeriksaan fungsi dan struktur jantung dengan menggunakan        gelombang suara             (ekokardiogram).
3.    Pemindaian (X-ray, USG, dan CT scan).
4.    Pemeriksaan saluran pencernaan dengan endoskopi atau kolonoskopi.
5.    Pemeriksaan sejumlah zat kimia pada darah untuk menilai fungsi ginjal       dan      menilai apakah ada kerusakan pada otot jantung.

F.         Komplikasi
1.      Gagal jantung Gagal ginjal
2.      Kerusakan jaringan ARDS (Acute Respiratory Disstres Syndrom)
3.      Kerusakan otak irreversible
4.      Dehidrasi kronis
5.      Multiple organ failure DIC (Disseminated Intravascular Coagulation)

G.       Penatalaksanaan
Pastikan jalan nafas pasien dan nafas dan sirkulasi dipertahankan. Beri bantuan ventilator tambahan sesuai kebutuhan. Perbaiki volume darah sirkulasi dengan penggantian cairan dan darah cepat sesuai ketentuan untuk mengoptimalkan preload jantung, memperbaiki hipotensi, dan mempertahankan perfusi jaringan.
1.   Kateter tekan vena sentra dimasukkan dalam atau didekat atrium kanan untuk bertindak sebagai petunjuk penggantian cairan. Pembacaan tekanan vena sentral kontinu (CVP) memberi petunjuk dan derajat perubahan dari pembacaan data dasar; kateter juga sebagai alat untuk penggantian volume cairan darurat.
2.   Jarum atau kateter IV diameter besar dimasukkan kedalam vena perifer. Dua atau lebih kateter mungkin perlu untuk penggantikan cairan cepat dan pengembalian ketidakstabilan hemodinamik; penekanan pada penggantian volume.
3.   Buat jalur IV diameter besar dimasukkan ke vena periver. Dua tau lebih kateter mungkin perlu untuk penggantian cairan cepat dan pengembalian ketidakstabilan hemodinamik; penekanan pada penggantian volume.
4.   Ambil darah untuk spesimen; garis darah arteri, pemeriksaan kimia, golongan darah dan pencocokan silang, dan hemtokrit.
5.   Mulai infus IV dengan cepat sampai CVP meningkat pada tingkat pada tingkat yang memuaskan diatas pengukuran dasar atau sampai terdapat perbaikan pada kondisi klinis pasien.
6.   Infus larutan Ringer Laktat digunakan pada awal penangana karena cairan ini mendekati komposisi elektrolit plasma, begitu juga dengan osmolalitasnya, sediakan waktu untuk pemeriksaan golongan darah dan pencocokkan silang, perbaiki sirkulasi, dan bertindak sebagai tambahan terapi komponen darah.
7.   Mulai tranfusi terapi komponen darah sesuai program, khususnya saat kehilangan darah telah parah atau pasien terus mengalami hemoragi.
8.   Kontrol hemoragi; hemoragi menyertai status syok. Lakukan pemeriksaan hematokrit sering bila dicurigai berlanjutnya perdarahan
9.   Pertahankan tekanan darah sistolik pada tingkat yang memuaskan dengan memberi cairan dan darah sesuai ketentuan.
10.  Pasang kateter urine tidak menetap: catat haluaran urine setiap 15-30
      menit, volume urine menunjukkan keadekuatan perfusi ginjal.
11.  Lakukan pemeriksaan fisik cepat untuk menentukan penyebab syok.
12.  Pertahankan surveilens keperawatan terus menerus terhadap pasien total-tekanan darah, denyut jantung, pernafasan, suhu kulit, warna, CVP, EKG, hematokrit, Hb, gambaran koagulasi, elektrolit, haluaran urine-untuk mengkaji respon pasien terhadap tindakan. Pertahankan lembar alur tentang parameter ini; analisis kecenderungan menyatakan perbaikan atau pentimpangan pasien
13.  Tinggikan kaki sedikit untuk memperbaiki sirkulasi serebral lebih baik dan mendorong aliran darah vena kembali kejantung (posisi ini kontraindikasi pada pasien dengan cidera kepala). Hindarkan gejala yang tidak perlu.
14.  Berikan obat khusus yang telah diresepkan (misalnya inotropik seperti dopamen) untuk meningkatkan kerja kardiovaskuler.
15.  Dukung mekanisme devensif tubuh

II.    Rencana Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
Pengkajian emergency nursing, secara umum terdiri dari : primary survey, sekundery survey, dan tersier survey. Primery survey meliputi: airway, breathing, circulation, disability, dan exposure. Sekundery survey meliputi pengkajian fisik.Sedangkan tersier survey dilakukan selain pengkajian primery dan sekundery survey, semisal riwayat penyakit keluarga.
1. Primari survey
Pemeriksaaan jasmaninya diarahkan kepada diagnosis cidera yang mengancam nyawa dan meliputi penilaian dari A,B,C,D,E. Mencatat tanda vital awal (baseline recordings) penting untuk memantau respon penderita terhadap terapi. Yang harus diperiksa adalah tanda-tanda vital, produksi urin dan tingkat kesadaran. Pemeriksaan penderita yang lebih rinci akan menyusul bila keadaan penderita mengijinkan. Metode pengkajian dalam primary survey ini yaitu: cepat, ermat, dan tepat yang dilakukan dengan melihat (look), mendengar (listen), dan Merasakan (feel).
a)   Airway dan breathing
Prioritas pertama adalah menjamin airway yang paten dengan cukupnya pertukaran ventilasi dan oksigenasi.Diberikan tambahan oksigen untuk mempertahankan saturasi oksigen lebih dari 95%.
Airway (jalan napas):
Ada tiga hal utama dalam tahapan airway ini yaitu look, listen, dan feel. Look atau melihat yaitu perawat melihat ada tidaknya obstruksi jalan napas, berupa agitasi: (hipoksemia), penurunan kesadaran (hipercarbia), pergerakan dada dan perut pada saat bernapas (see saw-rocking respiration), kebiruan pada area kulit perifer pada kuku dan bibir (sianosis), adanya sumbatan di hidung, posisi leher, keadaan mulut untuk melihat ada tidaknya darah. Tahapan kedua yaitu listen atau mendengar, yang didengar yaitu bunyi napas. Ada dua jenis suara napas yaitu suara napas tambahan obstuksi parsial, antara lain: snoring, gurgling, crowing/stidor, dan suara parau(laring) dan yang kedua yaitu suara napas hilang berupa obstruksi total dan henti napas. Terakhir yaitu Feel, pada tahap ini perawat merasakan aliran udara yang keluar dari lubang hidung pasien.
Breathing (bernapas):
Pada tahap look (melihat), yang dilakukan yaitu: melihat apakah pasien bernapas, pengembangan dada apakah napasnya kuat atau tidak, keteraturannya, dan frekuensinya. Pada tahap listen( mendengar) yang didengar yaitu ada tidaknya vesikuler, dan suara tambahan napas. Tahap terakir yaitu feel, merasakan pengembangan dada saat bernapas, lakukan perkusi, dan pengkajian suara paru dan jantung dengan menggunakan stetoskop.

b)   Sirkulasi – kontrol perdarahan
Pengkajian circulation, yaitu hubungan fungsi jantung, peredaran darah untuk memastikan apakah jantung bekerja atau tidak. Pada tahap look atau melihat, yang dilakukan yaitu mengamati nadi saat diraba, berdenyut selama berapa kali per menitnya, ada tidaknya sianosis pada ekstremitas, ada tidaknya keringat dingin pada tubuh pasien, menghitung kapilery reptile, dan waktunya, ada tidaknya akral dingin. Pada tahap feel, yang dirasakan yaitu gerakan nadi saat dikaji (nadi radialis, brakialis, dan carotis),Lakukan RJP bila apek cordi tidak berdenyut. Pada tahapan lesson, yang didengar yaitu bunyi aliran darah pada saat dilakukan pengukuran tekanan darah.
Termasuk dalam prioritas adalah mengendalikan perdarahan yang jelas terlihat, memperoleh akses intra vena yang cukup, dan menilai perfusi jaringan.Perdarahan dari luka luar biasanya dapat dikendalikan dengan tekanan langsung pada tempat pendarahan.PASG (Pneumatick Anti Shock Garment) dapat digunakan untuk mengendalikan perdarahan dari patah tulang pelvis atau ekstremitas bawah, namun tidak boleh menganggu resusitasi cairan cepat.Cukupnya perfusi jaringan menentukan jumlah cairan resusitasi yang diperlukan.Mungkin diperlukan operasi untuk dapat mengendalikan perdarahan internal.

c)   Disability – pemeriksaan neurologi
Yang dikaji pada tahapan ini yaitu GCS (Glasgow Coma Scale), dan kedaan pupil dengan menggunakan penlight. Pupil normal yaitu isokor, mengecil: miosis, melebar: dilatasi.Dilakukan pemeriksaan neurologi singkat untuk menentukan tingkat kesadaran, pergerakan mata dan respon pupil, fungsi motorik dan sensorik. Informasi ini bermanfaat dalam menilai perfusi otak, mengikuti perkembangan kelainan neurologi dan meramalkan pemulihan.perubahan fungsi sistem saraf sentral tidak selalu disebabkan cidera intra kranial tetapi mungkin mencerminkan perfusi otak yang kurang.Pemulihan perfusi dan oksigenasi otak harus dicapai sebelum penemuan tersebut dapat dianggap berasal dari cidera intra kranial.

B.  Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul
Diagnosa 1 :
Penurunan curah jantung berhubungan dengan faktor mekanis (preload)
Definisi: Ketidakadekuatan darah yang dipompa oleh jantung untuk memenuhi                       kebutuhan metabolik tubuh.
Batasan karakteristik:
Perubahan Preload
Distensi vena jugular
Edema
Keletihan
Faktor yang berhubungan:
Perubahan afterload
Perubahan frekuensi jantung
Perubahan irama jantung
Perubahan kontraktilitas
Perubahan preload
Perubahan volume sekuncup


Diagnosa 2 :
Gangguan pertukaran gas b.d Ketidakseimbangan ventilasi-perfusi
Definisi : Kelebihan atau defisit oksigenasi dan/atau eliminasi karbondioksida pada membran alveolar-kapiler
Batasan Karakteristik :
Takikardi
Warna kulit abnormal
Faktor yang berhubungan:
Ketidakseimbangan ventilasi-perfusi
Perubahan membran alveolar-kapiler

C.  Perencanaan
Diagnosa 1 :
NOC 0400
Tujuan : Klien memperlihatkan peningkatan curah jantung dengan kriteria:
        Tanda-tanda vital dalam batas normal
Curah jantung dalam batas normal
Perbaikan mental



NIC
Intervensi :
1.   Pertahankan posisi terbaik untuk meningkatkan ventilasi optimal dengan meninggikan kepala tempat tidur 30–60 derajat
2.   Pertahankan tirah baring penuh (bedrest total)
3.   Pantau EKG secara kontinu
4.   Pertahankan cairan parenteral sesuai dengan program terapiPantau vital sign setiap jam dan laporkan bila ada perubahan yang drastic
5.   Berikan oksigen sesuai dengan terapi
6.   Berikan obat-obatan sesuai dengan terapi
7.   Pertahankan klien hangat dan kering
8.   Auskultasi bunyi jantung setiap 2 sampai 4 jam sekali
9.   Batasi dan rencanakan aktifitas; berikan waktu istirahat antar prosedur
10.     Hindari konstipasi, mengedan atau perangsangan rectal

Diagnosa  2
NOC 0402
Tujuan :Klien memperlihatkan peningkatan ventilasi dengan kriteria:
Klien bernapas tanpa kesulitan
Paru-paru bersih
Kadar PO2  dan PCO2  dalam batas normal

NIC
Intervensi :
1.   Kaji pola pernapasan, perhatikan frekwensi dan kedalaman pernapasan
2.   Auskultasi paru-paru setiap 1–2 jam sekali
3.   Monitor saturasi oksigen
4.   Berikan oksigen sesuai dengan kebutuhan klien
5.   Lakukan penghisapan bila ada indikasi
6.   Auskultasi suara napas setelah tindakan



Daftar  Pustaka

Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah. (Edisi 8, Vol.3). EGC, Jakarta.
Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC
Doenges, E, Marilynn, Mary Frances Moorhause, Alice C. Geissler. 2002. Rencana Asuhan Keperawatan. (Edisi 3). EGC, Jakarta

No comments:

Post a Comment