Sunday, May 19, 2019

Satuan Acara Penyuluhan Tentang Tubercolosis


SATUAN ACARA PENYULUHAN 
TBC


Pokok Pembahasan                 : Tuberculosis Paru (TBC)
Sub Pokok Pembahasan         : Pengertian TBC, Penyebab TBC, Tanda dan Gejala TBC, Proses Penularan TBC, dan Pencegahan TBC.
Sasaran                                    : Warga Anjir Seberang pasar II
Jam                                          : 16.00 Wita
Waktu                                     : 20 menit
Tanggal                                   : 23 November 2018
Tempat                                    :  Anjir Seberang Pasar II

A.           Tujuan Umum
Setelah diberikan penyuluhan 20 menit, diharapkan warga  mampu memahami dan mengerti tentang TBC
B.            Tujuan Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan selama 20 menit tentang TBC, diharapkan warga dapat:
1.      Menjelaskan tentang TBC
2.      Menyebutkan penyebab TBC
3.      Menyebutkan tanda dan gejala TBC
4.      Menjelaskan tentang cara penularan TBC.
5.      Menjelaskan tentang pencegahan TBC
C.           Materi Penyuluhan (Terlampir)
1.      Pengertian TBC
2.      Penyebab TBC
3.      Tanda dan gejala TBC
4.      Proses penularan TBC
5.      Pencegahan TBC

D.           Metode Penyuluhan
1.      Ceramah
2.      Tanya Jawab

E.          Media
1.   Leaflet

No
Tahap Kegiatan
Waktu
Kegiatan Penyuluhan
Sasaran
Media
1.
Pembukaan
5 menit
1.        Mengucapkan salam
2.        Memperkenalkan diri
3.        Menyampaikan tentang   tujuan pokok materi
4.        Meyampakaikan pokok pembahasan
5.        Kontrak waktu
Menjawab salam
Mendengarkan dan menyimak
Bertanya mengenai perkenalan dan tujuan jika ada yang kurang jelas
Kata-kata/ kalimat
2.
Pelaksanaan
10 menit
a.  Penyampaian Materi TBC.
1.     Menjelaskan tentang pengertian,
2.     Menjelaskan penyebab,
3.     Menjelaskan tanda dan gejala,
4.     Menjelaskan tentang proses penularan,
5.     Menjelaskan pencegahan TBC
6.     Tanya Jawab Memberikan kesempatan  pada peserta untuk bertanya
Mendengarkan dan menyimak
Bertanya mengenai hal-hal yang belum jelas dan dimengerti
Lembar balik
Leaflet



3.
Penutup
5 menit
a.    Melakukan evaluasi
b.    Menyampaikan kesimpulan materi
c.    serta Mengakhiri pertemuan dan menjawab salam
Sasaran dapat menjawab tentang pertanyaan yang diajukan
Mendengar
Memperhatikan
Menjawab salam
Kata-kata/ kalimat

F.            Evaluasi
Diharapkan Warga Desa Anjir Seberang Pasar II dapat :
1.             Menjelaskan tentang pengertian TBC
2.             Menjelaskan tentang penyebab TBC
3.             Menjelaskan  tanda dan gejala TBC
4.             Menjelaskan  tentang cara/proses penularan TBC
5.             Menjelaskan tentang pencegahan TBC


G.   Pengorganisasian
Moderator                         : Muhammad Lutfi Yunus, S.Kep.
Penyuluh                           : Yayuk Lestari, S.Kep.
Fasilitator                          : Wahyuni Mahrita, S.Kep.
                                            Yohanes Juantama, S.Kep.
                                             Arifani, S.Kep.
                                            Lisia Fransiska L. Djungan, S.Kep.
Observer                            :Yayoe Winiarty, S.Kep.
                                                  Wahyuni Mahrita, S.Kep.
                                                  Miya Heriani, S.Kep.
                                                  Aprilina, S.Kep.
Job Description
1)      Moderator
Uraian tugas :
1)  Membuka acara penyuluhan, memperkenalkan tim kepada peserta.
2)  Mengatur proses dan lama penyuluhan.
3)  Memotivasi peserta untuk bertanya.
4)  Memimpin jalannya diskusi dan evaluasi.
5)  Menutup acara penyuluhan.
2)      Penyaji
Uraian tugas :
1)      Menjelaskan materi penyuluhan dengan jelas dan dengan bahasa yang mudah dipahami oleh peserta.
2)      Memotivasi peserta untuk tetap aktif dan memperhatikan proses penyuluhan.
3)      Menjawab pertanyaan peserta.
3)      Fasilitator
Uraian tugas :
1)      Ikut bergabung dan duduk bersama di antara peserta.
2)      Mengevaluasi peserta tentang kejelasan materi penyuluhan.
3)      Memotivasi peserta untuk bertanya materi yang belum jelas.
4)      Menginterupsi penyuluh tentang istilah/hal-hal yang dirasa kurang jelas bagi peserta.
5)      Membagikan leaflet dan lembar evaluasi kepada peserta.
4)      Observer

Uraian tugas :
1)  Mencatat nama, alamat dan jumlah peserta, serta menempatkan diri sehingga memungkinkan dapat mengamankan jalannya proses penyuluhan.
2)   Mencatat pertanyaan yang diajukan peserta.
3)   Mengamati perilaku verbal dan non verbal peserta selama proses penyuluhan.
4)   Mengevaluasi hasil penyuluhan dengan rencana penyuluhan

H.    Hasil Penkes
1.   Evaluasi Struktur
1.      Waktu sudah tepat
2.      Setting tempat sudah sesuai dengan rencana
3.      Materi PenKes sudah tepat
4.      Pengorganisasian penanggung jawab kegiatan sudah baik.
5.      Peserta yang mengikuti kegiatan sesuai target
2.   Evaluasi proses
1.      Peserta kegiatan tidak meninggalkan tempat selama kegiatan berlangsung
2.      Peserta mampu mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir dengan tertib
3.      Peserta berpartisipasi aktif dalam kegiatan penkes dan dapat memberikan tanggapan tentang penyakit TBC
4.      Pengorganisasian dapat terlaksana sesuai rencana
3.   Evaluasi Hasil
1.      Kegiatan sesuai dengan jadwal
2.      100% peserta mampu mengikuti dengan tertib selama kegiatan berlangsung
3.      80% peserta mampu memahami penyuluhan kesehatan tentang TBC
4.      Peserta yang diberikan pertanyaan mampu menjelaskan pengertian TBC, penyebab TBC, tanda dan gejala TBC, Pencegahan TBC.
                      





                                              
TUBERCULOSIS PARU ( TBC )
I.     Konsep Paru
1.1    Definisi
Oksigenasi merupakan gas tidak berwarna dan tidak berbau yang sangat dibutuhkan dalam proses metabolisme sel. Sebagai hasilnya, terbentuklah karbon dioksida, energi, dan air. Akan tetapi penambahan CO2 yang melebihi batas normal pada tubuh akan memberikan dampak yang cukup bermakna terhadap aktifitas sel (Mubarak, 2007).

1.2    Fisiologi paru
Paru adalah struktur elastik yang dibungkus dalam sangkar toraks, yang merupakan suatu bilik udara kuat dengan dinding yang dapat menahan tekanan. Paru-paru ada dua, merupakan alat pernafasan utama, paru-paru mengisi rongga dada, terletak di sebelah kanan dan kiri dan di tengah dipisahkan oleh jantung beserta pembuluh darah besarnya dan struktur lainnya yang terletak di dalam mediastinum.

Mediastinum adalah dinding yang membagi rongga toraks menjadi dua bagian. Mediastinum terbentuk dari dua lapisan pleura. Semua struktur toraks kecuali paru-paru terletak diantara kedua lapisan pleura. Bagian terluar paru-paru dilindungi oleh membran halus dan licin yang disebut pleura yang juga meluas untuk membungkus dinding interior toraks dan permukaan superior diafragma, sedangkan pleura viseralis melapisi paru-paru. Antara kedua pleura ini terdapat ruang yang disebut spasium pleura yang mengandung sejumlah kecil cairan yang melicinkan permukaan dan memungkinkan keduanya bergeser dengan bebas selama ventilasi.

Setiap paru dibagi menjadi lobus-lobus. Paru kiri terdiri atas lobus atas dan bawah. Sementara paru kanan mempunyai lobus atas, tengah dan bawah. Setiap lobus lebih jauh dibagi lagi menjadi segmen yang dipisahkan oleh fisurel yang merupakan perluasan pleura. Dalam setiap lobus paru terdapat beberapa divisi-divisi bronkus. Pertama adalah bronkus lobaris ( tiga pada paru kanan dan pada paru kiri). Bronkus lobaris dibagi menjadi bronkus segmental (sepuluh pada paru kanan dan delapan pada paru kiri). Bronkus segmental kemudian dibagi lagi menjadi bronkus sub segmental. Bronkus ini dikelilingi oleh jaringan ikat yang memiliki arteri, limfotik dan syaraf. Bronkus subsegmental membantu percabangan menjadi bronkiolus.

Bronkiolus membantu kelenjar submukosa yang memproduksi lendir yang membentuk selimut tidak terputus untuk laposan bagian dalam jalan nafas. Bronkus dan bronkiolus juga dilapisi sel-sel yang permukaannya dilapisi oleh silia dan berfungsi untuk mengeluarkan lendir dan benda asing menjauhi paru-paru menuju laring. Bronkiolus kemudian membentuk percabangan menjadi bronkiolus terminalis yang tidak mempunyai kelenjar lendir dan silia. Bronkiolus terminalis kemudian menjadi saluran transisional antara kalan udara konduksi dan jalan udara pertukaran gas. Bronkiolus respiratori kemudian mengarah ke dalam duktus alveolus dan jakus alveolar kemudian alveoli. Pertukaran oksigen dan karbondioksida terjadi di dalamalveoli.

Paru terbentuk oleh sekitar 300 juta alveoli. Terdapat tiga jenis sel-sel alveolar, yaitu tipe I adalah sel membentuk dinding alveolar. Sel-sel alveolar tipe II adalah sel-sel yang aktif secara metabolik, mensekresi sufraktan, suatu fostolipid yang melapisi permukaan dalam dan mencegah alveolar agar tidak kolaps. Sel alveoli tipe III adalah makrofag yang merupakan sel-sel fagosit besar yang memakan benda asing, seperti lendir dan bakteri, bekerja sebagai mekanisme pertahanan yang penting (Smeltzer & Bare, 2002).

1.3    Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan fungsi paru
1.3.1   Usia
Kekuatan otot maksimal pada usia 20-40 tahun dan dapat berkurang sebanyak 20% setelah usia 40 tahun. Selama proses penuan terjadi penurunan elastisitas alveoli, penebalan kelenjar bronkial, penurunan kapasitas paru.
1.3.2   Jenis kelamin
Fungsi ventilasi pada laki-laki lebih tinggi 20-25% dari pada wanita, karena ukuran anatomi paru laki-laki lebih besar dibandingkan wanita. Selain itu, aktivitas laki-laki lebih tinggi sehingga recoil dan compliance paru sudah terlatih.
1.3.3   Tinggi badan dan berat badan
Seorang yang memiliki tubuh tinggi dan besar, fungsi ventilasi parunya lebih tinggi daripada orang yang bertubuh kecil pendek (Guyton, 2007).

1.4    Gangguan pada paru
1.4.1   Tuberkulosis paru
Tuberculosis (TB) adalah penyakit        infeksius, yang terutama menyerang parenkim paru, dengan agen infeksius utama Mycobacterium tuberculosis (Smeltzer & Bare, 2001).
Tuberculosis paru adalah penyakit infeksi pada paru yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis yaitu suatu bakteri yang tahan asam (Suriadi, 2001).

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Tuberculosis Paru adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobakterium tuberculosis suatu basil yang tahan asam yang menyerang parenkim paru atau bagian lain dari tubuh manusia.

1.4.2   Etiologi
Penyebab dari penyakit tuebrculosis paru adalah terinfeksinya paru oleh micobacterium tuberculosis yang merupakan kuman berbentuk batang dengan ukuran sampai 4 mycron dan bersifat anaerob. Sifat ini yang menunjukkan kuman lebih menyenangi jaringan yang tinggi kandungan oksigennya, sehingga paru-paru merupakan tempat prediksi penyakit tuberculosis. Kuman ini juga terdiri dari asal lemak (lipid) yang membuat kuman lebih tahan terhadap asam dan lebih tahan terhadap gangguan kimia dan fisik. Penyebaran mycobacterium tuberculosis yaitu melalui droplet nukles, kemudian dihirup oleh manusia dan menginfeksi (Depkes RI, 2002).

1.4.3   Patofisiologi
Tempat masuk kuman mycobacterium adalah saluran pernafasan, infeksi tuberculosis terjadi melalui (airborn) yaitu melalui instalasi dropet yang mengandung kuman-kuman basil tuberkel yang berasal dari orang yang terinfeksi. Basil tuberkel yang mempunyai permukaan alveolis biasanya diinstalasi sebagai suatu basil yang cenderung tertahan di saluran hidung atau cabang besar bronkus dan tidak menyebabkan penyakit.

Setelah berada dalam ruangan alveolus biasanya di bagian lobus atau paru-paru atau bagian atas lobus bawah basil tuberkel ini membangkitkan reaksi peradangan, leukosit polimortonuklear pada tempat tersebut dan memfagosit namun tidak membunuh organisme tersebut. Setelah hari-hari pertama masa leukosit diganti oleh makrofag. Alveoli yang terserang akan mengalami konsolidasi dan timbul gejala pneumonia akut. Pneumonia seluler ini dapat sembuh dengan sendirinya, sehingga tidak ada sisa yang tertinggal atau proses dapat juga berjalan terus dan bakteri terus difagosit atau berkembang biak, dalam sel basil juga menyebar melalui gestasi bening reginal. Makrofag yang mengadakan infiltrasi menjadi lebih panjang dan sebagian bersatu sehingga membentuk sel tuberkel epiteloid yang dikelilingi oleh limfosit, nekrosis bagian sentral lesi yang memberikan gambaran yang relatif padat dan seperti keju-lesi nekrosis kaseora dan jaringan granulasi di sekitarnya terdiri dari sel epiteloid dan fibrosis menimbulkan respon berbeda, jaringan granulasi menjadi lebih fibrasi membentuk jaringan parut akhirnya akan membentuk suatu kapsul yang mengelilingi tuberkel.

Lesi primer paru-paru dinamakan fokus gholi dengan gabungan terserangnya kelenjar getah bening regional dari lesi primer dinamakan komplet ghon dengan mengalami pengapuran. Respon lain yang dapat terjadi pada daerah nekrosis adalah pencairan dimana bahan cairan lepas ke dalam bronkus dengan menimbulkan kapiler materi tuberkel yang dilepaskan dari dinding kavitis akan masuk ke dalam percabangan keobronkial. Proses ini dapat terulang kembali di bagian lain dari paru-paru atau basil dapat terbawa sampai ke laring, telinga tengah atau usus.

Kavitis untuk kecil dapat menutup sekalipun tanpa pengobatan dengan meninggalkan jaringan parut yang terdapat dekat dengan perbatasan bronkus rongga. Bahan perkijaan dapat mengontrol sehingga tidak dapat mengalir melalui saluran penghubung, sehingga kavitasi penuh dengan bahan perkijuan dan lesi mirip dengan lesi berkapsul yang terlepas. Keadaan ini dapat tidak menimbulkan gejala dalam waktu lama dan membentuk lagi hubungan dengan bronkus dan menjadi limpal peradangan aktif.

Penyakit dapat menyebar melalui getah bening atau pembuluh darah. Organisme atau lobus dari kelenjar betah bening akan mencapai aliran darah dalam jumlah kecil, yang kadang-kadang dapat menimbulkan lesi pada berbagai organ lain. Jenis penyebaran ini dikenal sebagai penyebaran limfo hematogen yang biasanya sembuh sendiri, penyebaran ini terjadi apabila fokus nekrotik merusak pembuluh darah sehingga banyak organisme masuk ke dalam sistem vaskuler dan tersebar ke organ-organ tubuh (Price & Wilson, 2005).

1.4.4   Manefestasi klinik
Tanda dan gejala tuberculosis menurut Perhimpunan Dokter Penyakit Dalam (2006) dapat bermacam-macam antara lain :
a.       Demam
Umumnya subfebris, kadang-kadang 40-410C, keadaan ini sangat dipengaruhi oleh daya tahan tubuh pasien dan berat ringannya infeksi kuman tuberculosis yang masuk.
b.      Batuk
Terjadi karena adanya iritasi pada bronkus. Batuk ini diperlukan untuk membuang produk radang. Sifat batuk dimulai dari batuk kering ( non produktif). Keadaan setelah timbul peradangan menjadi produktif (menghasilkan sputum atau dahak). Keadaan yang lanjut berupa batuk darah haematoemesis karena terdapat pembuluh darah yang cepat. Kebanyakan batuk darah pada TBC terjadi pada dinding bronkus.
c.       Sesak nafas
Pada gejala awal atau penyakit ringan belum dirasakan sesak nafas. Sesak nafas akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut dimana infiltrasinya sudah setengah bagian paru-paru.
d.      Nyeri dada
Gejala ini dapat ditemukan bila infiltrasi radang sudah sampai pada pleura, sehingga menimbulkan pleuritis, akan tetapi, gejala ini akan jarang ditemukan.
e.      Malaise
Penyakit TBC paru bersifat radang yang menahun. Gejala malaise sering ditemukan anoreksia, berat badan makin menurun, sakit kepala, meriang, nyeri otot dan keringat malam. Gejala semakin lama semakin berat dan hilang timbul secara tidak teratur.

1.4.5   Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang pada pasien tuberculosis paru yaitu:
a.       Kultur sputum: positif untuk mycobacterium tuberculosis pada tahap akhir penyakit.
b.      Ziehl-Neelsen (pemakaian asam cepat pada gelas kaca untuk usapan cairan darah) positif untuk basil asam cepat.
c.       Tes kulit (mantoux, potongan vollmer): reaksi positif (area indurasi 10 mm atau lebih besar, terjadi 48-72 jam setelah injeksi intra dermal antigen) menunjukkan infeksi masa lalu dan adanya antibodi tetapi tidak secara berarti menunjukkan penyakit aktif.
d.      Foto thorak: dapat menunjukkan infiltrasi lesi awal pada area paru atas simpangan kalsium lesi sembuh primer atau effuse cairan.
e.       Histologi atau kultur jaringan paru:positif untuk mycobacterium tuberculosis,
f.       Biopsi jarum pada jaringan paru: positif untuk granulana Tb, adanya sel raksasa menunjukkan nekrosis,
g.      Nektrolit: dapat tidak normal tergantung pada lokasi dan beratnya infeksi.
h.      GDA: dapat normal tergantung lokasi, berat dan kerusakan sisa pada paru.
i.        Pemeriksaan fungsi paru: penurunan kapasitas vital, peningkatan ruang mati, peningkatan rasio udara dan kapasitas paru total dan penurunan saturasi oksigen sekunder terhadap infiltrasi parenkim/fibrosis, kehilangan jaringan paru dan penyakit pleural (TB paru kronis luas) (Doengoes, 2000).

1.4.6   Pengobatan
Tuberkulosis paru diobati terutama dengan agen kemoterapi (agen antituberkulosis) selama periode 6 sampai 12 bulan. Lima medikasi garis depan digunakan adalah Isoniazid, Rifampicin, Streptomisin, Etambutol, dan Pyrazinamide. Kapremiosin, kanamisin, etionamid, natrium para-aminosilat, amikasin, dan siklisin merupakan obat-obat baris kedua (Smeltzer & Bare, 2001).
-          Rifampicin 150 mg, isoniazid 75 mg, pyrazinamide 400 mg, ethambutol hydrochloride 275 mg: 28 kaplet untuk pemakaian setiap hari selama 2 bulan (fase intensif/awal)
-          Rifampicin 150 mg dan isoniazid 50 mg: 28 tablet untuk pemakaian 3 kali seminggu selama 4 bulan (fase lajutan)
Dosis kategori 1 KDT
Berat Badan
Tahap awal tiap hari
(56 dosis)
Tahap lanjutan 3 kali seminggu selama 14 minggu (48 dosis)
30-37 kg
2 kaplet 4 KDT
2 kaplet 2 KDT
38-54 kd
3 kaplet 4 KDT
3 kaplet 2 KDT
55-70kg
4 kaplet 4 KDT
4 kaplet 2 KDT
≥71 kg
5 kaplet 4 KDT
5 kaplet 2 KDT

1.4.7   Komplikasi
Menurut Suriadi (2006) kompliki dari TB Paru antara lain :
a.      Meningitisas
b.      Spondilitis
c.       Pleuritis
d.      Bronkopneumoni
II.      Daftar Pustaka
Doenges, M.E. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan (Edisi 3). Jakarta : EGC
Guyton, A. (2007). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran.
Smeltzer, S.C. & Bare, B.G. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddarth (Ed.8, Vol. 1,2). Jakarta: EGC.
Suriadi. (2006). Asuhan Keperawatan pada Anak(Edisi V). Jakarta : CV.AgungSetu
Wilkinson, J.M. & Ahern, N.R. (2009). Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta: EGC.


No comments:

Post a Comment