LAPORAN PENDAHULUAN
RISIKO PERILAKU KEKERASAN
I.
Pengertian
Perilaku kekerasan adalah suatu
keadaan di mana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara
fisik, baik kepada diri sendiri maupun orang lain. Sering di sebut juga gaduh
gelisah atau amuk di mana seseorang marah berespon terhadap suatu stressor
dengan gerakan motorik yang tidak terkontrol (Yosep, 2007).
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang
melakukan tindakan kekerasan yang dapat membahayakan secara fisik terhadap diri
sendiri, orang lain maupun lingkungan (Stuart, 2007).
Perilaku kekerasan merupakan suau
bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai seseorang secara fisik maupun
psikologis (Budi Ana Keliat, 2005).
II.
Rentang
Respon
Menurut Iyus Yosep, 2007 bahwa respons
kemarahan berfluktuasi dalam rentang adaptif maladaptif.
Skema Rentang Respon Kemarahan
Sumber:
Keliat (1999)
§
Perilaku asertif yaitu mengungkapkan rasa marah atau
tidak setuju tanpa menyalahkan atau meyakiti orang lain, hal ini dapat
menimbulkan kelegaan pada individu
§
Frustasi adalah respon yang terjadi akibat gagal mencapai
tujuan karena yang tidak realistis atau hambatan dalam proses pencapaian
tujuan.
§
Pasif merupakan perilaku individu yang
tidak mampu untuk engungkapkan perasaan marah yang sekarang dialami, dilakukan
dengan tujuan menghindari suatu tuntunan nyata.
§
Agresif merupakan hasil dari kemarahan
yang sangat tinggi atau ketakutan / panik. Agresif memperlihatkan permusuhan,
keras dan mengamuk, mendekati orang lain dengan ancaman, memberi kata-kata
ancaman tanpa niat melukai. Umumnya klien dapat mengontrol perilaku untuk tidak
melukai orang lain.
§
Kekerasan sering disebut juga gaduh
gelisah atau amuk. Perilaku kekerasan ditandai dengan menyentuh orang lain
secara menakutkan, memberi kata-kata ancaman, melukai pada tingkat ringan sampa
pada yang paling berat. Klien tidak mampu mengendalikan diri.
III.
Faktor Predisposisi
3.1
Psikologis
Kegagalan yang dialami dapat menimbulkan frustasi yang
kemudian dapat timbul agresif atau perilaku kekerasan,contohnya : pada masa
anak-anak yang mendapat perilaku kekerasan cenderung saat dewasa menjadi pelaku
perilaku kekerasan
3.2
Perilaku
Kekerasan didapat pada saat setiap melakukan sesuatu
maka kekerasan yang diterima sehingga secara tidak langsung hal tersebut akan
diadopsi dan dijadikan perilaku yang wajar
3.3
Sosial Budaya
Budaya yang pasif – agresif dan kontrol sosial yang
tidak pasti terhadap pelaku kekerasan akan menciptakan seolah-olah kekerasan
adalah hal yang wajar
3.4
Bioneurologis
Beberapa berpendapat bahwa kerusaka
pada sistem limbik, lobus frontal, lobus temporal, dan ketidakseimbangan
neurotransmitter ikut menyumbang terjadi perilaku kekerasan.
IV.
Faktor Presipitasi
Faktor-faktor yang dapat mencetuskan perilaku kekerasan
sering kali berkaitan dengan (Yosep, 2009):
4.1
Ekspresi diri, ingin menunjukkan eksistensi diri atau
simbol solidaritas seperti dalam sebuah konser, penonton sepak bola, geng
sekolah, perkelahian masal dan sebagainya.
4.2
Ekspresi dari tidak terpenuhinya kebutuhan dasar dan kondisi
sosial ekonomi.
4.3
Kesulitan dalam mengkomunikasikan sesuatu dalam keluarga
serta tidak membiasakan dialog untuk memecahkan masalah cenderung melalukan
kekerasan dalam menyelesaikan konflik.
4.4
Ketidaksiapan seorang ibu dalam merawat anaknya dan
ketidakmampuan dirinya sebagai seorang yang dewasa.
4.5
Adanya riwayat perilaku anti sosial meliputi penyalahgunaan
obat dan alkoholisme dan tidak mampu mengontrol emosinya pada saat menghadapi
rasa frustasi.
4.6
Kematian anggota keluarga yang terpenting, kehilangan
pekerjaan, perubahan tahap perkembangan, atau perubahan tahap perkembangan keluarga.
V.
Manifestasi
Klinis/Tanda dan gejala
§
Fisik: mata melotot/pandangan tajam, tangan
mengepal, rahang mengatup, wajah memerah dan tegang, serta posyur tubuh kaku
§
Verbal: mengancam, mengumpat dengan kata-kata
kotor, berbicara dengan nada keras, kasar, ketus
§
Perilaku: menyerang orang lain, melukai diri
sendiri,orang lain, merusak lingkungan, amuk/agresif
§
Emosi: tidak adekuat, tidak aman dan nyaman,
merasa terganggu, dendam, jengkel, tidak berdaya, bermusuhan, mengamuk, ingin
berkelahi, menyalahkan, dan menuntut.
§
Intelektual: mendominasi, cerewet, kasar,
berdebat, meremehkan
§
Spiritual: merasa berkuasa, merasa diri benar,
keragu-raguan, tidak bermoral, dan
kreativitas terhambat.
§
Sosial: menarik diri, pengasingan, penolakan,
kekerasan ejekan, dan sindiran
§
Perhatian: bolos, melarikan diri, dan melakukan
penyimpangan seksual
Pohon masalah
Perilaku kekerasan
|
Regimen terapeutik inefektif
|
Harga diri rendah kronis
|
Isolasi sosial:
Menarik diri
|
koping keluarga
tidak efektif berduka disfungsional
VI.
Proses
Keperawatan
6.1
Pengkajian
Data
Subyektif :
·
Klien mengancam
·
Klien mengumpat dengan kata-kata kasar
·
Klien mengatakan dendam dan jengkel
·
Klien mengatakan ingin berkelahi
·
Klien menyalahkan dan menuntut
·
Klien meremehkan
Data Objektif :
·
Mata melotot/pandangan tajam
·
Tangan mengepal
·
Rahang mengatup
·
Wajah memerah dan tegang
·
Postur tubuh kaku
·
Suara keras
6.2
Diagnosa Keperawatan
Perilaku
kekerasan / amuk
6.3
Rencana Tindakan Keperawatan
·
Diskusikan bersama klien penyebab perilaku kekerasan yang
terjadi dimasa lalu dan saat ini
·
Diskusikan perasaan klien jika terjadi penyebab perilaku
kekerasan
·
Diskusikan bersama klien mengenai tanda dan gejala perilaku kekerasan,
baik fisik, psikologis, sosial, spiritual, intelektual
·
Diskusikan bersama klien perilaku secara verbal yang biasa
dilakukan pada saat marah baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun
lingkungan.
·
Diskusikan bersama klien akibat yang ditimbulkan dari
perilaku marahnya
·
Diskusikan bersama klien cara mengontrol perilaku kekerasan
baik secara fisik, obat-obatan, sosial atau verbal ataupun spiritual.
VII.
Strategi Pelaksanaan
SP PASIEN
|
SP KELUARGA
|
Pertemuan 1
1.
Mengidentifikasi penyebab, tanda dan
gejala perilaku kekerasan yang dilakukan dan akibat perilaku kekerasan
3.
Latihan cara mengontrol perilaku
kekerasan secara fisik: tarik nafas dalam dan meumukul kasur dan bantal
4.
Masukan pada jadwal kegiatan untuk
latihan fisik
|
Pertemuan
1
1.
Diskusikan masalah yang dirasakan
dalam merawat pasien
2.
Jelaskan pengertian, tanda dan gejala
dan proses terjadinya perilaku kekerasan (gunakan booklet)
3.
Jelaskan cara merawat pasien perilaku
kekerasan
4.
Latih satu cara merawat PK dengan
melakukan kegiatan fisik: tarik nafas dalam dan pukul bantal/kasus
5.
Anjurkan untuk membantu sesuai jadwal
kegiatan dan memebrikan pujian
|
Pertemuan 2
1.
Evaluasi kegiatan latiahn fisik,
berikan pujian
2.
Latih cara mengontrol perilaku
kekerasan dengan obat (6 benar, obat, guna, dosis, frekuensi, cara,
kontinuitas minum obat, akibat jika tidak meminum obat sesuai program, akibat
putus obat).
3.
Masukan pada jadwal kegiatan untuk
latihan fisik dan minum obat
|
Pertemuan
2
1.
Evaluasi kegiatan keluarga dalam
merawat atau melatih pasien cara fisik, beri pujian
2.
Jelaskan 6 benar cara memberikan obat
3.
Latih cara memberikan atau membimbing
minum obat
4.
Anjurkan membantu sesui jadwal
kegiatan dan memberikan pujian
|
Pertemuan 3
1.
Evaluasi kegiatan latihan fisik dan
obat, serta beri pujian
2.
Latih pasien mengontrol perilaku
kekerasan secara verbal (3 cara, yaitu: mengungkapkan, meminta, menolak
dengan benar)
3.
Masukan pada jadwal kegiatan untuk
latihan fisik, minum obat dan verbal
|
Pertemuan
3
1.
Evaluasi kegiatan keluarga dalam
merawat atau melatih pasien fisik 1 dan 2 dan memberikan obat, berikan pujian
2.
Latih keluarga cara membimbing: cara
berbicara yang baik
3.
Latih keluarga cara membimbing
kegiatan spiritual
|
Pertemuan 4
1.
Evaluasi kegiatan latihan fisik, obat
dan verbal, beri pujian
2.
Latih pasien mengontrol perilaku
kekerasan secara spiritual (2 kegiatan)
3.
Masukan pada jadwal kegiatan untuk
latihan fisik, minum obat, verbal
|
Pertemuan
4
1.
Evaluasi kegiatan keluarga dalam
merawat atau melatih pasien fisik 1 dan 2 dan memberikan obat, berikan pujian
dan kegiatan spiritual. Beri pujian
2.
Jelaskan follow up ke RSJ/PKM, tanda
kambuh dan rujukan
3.
Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal
dan berikan pujian
|
Pertemuan 5 sd
12
1.
Evaluasi kegiatan latihan fisik, obat
dan verbal, spiritual. Beri pujian
2.
Nilai kemampuan yang telah mandiri
3.
Nilai apakah perilaku kekerasan
terkontrol
|
Pertemuan
5 sd 12
1.
Evaluasi kegiatan keluarga dalam
merawat atau melatih pasien fisik 1 dan 2 dan memberikan obat, berikan
pujian kegiatan spiritual dan follow
up. Beri pujian.
2.
Nilai kemampuan keluarga merawat
pasien
3.
Nilai kemampuan keluarga melakukan
kontrol ke RSJ atau PKM
|
SP1 Pasien: Membina hubungan saling
percaya, identifikasi penyebab perasaan marah, tanda dan gejala yang dirasakan,
perilaku kekerasan yang dilakukan, akibatnya serta cara mengontrol secara fisik
I
·
Orientasi:
“Selamat Pagipak, perkenalkan nama saya Baihaqi, panggil saya Fuah saya
mahasiswaKeperawatan dari UMB yang akan praktek
disini selama 5 minggu. Hari ini saya dinas
pagi dari pkl. 08.00-16.00. Saya yang akan merawat bapak selama Bapak di rumah
sakit ini. Nama bapak siapa, senangnya dipanggil apa?”
Bagaimana perasaan bapak
saat ini?, Masih ada perasaan kesal atau
marah?”“Baiklah kita akan berbincang-bincang sekarang tentang perasaan marah bapak”. “Berapa lama
bapak mau kita berbincang-bincang?” Bagaimana kalau 10 menit?“Dimana enaknya
kita duduk untuk berbincang-bincang, pak? Bagaimana kalau di ruang tamu?”
·
Kerja
“Apa yang menyebabkan Bapak marah?, Apakah sebelumnya bapak pernah
marah? Terus, penyebabnya apa? Samakah dengan yang sekarang? “Pada saat penyebab marah itu ada, seperti bapak
pulang ke rumah
dan istri belum menyediakan makanan(misalnya ini penyebab marah pasien), apa
yang bapak rasakan?”“Apakah Bapak merasakan kesal kemudian dada bapak berdebar-debar, mata
melotot, rahang terkatup rapat, dan tangan mengepal?”“Setelah itu apa yang
bapak lakukan?. Apa kerugian cara yang bapak lakukan? Maukah bapak belajar cara
mengungkapkan kemarahan dengan baik tanpa menimbulkan kerugian?””Ada beberapa cara untuk mengontrol
kemarahan, pak. Salah satunya adalah dengan cara fisik. Jadi melalui kegiatan
fisik disalurkanrasa marah.””Ada beberapa cara, bagaimana kalau kita
belajar satu cara dulu?””Begini pak, kalau tanda-tanda
marah tadi sudah bapak rasakan maka bapak berdiri, lalu tarik napas dari hidung, tahan
sebentar, lalu keluarkan/tiupu perlahan –lahan melalui mulut seperti
mengeluarkan kemarahan. Ayo coba lagi, tarik dari hidung, bagus.., tahan, dan
tiup melalui mulut. Nah, lakukan 5 kali. Bagus sekali, bapak sudah bisa melakukannya. Bagaimana
perasaannya?”“Nah, sebaiknya latihan ini bapak lakukan secara rutin, sehingga
bila sewaktu-waktu rasa marah itu muncul bapak sudah terbiasa melakukannya”
·
Terminasi
“Oya Pak, karena sudah 10 menit, apakah perbincangan ini mau diakhiri
atau dilanjutkan?”“Bagaimana perasaan bapak setelah berbincang-bincang tentang kemarahan
bapak?””Iya
jadi ada 2 penyebab bapak marah ........ (sebutkan) dan yang bapak rasakan ........ (sebutkan) dan yang bapak lakukan ....... (sebutkan) serta akibatnya ......... (sebutkan)”Coba selama saya tidak ada,
ingat-ingat lagi penyebab marah bapak
yang lalu, apa yang bapak lakukan kalau marah yang belum kita bahas dan jangan
lupa latihan napas dalamnya ya pak. ‘Sekarang kita buat
jadual latihannya ya pak, berapa kali sehari bapak mau latihan napas dalam?,
jam berapa saja pak?””Baik, bagaimana kalau 2 jam lagi saya
datang dan kita latihan cara yang lain untuk mencegah/mengontrol marah. Tempatnya disini saja ya pak”
Pasien : Latihan mengontrol
perilaku kekerasan secara fisik ke-2
a. Evaluasi latihan nafas dalam
b. Latih cara fisik ke-2: pukul kasur dan bantal
c. Susun jadwal kegiatan harian cara kedua
·
Orientasi
Selamat Pagipak, sesuai dengan janji saya dua jam yang lalu sekarang saya datang
lagi”“Bagaimana perasaan bapak saat ini, adakah hal yang menyebabkan bapak
marah?”“Baik, sekarang kita akan belajar cara mengontrol perasaan marah dengan
kegiatan fisik untuk cara yang kedua”“Mau berapa lama? Bagaimana kalau 20
menit?”Dimana kita bicara?Bagaimana kalau di ruang tamu?”
·
Kerja
“Kalau ada yang menyebabkan bapak marah dan
muncul perasaan kesal, berdebar-debar, mata melotot, selain napas dalam bapak
dapat melakukan pukul kasur dan bantal”.“Sekarang mari kita latihan memukul kasur dan
bantal. Mana kamar bapak? Jadi kalau nanti bapak kesal dan ingin marah,
langsung ke kamar dan lampiaskan kemarahan tersebut dengan memukul kasur dan
bantal. Nah, coba bapak lakukan, pukul kasur dan bantal. Ya, bagus sekali bapak
melakukannya”. “Kekesalan lampiaskan ke kasur atau bantal.” “Nah cara inipun
dapat dilakukan secara rutinjika ada perasaan marah. Kemudian jangan lupa
merapikan tempat tidurnya”
·
Terminasi
“Bagaimana perasaan bapak setelah latihan cara menyalurkan marah tadi?”
“Ada berapa cara yang sudah kita latih, coba bapak sebutkan lagi?Bagus!” “Mari kita masukkan kedalam jadual kegiatan sehari-hari bapak.
Pukul kasur bantal mau jam berapa? Bagaimana kalau setiap bangun tidur? Baik, jadi jam 05.00 pagi. dan jam jam 15.00
sore. Lalu kalau ada keinginan marah sewaktu-waktu gunakan kedua cara tadi ya
pak. Sekarang kita buat jadwalnya ya pak, mau berapa
kali sehari bapak latihan memukul kasur dan bantal serta tarik nafas dalam
ini?” “Besok pagi kita ketemu lagi kita akan latihan cara mengontrol marah
dengan belajar bicara yang baik. Mau jam berapa pak? Baik, jam 10 pagi ya.
Sampai jumpa”
SP2 Pasien : Latihan mengontrol perilaku kekerasan
dengan obat
a.
Evaluasi jadwal kegiatan harian pasien
untuk cara mencegah marah yang sudah dilatih.
b.
Latih pasien minum obat secara teratur dengan prinsip lima
benar (benar nama pasien, benar nama obat, benar cara minum obat, benar waktu
minum obat, dan benar dosis obat) disertai penjelasan guna obat dan akibat
berhenti minum obat.
c.
Susun jadual minum obat secara teratur
· Orientasi
“Selamat Pagipak, sesuai dengan janji
saya kemarin hari ini kita ketemu lagi”
“Bagaimana pak, sudah dilakukan latihan tarik napas dalam, pukul kasur
bantal, apa yang dirasakan setelah melakukan latihan secara teratur?. Coba kita
lihat cek kegiatannya”. “Bagaimana kalau sekarang kita bicara dan latihan
tentang cara minum obat yang benar untuk mengontrol rasa marah?” “Dimana
enaknya kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau di tempat kemarin?” “Berapa
lama bapak mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 15 menit”
·
Kerja
“Bapak
sudah dapat obat dari dokter?” Berapa macam obat yang Bapak minum? Warnanya apa
saja? Bagus! Jam berapa Bapak minum? Bagus! “Obatnya ada tiga macam pak, yang
warnanya oranye namanya CPZ gunanya agar
pikiran tenang, yang putih ini namanya
THP agar rileks dan tegang, dan yang
merah jambu ini namanya HLP agar pikiran teratur dan rasa marah
berkurang. Semuanya ini harus bapak
minum 3 kali sehari jam 7 pagi, jam 1 sian g, dan jam 7 malam”. “Bila nanti setelah minum obat mulut
bapak terasa kering, untuk membantu
mengatasinya bapak bisa mengisap-isap es
batu”. “Bila terasa mata berkunang-kunang, bapak sebaiknyaistirahat dan
jangan beraktivitas dulu” “Nanti di rumah sebelum minum obat ini bapak lihat
dulu label di kotak obat apakah benar
nama bapak tertulis disitu, berapa dosis yang harus diminum, jam berapa saja
harus diminum. Baca juga apakah nama obatnya sudah benar? Di sini minta obatnya
pada suster kemudian cek lagi apakah benar obatnya!” “Jangan pernah menghentikan
minum obat sebelum berkonsultasi dengan dokter ya pak, karena dapat terjadi
kekambuhan.” “Sekarang kita masukkan waktu minum obatnya kedalam jadual ya
pak.”
·
Terminasi
“Bagaimana
perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap tentang cara minum obat yang benar?”
“Coba bapak sebutkan lagijenis obat yang Bapak minum! Bagaimana cara minum obat
yang benar?” “Nah, sudah berapa cara mengontrol perasaan marah yang kita
pelajari?. Sekarang kita tambahkan jadual kegiatannya dengan minum obat. Jangan
lupa laksanakan semua dengan teratur ya”. “Baik, Besok kita ketemu kembali
untuk melihat sejauh mana bapak melaksanakan kegiatan dan sejauhmana dapat
mencegah rasa marah. Sampai jumpa”
SP3 Pasien: Latihan mengontrol perilaku kekerasan
secara sosial/verbal :
a.
Evaluasi jadwal harian untuk dua cara
fisik
b.
Latihan mengungkapkan rasa marah secara
verbal: menolak dengan baik, meminta dengan baik, mengungkapkan perasaan dengan
baik.
c.
Susun jadwal latihan mengungkapkan marah
secara verbal
· Orientasi
Selamat Pagipak, sesuai dengan janji
saya kemarin sekarang kita ketemu lagi” “Bagaimana pak, sudah dilakukan latihan
tarik napas dalam dan pukul kasur bantal?, apa yang dirasakan setelah melakukan
latihan secara teratur?” “Coba saya lihat jadwal kegiatan hariannya.” “Bagus.
Nah kalau tarik nafas dalamnya dilakukan sendiri tulis M, artinya mandiri;
kalau diingatkan suster baru dilakukan
tulis B, artinya dibantu atau diingatkan. Nah kalau tidak dilakukan tulis T,
artinya belum bisa melakukan. “Bagaimana kalau sekarang kita latihan cara bicara
untuk mencegah marah?” “Dimana enaknya kita berbincang-bincang?Bagaimana kalau
di tempat yang sama?” “Berapa lama bapak mau kita berbincang-bincang? Bagaimana
kalau 15 menit?”
·
Kerja
“Sekarang
kita latihan cara bicara yang baik untuk mencegah marah. Kalau marah sudah
dusalurkan melalui tarik nafas dalam atau pukul kasur dan bantal, dan sudah
lega, maka kita perlu bicara dengan orang yang membuat kita marah. Ada tiga
caranya pak:Meminta dengan baik tanpa marah dengan nada suara yang rendah serta
tidak menggunakan kata-kata kasar. Kemarin Bapak bilang penyebab marahnya karena
minta uang sama isteri tidak diberi. Coba Bapat minta uang dengan baik:”Bu,
saya perlu uang untuk membeli rokok.” Nanti bisa dicoba di sini untuk meminta
baju, minta obat dan lain-lain. Coba bapak praktekkan. Bagus pak.” Menolak
dengan baik, jika ada yang menyuruh dan bapak tidak ingin melakukannya,
katakan: ‘Maaf saya tidak bisa melakukannya karena sedang ada kerjaan’. Coba
bapak praktekkan. Bagus pak”Mengungkapkan perasaan kesal, jika ada perlakuan
orang lain yang membuat kesal bapak dapat mengatakan:’ Saya jadi ingin marah
karena perkataanmu itu’. Coba praktekkan. Bagus”
·
Terminasi :
“Bagaimana
perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap tentang cara mengontrol marah dengan
bicara yang baik?” “Coba bapak sebutkan lagi cara bicara yang baik yang telah
kita pelajari” “Bagus sekal, sekarang mari kita masukkan dalam jadual. Berapa
kali sehari bapak mau latihan bicara yang baik?, bisa kita buat jadwalnya?”
Coba masukkan dalam jadual latihan
sehari-hari, misalnya meminta obat, uang, dll. Bagus nanti dicoba ya Pak!”
“Bagaimana kalau dua jam lagi kita ketemu lagi?” “Nanti kita akan membicarakan
cara lain untuk mengatasi rasa marah bapak yaitu dengan cara ibadah, bapak
setuju? Mau di mana Pak? Di sini lagi? Baik sampai nanti
SP4 Pasien : Latihan mengontrol perilaku kekerasan secara spiritual
a. Diskusikan hasil latihan mengontrol perilaku kekerasan secara fisikdan
sosial/verbal
b. Latihan sholat/berdoa
c. Buat jadual latihan sholat/berdoa
· Orientasi
“Selamat Pagi pak,
sesuai dengan janji saya dua jam yang
lalu sekarang saya datang lagi” Baik, yang mana yang mau dicoba?” “Bagaimana pak, latihan apa yang sudah dilakukan?Apa yang dirasakan setelah
melakukan latihan secara teratur? Bagus sekali, bagaimana rasa
marahnya”“Bagaimana kalau sekarang kita latihan cara lain untuk mencegah rasa
marah yaitu dengan ibadah?” “Dimana enaknya kita
berbincang-bincang?Bagaimana kalau di tempat tadi?” “Berapa lama bapak mau kita
berbincang-bincang? Bagaimana kalau 15 menit?
· Kerja
“Coba
ceritakan kegiatan ibadah yang biasa Bapak lakukan! Bagus. Baik, yang mana mau
dicoba? “Nah,
kalau bapak sedang marah coba bapak langsung duduk dan tarik napas dalam. Jika
tidak reda juga marahnya rebahkan badan agar rileks. Jika tidak reda juga,
ambil air wudhu kemudian sholat”.“Bapak bisa melakukan sholat secara teratur
untuk meredakan kemarahan.”“Coba Bpk sebutkan sholat 5 waktu? Bagus. Mau coba
yang mana?Coba sebutkan caranya”
· Terminasi
Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap
tentang cara yang ketiga ini?”“Jadi sudah berapa cara mengontrol marah yang
kita pelajari? Bagus”.“Mari kita masukkan kegiatan ibadah pada jadual kegiatan
bapak. Mau berapa kali bapak sholat. Baik kita masukkan sholat ....... dan
........ (sesuai kesepakatan pasien)“Coba
bapak sebutkan lagi cara ibadah yang dapat bapak lakukan bila bapak merasa
marah”“Setelah ini coba bapak lakukan jadual sholat sesuai jadual yang telah kita buat tadi”“Besok
kita ketemu lagi ya pak, nanti kita bicarakan cara keempat mengontrol rasa
marah, yaitu dengan patuh minum obat.. Mau jam berapa pak? Seperti sekarang
saja, jam 10 ya?” “Nanti kita akan membicarakan cara penggunaan obat yang benar
untuk mengontrol rasa marah bapak, setuju pak?”
DAFTAR PUSTAKA
Aziz R, dkk, (2003) Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa Semarang :RSJD
Dr. Amino Gonohutomo
Keliat Budi Ana, (1999) Gangguan Konsep Diri, Edisi I,
Jakarta : EGC
Keliat Budi Ana, (1999) Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Edisi
I, Jakarta : EGC
Stuart GW, Sundeen, (1995) Principles
and Practice of Psykiatric Nursing (5 th ed.). St.Louis Mosby Year Book
Tim Direktorat Keswa, (2000) Standar Asuhan Keperawatan Jiwa, Edisi
1, Bandung: RSJP Bandung
No comments:
Post a Comment