Sunday, May 19, 2019

Laporan Pendahuluan Risiko Prilaku Kekerasan


LAPORAN PENDAHULUAN
RISIKO PERILAKU KEKERASAN

I.              Pengertian
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan di mana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik kepada diri sendiri maupun orang lain. Sering di sebut juga gaduh gelisah atau amuk di mana seseorang marah berespon terhadap suatu stressor dengan gerakan motorik yang tidak terkontrol (Yosep, 2007).
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan kekerasan yang dapat membahayakan secara fisik terhadap diri sendiri, orang lain maupun lingkungan (Stuart, 2007).
Perilaku kekerasan merupakan suau bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai seseorang secara fisik maupun psikologis (Budi Ana Keliat, 2005).

II.           Rentang Respon
Menurut Iyus Yosep, 2007 bahwa respons kemarahan berfluktuasi dalam rentang adaptif maladaptif.

Skema  Rentang Respon Kemarahan

                                                      Sumber: Keliat (1999)

§    Perilaku asertif  yaitu mengungkapkan rasa marah atau tidak setuju tanpa menyalahkan atau meyakiti orang lain, hal ini dapat menimbulkan kelegaan pada individu
§    Frustasi adalah respon yang terjadi akibat gagal mencapai tujuan karena yang tidak realistis atau hambatan dalam proses pencapaian tujuan.
§    Pasif merupakan perilaku individu yang tidak mampu untuk engungkapkan perasaan marah yang sekarang dialami, dilakukan dengan tujuan menghindari suatu tuntunan nyata.
§    Agresif merupakan hasil dari kemarahan yang sangat tinggi atau ketakutan / panik. Agresif memperlihatkan permusuhan, keras dan mengamuk, mendekati orang lain dengan ancaman, memberi kata-kata ancaman tanpa niat melukai. Umumnya klien dapat mengontrol perilaku untuk tidak melukai orang lain.
§    Kekerasan sering disebut juga gaduh gelisah atau amuk. Perilaku kekerasan ditandai dengan menyentuh orang lain secara menakutkan, memberi kata-kata ancaman, melukai pada tingkat ringan sampa pada yang paling berat. Klien tidak mampu mengendalikan diri.

III.        Faktor Predisposisi
3.1         Psikologis
Kegagalan yang dialami dapat menimbulkan frustasi yang kemudian dapat timbul agresif atau perilaku kekerasan,contohnya : pada masa anak-anak yang mendapat perilaku kekerasan cenderung saat dewasa menjadi pelaku perilaku kekerasan
3.2         Perilaku
Kekerasan didapat pada saat setiap melakukan sesuatu maka kekerasan yang diterima sehingga secara tidak langsung hal tersebut akan diadopsi dan dijadikan perilaku yang wajar
3.3         Sosial Budaya
Budaya yang pasif – agresif dan kontrol sosial yang tidak pasti terhadap pelaku kekerasan akan menciptakan seolah-olah kekerasan adalah hal yang wajar

3.4         Bioneurologis
Beberapa berpendapat bahwa kerusaka pada sistem limbik, lobus frontal, lobus temporal, dan ketidakseimbangan neurotransmitter ikut menyumbang terjadi perilaku kekerasan.

IV.        Faktor Presipitasi
Faktor-faktor yang dapat mencetuskan perilaku kekerasan sering kali berkaitan  dengan (Yosep, 2009):
4.1         Ekspresi diri, ingin menunjukkan  eksistensi diri atau simbol solidaritas seperti dalam sebuah konser, penonton sepak bola, geng sekolah, perkelahian masal dan sebagainya.
4.2         Ekspresi dari tidak terpenuhinya kebutuhan dasar dan kondisi sosial ekonomi.
4.3         Kesulitan dalam mengkomunikasikan sesuatu dalam keluarga serta tidak membiasakan dialog untuk memecahkan masalah cenderung melalukan kekerasan dalam menyelesaikan konflik.
4.4         Ketidaksiapan seorang ibu dalam merawat anaknya dan ketidakmampuan dirinya sebagai seorang yang dewasa.
4.5         Adanya riwayat perilaku anti sosial meliputi penyalahgunaan obat dan alkoholisme dan tidak mampu mengontrol emosinya pada saat menghadapi rasa frustasi.
4.6         Kematian anggota keluarga yang terpenting, kehilangan pekerjaan, perubahan tahap perkembangan, atau perubahan tahap perkembangan keluarga.

V.           Manifestasi Klinis/Tanda dan gejala
§    Fisik: mata melotot/pandangan tajam, tangan mengepal, rahang mengatup, wajah memerah dan tegang, serta posyur tubuh kaku
§    Verbal: mengancam, mengumpat dengan kata-kata kotor, berbicara dengan nada keras, kasar, ketus
§    Perilaku: menyerang orang lain, melukai diri sendiri,orang lain, merusak lingkungan, amuk/agresif
§    Emosi: tidak adekuat, tidak aman dan nyaman, merasa terganggu, dendam, jengkel, tidak berdaya, bermusuhan, mengamuk, ingin berkelahi, menyalahkan, dan menuntut.
§    Intelektual: mendominasi, cerewet, kasar, berdebat, meremehkan
§    Spiritual: merasa berkuasa, merasa diri benar, keragu-raguan, tidak bermoral,  dan kreativitas terhambat.
§    Sosial: menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan ejekan, dan sindiran
§    Perhatian: bolos, melarikan diri, dan melakukan penyimpangan seksual

Pohon masalah
                                    Risiko tinggi mencederai diri, orang lain, dan lingkungan
Perilaku kekerasan
                                                                                                                                               
Regimen terapeutik inefektif
                                                                                                                        PPS: halusinasi
Harga diri rendah kronis
                       
Isolasi sosial:
Menarik diri
 

koping keluarga tidak efektif           berduka disfungsional


VI.        Proses Keperawatan
6.1         Pengkajian
Data Subyektif :
·               Klien mengancam
·               Klien mengumpat dengan kata-kata kasar
·               Klien mengatakan dendam dan jengkel
·               Klien mengatakan ingin berkelahi
·               Klien menyalahkan dan menuntut
·               Klien meremehkan

Data Objektif :
·               Mata melotot/pandangan tajam
·               Tangan mengepal
·               Rahang mengatup
·               Wajah memerah dan tegang
·               Postur tubuh kaku
·               Suara keras

6.2         Diagnosa Keperawatan
Perilaku kekerasan / amuk

6.3         Rencana Tindakan Keperawatan
·               Diskusikan bersama klien penyebab perilaku kekerasan yang terjadi dimasa lalu dan saat ini
·               Diskusikan perasaan klien jika terjadi penyebab perilaku kekerasan
·               Diskusikan bersama klien mengenai tanda dan gejala perilaku kekerasan, baik fisik, psikologis, sosial, spiritual, intelektual
·               Diskusikan bersama klien perilaku secara verbal yang biasa dilakukan pada saat marah baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun lingkungan.
·               Diskusikan bersama klien akibat yang ditimbulkan dari perilaku marahnya
·               Diskusikan bersama klien cara mengontrol perilaku kekerasan baik secara fisik, obat-obatan, sosial atau verbal ataupun spiritual.

VII.     Strategi Pelaksanaan
SP PASIEN
SP KELUARGA
Pertemuan 1
1.     Mengidentifikasi penyebab, tanda dan gejala perilaku kekerasan yang dilakukan dan akibat perilaku kekerasan
2.     Jelaskan cara mengontrol perilaku kekerasan : Fisik, obat, verbal dan spiritual
3.     Latihan cara mengontrol perilaku kekerasan secara fisik: tarik nafas dalam dan meumukul kasur dan bantal
4.     Masukan pada jadwal kegiatan untuk latihan fisik
Pertemuan 1
1.    Diskusikan masalah yang dirasakan dalam merawat pasien
2.    Jelaskan pengertian, tanda dan gejala dan proses terjadinya perilaku kekerasan (gunakan booklet)
3.    Jelaskan cara merawat pasien perilaku kekerasan
4.    Latih satu cara merawat PK dengan melakukan kegiatan fisik: tarik nafas dalam dan pukul bantal/kasus
5.    Anjurkan untuk membantu sesuai jadwal kegiatan dan memebrikan pujian
Pertemuan 2
1.     Evaluasi kegiatan latiahn fisik, berikan pujian
2.     Latih cara mengontrol perilaku kekerasan dengan obat (6 benar, obat, guna, dosis, frekuensi, cara, kontinuitas minum obat, akibat jika tidak meminum obat sesuai program, akibat putus obat).
3.     Masukan pada jadwal kegiatan untuk latihan fisik dan minum obat
Pertemuan 2
1.    Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat atau melatih pasien cara fisik, beri pujian
2.    Jelaskan 6 benar cara memberikan obat
3.    Latih cara memberikan atau membimbing minum obat
4.    Anjurkan membantu sesui jadwal kegiatan dan memberikan pujian
Pertemuan 3
1.     Evaluasi kegiatan latihan fisik dan obat, serta beri pujian
2.     Latih pasien mengontrol perilaku kekerasan secara verbal (3 cara, yaitu: mengungkapkan, meminta, menolak dengan benar)
3.     Masukan pada jadwal kegiatan untuk latihan fisik, minum obat dan verbal
Pertemuan 3
1.    Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat atau melatih pasien fisik 1 dan 2 dan memberikan obat, berikan pujian
2.    Latih keluarga cara membimbing: cara berbicara yang baik
3.    Latih keluarga cara membimbing kegiatan spiritual
Pertemuan 4
1.     Evaluasi kegiatan latihan fisik, obat dan verbal, beri pujian
2.     Latih pasien mengontrol perilaku kekerasan secara spiritual (2 kegiatan)
3.     Masukan pada jadwal kegiatan untuk latihan fisik, minum obat, verbal
Pertemuan 4
1.      Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat atau melatih pasien fisik 1 dan 2 dan memberikan obat, berikan pujian dan kegiatan spiritual. Beri pujian
2.      Jelaskan follow up ke RSJ/PKM, tanda kambuh dan rujukan
3.      Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal dan berikan pujian
Pertemuan 5 sd 12
1.     Evaluasi kegiatan latihan fisik, obat dan verbal, spiritual. Beri pujian
2.     Nilai kemampuan yang telah mandiri
3.     Nilai apakah perilaku kekerasan terkontrol
Pertemuan 5 sd 12
1.      Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat atau melatih pasien fisik 1 dan 2 dan memberikan obat, berikan pujian  kegiatan spiritual dan follow up. Beri pujian.
2.      Nilai kemampuan keluarga merawat pasien
3.      Nilai kemampuan keluarga melakukan kontrol ke RSJ atau PKM

SP1        Pasien: Membina hubungan saling percaya, identifikasi penyebab perasaan marah, tanda dan gejala yang dirasakan, perilaku kekerasan yang dilakukan, akibatnya serta cara mengontrol secara fisik I
·      Orientasi:
Selamat Pagipak, perkenalkan nama saya Baihaqi, panggil saya Fuah saya mahasiswaKeperawatan dari UMB yang akan praktek disini selama 5 minggu. Hari ini saya dinas pagi dari pkl. 08.00-16.00. Saya yang akan merawat bapak selama Bapak di rumah sakit ini. Nama bapak siapa, senangnya dipanggil apa?”
Bagaimana perasaan bapak saat  ini?, Masih ada perasaan kesal atau marah?”“Baiklah kita akan berbincang-bincang sekarang  tentang perasaan marah bapak”. “Berapa lama bapak mau kita berbincang-bincang?” Bagaimana kalau 10 menit?“Dimana enaknya kita duduk untuk berbincang-bincang, pak? Bagaimana kalau di ruang tamu?”


·      Kerja
“Apa yang menyebabkan Bapak marah?, Apakah sebelumnya bapak pernah marah? Terus, penyebabnya apa? Samakah dengan yang sekarang? “Pada saat penyebab marah itu ada, seperti bapak pulang ke rumah dan istri belum menyediakan makanan(misalnya ini penyebab marah pasien), apa yang bapak rasakan?”“Apakah Bapak merasakan kesal kemudian dada bapak berdebar-debar, mata melotot, rahang terkatup rapat, dan tangan mengepal?”“Setelah itu apa yang bapak lakukan?. Apa kerugian cara yang bapak lakukan? Maukah bapak belajar cara mengungkapkan kemarahan dengan baik tanpa menimbulkan kerugian?”Ada beberapa cara untuk mengontrol kemarahan, pak. Salah satunya adalah dengan cara fisik. Jadi melalui kegiatan fisik disalurkanrasa marah.”Ada beberapa cara, bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu?””Begini pak, kalau tanda-tanda marah tadi sudah bapak rasakan maka bapak berdiri, lalu tarik napas dari hidung, tahan sebentar, lalu keluarkan/tiupu perlahan –lahan melalui mulut seperti mengeluarkan kemarahan. Ayo coba lagi, tarik dari hidung, bagus.., tahan, dan tiup melalui mulut. Nah, lakukan 5 kali. Bagus sekali, bapak  sudah bisa melakukannya. Bagaimana perasaannya?”“Nah, sebaiknya latihan ini bapak lakukan secara rutin, sehingga bila sewaktu-waktu rasa marah itu muncul bapak sudah terbiasa melakukannya”
·      Terminasi
“Oya Pak, karena sudah 10 menit, apakah perbincangan ini mau diakhiri atau dilanjutkan?”“Bagaimana perasaan bapak setelah berbincang-bincang tentang kemarahan bapak?””Iya jadi ada 2 penyebab bapak marah ........ (sebutkan) dan yang bapak rasakan ........ (sebutkan) dan yang bapak lakukan ....... (sebutkan) serta akibatnya ......... (sebutkan)”Coba selama saya tidak ada, ingat-ingat  lagi penyebab marah bapak yang lalu, apa yang bapak lakukan kalau marah yang belum kita bahas dan jangan lupa latihan napas dalamnya ya pak. ‘Sekarang kita buat jadual latihannya ya pak, berapa kali sehari bapak mau latihan napas dalam?, jam berapa saja pak?””Baik, bagaimana kalau 2 jam lagi saya datang dan kita latihan cara yang lain untuk mencegah/mengontrol marah. Tempatnya disini saja ya pak

Pasien : Latihan mengontrol perilaku kekerasan secara fisik ke-2

a.     Evaluasi latihan nafas dalam
b.    Latih cara fisik ke-2: pukul kasur dan bantal
c.     Susun jadwal kegiatan harian cara kedua
·      Orientasi
Selamat Pagipak, sesuai dengan janji saya dua jam yang lalu sekarang saya datang lagi”“Bagaimana perasaan bapak saat ini, adakah hal yang menyebabkan bapak marah?”“Baik, sekarang kita akan belajar cara mengontrol perasaan marah dengan kegiatan fisik untuk cara yang kedua”“Mau berapa lama? Bagaimana kalau 20 menit?”Dimana kita bicara?Bagaimana kalau di ruang tamu?”
·      Kerja
“Kalau ada yang menyebabkan bapak marah dan muncul perasaan kesal, berdebar-debar, mata melotot, selain napas dalam bapak dapat melakukan pukul kasur dan bantal”.“Sekarang mari kita latihan memukul kasur dan bantal. Mana kamar bapak? Jadi kalau nanti bapak kesal dan ingin marah, langsung ke kamar dan lampiaskan kemarahan tersebut dengan memukul kasur dan bantal. Nah, coba bapak lakukan, pukul kasur dan bantal. Ya, bagus sekali bapak melakukannya”. “Kekesalan lampiaskan ke kasur atau bantal.” “Nah cara inipun dapat dilakukan secara rutinjika ada perasaan marah. Kemudian jangan lupa merapikan tempat tidurnya
·      Terminasi
“Bagaimana perasaan bapak setelah latihan cara menyalurkan marah tadi?” “Ada berapa cara yang sudah kita latih, coba bapak sebutkan lagi?Bagus!”  “Mari kita masukkan  kedalam jadual kegiatan sehari-hari bapak. Pukul kasur bantal mau jam berapa? Bagaimana kalau setiap bangun tidur?  Baik, jadi jam 05.00 pagi. dan jam jam 15.00 sore. Lalu kalau ada keinginan marah sewaktu-waktu gunakan kedua cara tadi ya pak. Sekarang kita buat jadwalnya ya pak, mau berapa kali sehari bapak latihan memukul kasur dan bantal serta tarik nafas dalam ini?” “Besok pagi kita ketemu lagi kita akan latihan cara mengontrol marah dengan belajar bicara yang baik. Mau jam berapa pak? Baik, jam 10 pagi ya. Sampai jumpa”

SP2   Pasien : Latihan mengontrol perilaku kekerasan dengan obat 
a.    Evaluasi jadwal kegiatan harian pasien untuk cara mencegah marah yang sudah dilatih.
b.    Latih pasien minum obat secara teratur dengan prinsip lima benar (benar nama pasien, benar nama obat, benar cara minum obat, benar waktu minum obat, dan benar dosis obat) disertai penjelasan guna obat dan akibat berhenti minum obat.
c.    Susun jadual minum obat secara teratur
·      Orientasi
Selamat Pagipak, sesuai dengan janji saya kemarin hari ini kita ketemu lagi”  “Bagaimana pak, sudah dilakukan latihan tarik napas dalam, pukul kasur bantal, apa yang dirasakan setelah melakukan latihan secara teratur?. Coba kita lihat cek kegiatannya”. “Bagaimana kalau sekarang kita bicara dan latihan tentang cara minum obat yang benar untuk mengontrol rasa marah?” “Dimana enaknya kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau di tempat kemarin?” “Berapa lama bapak mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 15 menit”
·      Kerja
“Bapak sudah dapat obat dari dokter?” Berapa macam obat yang Bapak minum? Warnanya apa saja? Bagus! Jam berapa Bapak minum? Bagus! “Obatnya ada tiga macam pak, yang warnanya oranye  namanya CPZ gunanya agar pikiran tenang,  yang putih ini namanya THP agar rileks dan tegang, dan yang  merah jambu ini namanya HLP agar pikiran teratur dan rasa marah berkurang. Semuanya ini harus bapak   minum 3 kali sehari jam 7 pagi, jam 1 sian g, dan jam 7  malam”. “Bila nanti setelah minum obat mulut bapak terasa kering,  untuk membantu mengatasinya bapak bisa mengisap-isap es  batu”. “Bila terasa mata berkunang-kunang, bapak sebaiknyaistirahat dan jangan beraktivitas dulu” “Nanti di rumah sebelum minum obat ini bapak lihat dulu label di kotak obat  apakah benar nama bapak tertulis disitu, berapa dosis yang harus diminum, jam berapa saja harus diminum. Baca juga apakah nama obatnya sudah benar? Di sini minta obatnya pada suster kemudian cek lagi apakah benar obatnya!” “Jangan pernah menghentikan minum obat sebelum berkonsultasi dengan dokter ya pak, karena dapat terjadi kekambuhan.” “Sekarang kita masukkan waktu minum obatnya kedalam jadual ya pak.”
·       Terminasi
“Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap tentang cara minum obat yang benar?” “Coba bapak sebutkan lagijenis obat yang Bapak minum! Bagaimana cara minum obat yang benar?” “Nah, sudah berapa cara mengontrol perasaan marah yang kita pelajari?. Sekarang kita tambahkan jadual kegiatannya dengan minum obat. Jangan lupa laksanakan semua dengan teratur ya”. “Baik, Besok kita ketemu kembali untuk melihat sejauh mana bapak melaksanakan kegiatan dan sejauhmana dapat mencegah rasa marah. Sampai jumpa”

SP3   Pasien: Latihan mengontrol perilaku kekerasan secara sosial/verbal :
a.    Evaluasi jadwal harian untuk dua cara fisik
b.    Latihan mengungkapkan rasa marah secara verbal: menolak dengan baik, meminta dengan baik, mengungkapkan perasaan dengan baik.
c.    Susun jadwal latihan mengungkapkan marah secara verbal
·      Orientasi
Selamat Pagipak, sesuai dengan janji saya kemarin sekarang kita ketemu lagi” “Bagaimana pak, sudah dilakukan latihan tarik napas dalam dan pukul kasur bantal?, apa yang dirasakan setelah melakukan latihan secara teratur?” “Coba saya lihat jadwal kegiatan hariannya.” “Bagus. Nah kalau tarik nafas dalamnya dilakukan sendiri tulis M, artinya mandiri; kalau diingatkan suster  baru dilakukan tulis B, artinya dibantu atau diingatkan. Nah kalau tidak dilakukan tulis T, artinya belum bisa melakukan. “Bagaimana kalau sekarang kita latihan cara bicara untuk mencegah marah?” “Dimana enaknya kita berbincang-bincang?Bagaimana kalau di tempat yang sama?” “Berapa lama bapak mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 15 menit?”
·      Kerja
“Sekarang kita latihan cara bicara yang baik untuk mencegah marah. Kalau marah sudah dusalurkan melalui tarik nafas dalam atau pukul kasur dan bantal, dan sudah lega, maka kita perlu bicara dengan orang yang membuat kita marah. Ada tiga caranya pak:Meminta dengan baik tanpa marah dengan nada suara yang rendah serta tidak menggunakan kata-kata kasar. Kemarin Bapak bilang penyebab marahnya karena minta uang sama isteri tidak diberi. Coba Bapat minta uang dengan baik:”Bu, saya perlu uang untuk membeli rokok.” Nanti bisa dicoba di sini untuk meminta baju, minta obat dan lain-lain. Coba bapak praktekkan. Bagus pak.” Menolak dengan baik, jika ada yang menyuruh dan bapak tidak ingin melakukannya, katakan: ‘Maaf saya tidak bisa melakukannya karena sedang ada kerjaan’. Coba bapak praktekkan. Bagus pak”Mengungkapkan perasaan kesal, jika ada perlakuan orang lain yang membuat kesal bapak dapat mengatakan:’ Saya jadi ingin marah karena perkataanmu itu’. Coba praktekkan. Bagus”
·      Terminasi :
“Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap tentang cara mengontrol marah dengan bicara yang baik?” “Coba bapak sebutkan lagi cara bicara yang baik yang telah kita pelajari” “Bagus sekal, sekarang mari kita masukkan dalam jadual. Berapa kali sehari bapak mau latihan bicara yang baik?, bisa kita buat jadwalnya?” Coba  masukkan dalam jadual latihan sehari-hari, misalnya meminta obat, uang, dll. Bagus nanti dicoba ya Pak!” “Bagaimana kalau dua jam lagi kita ketemu lagi?” “Nanti kita akan membicarakan cara lain untuk mengatasi rasa marah bapak yaitu dengan cara ibadah, bapak setuju? Mau di mana Pak? Di sini lagi? Baik sampai nanti

SP4   Pasien : Latihan mengontrol perilaku kekerasan secara spiritual
a.    Diskusikan hasil latihan mengontrol perilaku kekerasan secara fisikdan sosial/verbal
b.    Latihan sholat/berdoa
c.    Buat jadual latihan sholat/berdoa
·      Orientasi
Selamat Pagi pak, sesuai dengan janji saya dua jam  yang lalu sekarang saya datang lagi” Baik, yang mana yang mau dicoba?” “Bagaimana pak, latihan apa yang sudah dilakukan?Apa yang dirasakan setelah melakukan latihan secara teratur? Bagus sekali, bagaimana rasa marahnya”“Bagaimana kalau sekarang kita latihan cara lain untuk mencegah rasa marah yaitu dengan ibadah?” “Dimana enaknya kita berbincang-bincang?Bagaimana kalau di tempat tadi?” “Berapa lama bapak mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 15 menit?


·      Kerja
“Coba ceritakan kegiatan ibadah yang biasa Bapak lakukan! Bagus. Baik, yang mana mau dicoba? “Nah, kalau bapak sedang marah coba bapak langsung duduk dan tarik napas dalam. Jika tidak reda juga marahnya rebahkan badan agar rileks. Jika tidak reda juga, ambil air wudhu kemudian sholat”.“Bapak bisa melakukan sholat secara teratur untuk meredakan kemarahan.”“Coba Bpk sebutkan sholat 5 waktu? Bagus. Mau coba yang mana?Coba sebutkan caranya”

·      Terminasi
Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap tentang cara yang ketiga ini?”“Jadi sudah berapa cara mengontrol marah yang kita pelajari? Bagus”.“Mari kita masukkan kegiatan ibadah pada jadual kegiatan bapak. Mau berapa kali bapak sholat. Baik kita masukkan sholat ....... dan ........ (sesuai kesepakatan pasien)“Coba bapak sebutkan lagi cara ibadah yang dapat bapak lakukan bila bapak merasa marah”“Setelah ini coba bapak lakukan jadual sholat  sesuai jadual yang telah kita buat tadi”“Besok kita ketemu lagi ya pak, nanti kita bicarakan cara keempat mengontrol rasa marah, yaitu dengan patuh minum obat.. Mau jam berapa pak? Seperti sekarang saja, jam 10 ya?” “Nanti kita akan membicarakan cara penggunaan obat yang benar untuk mengontrol rasa marah bapak, setuju pak?”







DAFTAR PUSTAKA

Aziz R, dkk, (2003) Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa Semarang :RSJD Dr. Amino Gonohutomo

Keliat Budi Ana, (1999) Gangguan Konsep Diri, Edisi I, Jakarta : EGC

Keliat Budi Ana, (1999) Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Edisi I, Jakarta : EGC

Stuart GW, Sundeen, (1995) Principles and Practice of Psykiatric Nursing (5 th ed.). St.Louis Mosby Year Book

Tim Direktorat Keswa, (2000) Standar Asuhan Keperawatan Jiwa, Edisi 1, Bandung: RSJP Bandung


No comments:

Post a Comment