LAPORAN
PENDAHULUAN
ISOLASI
SOSIAL
I.
Pengertian
Perilaku
isolasi sosial/menarik diri merupakan
suatu gangguan hubungan interpersonal yang terjadi akibat adanya
kepribadian yang tidak fleksibel yang menimbulkan perilaku maladaptive dan
mengganggu fungsi seseorang dalam hubungan sosial (Depkes RI, 2000).
Isolasi
sosial adalah suatu sikap dimana individu menghindari diri dari interaksi
dengan orang lain. Individu merasa bahwa ia kehilangan hubungan akrab dan tidak
mempunyai kesempatan untuk membagi perasaan, pikiran, prestasi, atau kegagalan.
Ia mempunyai kesulitan untuk berhubungan secara spontan dengan orang lain, yang
dimanifeetasikan dengan sikap memisahkan diri, tidak ada perhatian, dan tidak
sanggup membagi pengamatan dengan orang lain (Balitbang, 2007).Isolasi sosial
adalah percobaan menghindari interaksi dengan orang lain, menghindari hubungan
dengan orang lain. (Keliat, budi anna 1998 dalam Yosep 2011).
II.
Rentang Respon
Respon Adaptif Respon Maladaptif
|
|
|
||||||||
III
Faktor Predisposisi
3.1 Faktor
tumbuh kembang
Faktor
perkembangan kemampuan membina hubungan yang sehat tergantung dari pengalaman
selama proses tumbuh kembang. Setiap tahap tumbuh kembang memilki tugas yang
harus dilalui indifidu dengan sukses, karna apabila tugas perkembangan ini
tidak terpenuhi akan menghambat perkembangan selanjutnya, kurang stimulasi
kasih sayang,perhatian dan kehangatan dari ibu (pengasuh)pada bayi akan membari
rasa tidak aman yang dapat menghambat terbentuknya rasa percaya.
3.2
Faktor Biologi
Genetik adalah salah
satu factor pendukung ganguan jiwa, fakor genetic dapat menunjang terhadap
respon sosial maladaptif ada bukri terdahulu tentang terlibatnya neurotransmitter dalam perkembangan
ganguan ini namun tahap masih diperlukan penelitian lebih lanjut.
3.3
Faktor Sosial Budaya
3.4
Faktor sosial budaya dapat menjadi
faktor pendukung terjadinya ganguan dalm membina hubungan dengan orang lain,
misalnya angota keluarga, yang tidak produktif, diasingkan dari orang lain.
3.5
Faktor Komunikasi dalam Keluarga
3.6
Pola komunikasai dalam keluarga dapat
mengantarkan seseorang kedalam ganguan berhubungan bila keluarga hanya
mengkounikasikan hal-hal yang negatif akan mendorong anak mengembangkan harga
diri rendah.
IV. Faktor Presipitasi
Stressor pencetus pada
umumnya mencakup kejadian kehidupan yang penuh stress seperti kehilangan yang
mempengaruhi kemampuan indifidu untuk brhubungan dengan orang lain dan
menyebabkan ansietas.
4.1
Stressor sosial kultur
4.2
Stressor psikologis
V.
Tanda dan Gejala
Berikut
ini adalah tanda dan gejala klien dengan isolasi sosial.
5.1
Kurang spontan
5.2
Apatis (acuh terhadap lingkungan)
5.3
Ekspresi wajah kurang berseri
5.4
Tidak merawat diri dan tidak
memperhatikan diri
5.5
Tidak ada atau kurang komunikasi verbal
5.6
Mengisolasi diri
5.7
Tidak atau kurang sadar terhadap
lingkungan sekitarnya
5.8
Asupan makanan dan minuman terganggu
5.9
Retensi urine dan feces
5.10 Aktivitas
menurun
5.11 Kurang
energi (tenaga)
5.12 Rendah
diri
5.13 Postur
tubuh berubah, misalnya sikap fetus/janin (khususnya pada posisi tidur).
VI. Proses keperawatan
6.1 Pengkajian
Data Subyektif:
-
Klien mengatakan: Saya tidak mampu, tidak bisa,
tidak tahu apa-apa, bodoh, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu
terhadap diri sendiri.
Data
Obyektif:
-
Klien tampak lebih suka sendiri, bingung bila
disuruh memilih alternatif tindakan, ingin mencederai diri atau ingin
mengakhiri hidup.
6.2
Diagnosa Keperawatan
Gangguan
konsep diri : harga diri rendah
6.3
Rencana Tindakan Keperawatan
6.3.1
Untuk Klien
Tujuan
umum: Klien dapat berhubungan dengan orang lain secara optimal
Tujuan
khusus:
a. Klien
dapat membina hubungan saling percaya
b. Klien
dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
c. Klien
dapat menilai kemampun yang dimiliki
d. Klien dapat (menetapkan) merencanakan kegiatan
sesuai dengan kemampuan yang dimiliki
e. Klien
dapat melakukan kegiatan sesuai dengan kondisi sakit dan kemampuannya.
6.3.2
Untuk Keluarga
a. Mendiskusikan
faktor – faktor yang melatarbelakangi terjadinya isolasi sosial
b. Mendiskusikan
keuntungan berinteraksi
c. Mendiskusikan
kerugian tidak berinteraksi dengan orang lain
d. Mendiskusikan
cara berkenalan dengan satu orang secara bertahap.
VII. Strategi Pelaksanaan
SP pada Pasien
|
SP pada Keluarga
|
SP
I
1. Mengidentifikasi
penyebab isolasi pasien : siapa yang serumah, siapa orang terdekat, yang
tidak dekat, dan apa sebabnya.
2. Mendiskusikan
dengan pasien tentang keuntungan punya teman dan bercakap – cakap
3. Mendiskusikan
dengan pasien tentang kerugian tidak punya teman dan tidak bercakap – cakap
4. Masukkan
pada jadwal kegiatan untuk latihan berkenalan
|
SP
I
1. Diskusikan
masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien
2. Jelaskan
pengertian isolasi social, tanda dan gejala serta proses terjadinya isolasi
social
3. Jelaskan
cara merawat pasien dengan isolasi social
4. Latih
dua cara merawat : cara berkenalan, berbicara saat melakukan kegiatan harian
5. Anjurkan
membantu pasien sesuai jadwal dan memberikan pujiaan saat besuk
|
SP
2
1. Evaluasi
kegiatan berkenalan (berapa orang, serta beri pujian)
2. Latih
cara berbicara saat melakukan kegiatan harian (latih 2 kegiatan)
3. Masukkan
pada jadwal kegiatan untuk latihan berkenalan 2-3 orang pasien, perawat dan
tamu, berbicara saat melakukan kegiatan harian
|
SP
2
1. Evaluasi
kegiatan keluarga dalam merawat/melatih pasien berkenalan dan berbicara saat
melakukan kegiatan harian, beri pujian
2. Jelaskan
kegiatan rumah tangga yang dapat melibatkan pasien berbicara (makan, sholat
bersama) di rumah
3. Latih
cara membimbing pasien berbicara dan memberi pujian
4. Anjurkan
membantu pasien sesuai jadwal saat besuk
|
SP
3
1. Evaluasi
kegiatan latihan berkenalan (berapa orang) dan bicara saat melakukan kegiatan
harian. Beri pujian
2. Latih
cara berbicara saat melakukan kegiatan harian (2 kegiatan baru)
3. Masukan
pada jadwal kegiatan untuk latihan berkenalan 4-5 orang, berbicara saat
melakukan kegiatan harian
|
SP
3
1. Evaluasi
kegiatan keluarga dalam merawat/melatih pasien berkenalan dan berbicara saat
melakukan kegiatan harian, beri pujian
2. Jelaskan
cara melatih melakukan termasuk minum obat (discharge planning)
3. Menjelaskan
follow up pasien setelah pulang
|
SP
4
1. Evaluasi
kegiatan latihan berkenalan, bicara saat melakukan kegiatan harian, beri
pujian
2. Latih
cara bicara social : meminta sesuatu, menjawab pertanyaan
3. Masukkan
pada jadwal kegiatan untuk latihan berkenalan >5 orang, orang baru,
berbicara saat melakukan kegiatan harian dan sosialisasi
|
SP
4
1. Evaluasi
kegiatan keluarga dalam merawat/melatih pasien berkenalan dan berbicara saat
melakukan kegiatan harian/ RT, berbelanja, beri pujian
2. Jelaskan
follow up ke RSJ/PKM, tanda kambuh dan rujukan.
3. Anjurkan
membantu pasien sesuai jadwal kegiatan dan memberikan pujian
|
SP
5 - 12
1. Evaluasi
kegiatan latihan berkenalan, bicara saat melakukan kegiatan harian dan
sosialisasi. Beri pujian
2. Latih
kegiatan harian
3. Nilai
kemampuan yang telah mandiri
4. Nilai
apakah isolasi sosial teratasi
|
SP
5 – 12
1.
Evaluasi kegiatan keluarga dalam
merawat/melatih pasien berkenalan, berbicara saat melakukan kegiatan harian/
RT, berbelanja dan kegiatan lain serta follow up, beri pujian
2.
Nilai kemampuan keluarga merawat
pasien
3.
Nilai kemampuan keluarga
melakukan control ke RSJ/PKM
|
Contoh Strategi Pelaksanaan Isolasi
Sosial
Orientasi (Perkenalan):
“Selamat pagi ”
“Saya Agung Nugroho Saya
senang dipanggil Agung Saya mahasiswa keperawatan
USKW salatiga, saya yang akan membantu
merawat ibu dari sekarang sampai 2 minggu kedepan
“Siapa nama Ibu? Senang
dipanggil siapa?”
“Apa keluhan S... hari ini?” Bagaimana kalau kita bercakap-cakap
tentang keluarga dan teman-teman ibu S?
Mau dimana kita bercakap-cakap? Bagaimana kalau di ruang tamu? Mau berapa lama
S...? Bagaimana kalau 15 menit”
Kerja:
(Jika pasien baru)
”Siapa
saja yang tinggal serumah? Siapa yang paling dekat dengan S? Siapa yang jarang
bercakap-cakap dengan S? Apa yang membuat S jarang bercakap-cakap dengannya?”
(Jika
pasien sudah lama dirawat)
”Apa yang S rasakan selama S
dirawat disini? Apakah S merasa
sendirian? Siapa saja yang S kenal di ruangan ini”
“Apa saja
kegiatan yang biasa S lakukan dengan teman yang S kenal?”
“Apa yang menghambat S dalam berteman atau
bercakap-cakap dengan pasien yang lain?”
”Menurut S
apa saja keuntungannya kalau kita mempunyai teman ? Wah benar, ada teman
bercakap-cakap. Apa lagi ? (sampai pasien dapat menyebutkan
beberapa) Nah kalau
kerugiannya tidak mampunyai teman apa ya S ? Ya, apa lagi ? (sampai pasien
dapat menyebutkan beberapa) Jadi banyak juga ruginya tidak punya teman ya. Kalau begitu inginkah S
belajar bergaul dengan orang lain ?
« Bagus. Bagaimana kalau sekarang kita belajar berkenalan dengan orang lain”
“Begini lho S, untuk berkenalan dengan orang
lain kita sebutkan dulu nama kita dan nama panggilan yang kita suka asal kita
dan hobi. Contoh: Nama Saya S, senang dipanggil Si. Asal saya dari Bireun, hobi
memasak”
“Selanjutnya S menanyakan nama orang yang
diajak berkenalan. Contohnya begini: Nama Bapak siapa? Senang dipanggil apa?
Asalnya dari mana/ Hobinya apa?”
“Ayo S dicoba! Misalnya saya
belum kenal dengan S. Coba berkenalan dengan saya!”
“Ya bagus sekali! Coba sekali lagi. Bagus sekali”
“Setelah S berkenalan dengan
orang tersebut S bisa melanjutkan percakapan tentang hal-hal yang menyenangkan
S bicarakan. Misalnya tentang cuaca, tentang hobi, tentang keluarga, pekerjaan
dan sebagainya.”
Terminasi:
”Bagaimana perasaan S setelah kita latihan berkenalan?”
”Selanjutnya S
dapat mengingat-ingat apa yang kita pelajari tadi selama saya tidak ada.
Sehingga S lebih siap untuk berkenalan dengan orang lain. S mau praktekkan ke pasien lain. Mau jam
berapa mencobanya. Mari kita masukkan pada jadwal kegiatan hariannya.”
”Besok pagi jam 10
saya akan datang kesini untuk mengajak S
berkenalan dengan teman saya, perawat N. Bagaimana, S mau kan?”
”Baiklah, sampai jumpa.”
VIII.
Daftar Pustaka
Balitbang.
2007. Workshop Standar Proses Keperawatan Jiwa. Bogor
Depkes RI.
2000. Keperawatan Jiwa : Teori Dan Tindakan Keperawatan Jiwa.
Jakarta : Depkes RI.
Iyus
Yosep,2011. Keperawatan jiwa. PT Refika Adimata bandung
Agungmajestic.files.wordpress.com/2011/10/lp-menarik-diri.doc (diakses pada 14 Januari 2017)
https://agungmajestic.files.wordpress.com/2011/10/lp-menarik-diri(diakses pada 14
Januari 2017)
No comments:
Post a Comment