Sunday, May 19, 2019

Laporan Pendahuluan Isolasi Sosial


LAPORAN PENDAHULUAN
ISOLASI SOSIAL

I.       Pengertian
Perilaku isolasi sosial/menarik diri merupakan  suatu gangguan hubungan interpersonal yang terjadi akibat adanya kepribadian yang tidak fleksibel yang menimbulkan perilaku maladaptive dan mengganggu fungsi seseorang dalam hubungan sosial (Depkes RI, 2000).

Isolasi sosial adalah suatu sikap dimana individu menghindari diri dari interaksi dengan orang lain. Individu merasa bahwa ia kehilangan hubungan akrab dan tidak mempunyai kesempatan untuk membagi perasaan, pikiran, prestasi, atau kegagalan. Ia mempunyai kesulitan untuk berhubungan secara spontan dengan orang lain, yang dimanifeetasikan dengan sikap memisahkan diri, tidak ada perhatian, dan tidak sanggup membagi pengamatan dengan orang lain (Balitbang, 2007).Isolasi sosial adalah percobaan menghindari interaksi dengan orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain. (Keliat, budi anna 1998 dalam Yosep 2011).

II.    Rentang Respon
Respon Adaptif                                       Respon Maladaptif
Menyendiri
Otonomi
Bekerjasama
Interdependen

 
Merasa sendiri
Depedensi
Curiga
 
Menarik diri
Ketergantungan
Manipulasi
Curiga
 
 









III Faktor Predisposisi
3.1  Faktor tumbuh kembang
Faktor perkembangan kemampuan membina hubungan yang sehat tergantung dari pengalaman selama proses tumbuh kembang. Setiap tahap tumbuh kembang memilki tugas yang harus dilalui indifidu dengan sukses, karna apabila tugas perkembangan ini tidak terpenuhi akan menghambat perkembangan selanjutnya, kurang stimulasi kasih sayang,perhatian dan kehangatan dari ibu (pengasuh)pada bayi akan membari rasa tidak aman yang dapat menghambat terbentuknya rasa percaya.
3.2        Faktor Biologi
Genetik adalah salah satu factor pendukung ganguan jiwa, fakor genetic dapat menunjang terhadap respon sosial maladaptif ada bukri terdahulu tentang terlibatnya neurotransmitter dalam perkembangan ganguan ini namun tahap masih diperlukan penelitian lebih lanjut.
3.3        Faktor Sosial Budaya
3.4        Faktor sosial budaya dapat menjadi faktor pendukung terjadinya ganguan dalm membina hubungan dengan orang lain, misalnya angota keluarga, yang tidak produktif, diasingkan dari orang lain.
3.5        Faktor Komunikasi dalam Keluarga
3.6        Pola komunikasai dalam keluarga dapat mengantarkan seseorang kedalam ganguan berhubungan bila keluarga hanya mengkounikasikan hal-hal yang negatif akan mendorong anak mengembangkan harga diri rendah.
IV. Faktor Presipitasi
Stressor pencetus pada umumnya mencakup kejadian kehidupan yang penuh stress seperti kehilangan yang mempengaruhi kemampuan indifidu untuk brhubungan dengan orang lain dan menyebabkan ansietas.
4.1        Stressor sosial kultur
4.2        Stressor psikologis           
V. Tanda dan Gejala
Berikut ini adalah tanda dan gejala klien dengan isolasi sosial.
5.1        Kurang spontan
5.2        Apatis (acuh terhadap lingkungan)
5.3        Ekspresi wajah kurang berseri
5.4        Tidak merawat diri dan tidak memperhatikan diri
5.5        Tidak ada atau kurang komunikasi verbal
5.6        Mengisolasi diri
5.7        Tidak atau kurang sadar terhadap lingkungan sekitarnya
5.8        Asupan makanan dan minuman terganggu
5.9        Retensi urine dan feces
5.10    Aktivitas menurun
5.11    Kurang energi (tenaga)
5.12    Rendah diri
5.13    Postur tubuh berubah, misalnya sikap fetus/janin (khususnya pada posisi tidur).

VI. Proses keperawatan
6.1 Pengkajian
Data Subyektif:
-        Klien mengatakan: Saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-apa, bodoh, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu terhadap diri sendiri.
Data Obyektif:
-        Klien tampak lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternatif tindakan, ingin mencederai diri atau ingin mengakhiri hidup.
6.2 Diagnosa Keperawatan
Gangguan konsep diri : harga diri rendah

6.3 Rencana Tindakan Keperawatan
6.3.1 Untuk Klien
Tujuan umum: Klien dapat berhubungan dengan orang lain secara optimal
Tujuan khusus:
a.       Klien dapat membina hubungan saling percaya
b.      Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
c.       Klien dapat menilai kemampun yang dimiliki
d.      Klien  dapat (menetapkan) merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki
e.       Klien dapat melakukan kegiatan sesuai dengan kondisi sakit dan kemampuannya.
6.3.2 Untuk Keluarga
a.       Mendiskusikan faktor – faktor yang melatarbelakangi terjadinya isolasi sosial
b.      Mendiskusikan keuntungan berinteraksi
c.       Mendiskusikan kerugian tidak berinteraksi dengan orang lain
d.      Mendiskusikan cara berkenalan dengan satu orang secara bertahap.

VII. Strategi Pelaksanaan
SP pada Pasien
SP pada Keluarga
SP I
1.      Mengidentifikasi penyebab isolasi pasien : siapa yang serumah, siapa orang terdekat, yang tidak dekat, dan apa sebabnya.
2.      Mendiskusikan dengan pasien tentang keuntungan punya teman dan bercakap – cakap
3.      Mendiskusikan dengan pasien tentang kerugian tidak punya teman dan tidak bercakap – cakap
4.      Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan berkenalan
SP I
1.      Diskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien
2.      Jelaskan pengertian isolasi social, tanda dan gejala serta proses terjadinya isolasi social
3.      Jelaskan cara merawat pasien dengan isolasi social
4.      Latih dua cara merawat : cara berkenalan, berbicara saat melakukan kegiatan harian
5.      Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal dan memberikan pujiaan saat besuk
SP 2
1.      Evaluasi kegiatan berkenalan (berapa orang, serta beri pujian)
2.      Latih cara berbicara saat melakukan kegiatan harian (latih 2 kegiatan)
3.      Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan berkenalan 2-3 orang pasien, perawat dan tamu, berbicara saat melakukan kegiatan harian
SP 2
1.      Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat/melatih pasien berkenalan dan berbicara saat melakukan kegiatan harian, beri pujian
2.      Jelaskan kegiatan rumah tangga yang dapat melibatkan pasien berbicara (makan, sholat bersama) di rumah
3.      Latih cara membimbing pasien berbicara dan memberi pujian
4.      Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal saat besuk
SP 3
1.      Evaluasi kegiatan latihan berkenalan (berapa orang) dan bicara saat melakukan kegiatan harian. Beri pujian
2.      Latih cara berbicara saat melakukan kegiatan harian (2 kegiatan baru)
3.      Masukan pada jadwal kegiatan untuk latihan berkenalan 4-5 orang, berbicara saat melakukan kegiatan harian
SP 3
1.      Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat/melatih pasien berkenalan dan berbicara saat melakukan kegiatan harian, beri pujian
2.      Jelaskan cara melatih melakukan termasuk minum obat (discharge planning)
3.      Menjelaskan follow up pasien setelah pulang
SP 4
1.      Evaluasi kegiatan latihan berkenalan, bicara saat melakukan kegiatan harian, beri pujian
2.      Latih cara bicara social : meminta sesuatu, menjawab pertanyaan
3.      Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan berkenalan >5 orang, orang baru, berbicara saat melakukan kegiatan harian dan sosialisasi
SP 4
1.      Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat/melatih pasien berkenalan dan berbicara saat melakukan kegiatan harian/ RT, berbelanja, beri pujian
2.      Jelaskan follow up ke RSJ/PKM, tanda kambuh dan rujukan.
3.      Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal kegiatan dan memberikan pujian
SP 5 - 12
1.      Evaluasi kegiatan latihan berkenalan, bicara saat melakukan kegiatan harian dan sosialisasi. Beri pujian
2.      Latih kegiatan harian
3.      Nilai kemampuan yang telah mandiri
4.      Nilai apakah isolasi sosial teratasi
SP 5 – 12
1.      Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat/melatih pasien berkenalan, berbicara saat melakukan kegiatan harian/ RT, berbelanja dan kegiatan lain serta follow up, beri pujian
2.      Nilai kemampuan keluarga merawat pasien
3.      Nilai kemampuan keluarga melakukan control ke RSJ/PKM




Contoh Strategi Pelaksanaan Isolasi Sosial
Orientasi (Perkenalan):
“Selamat pagi ”
“Saya Agung Nugroho Saya senang dipanggil Agung Saya mahasiswa keperawatan USKW salatiga,  saya yang akan membantu merawat ibu dari sekarang sampai 2 minggu kedepan
“Siapa nama Ibu? Senang dipanggil siapa?”
“Apa keluhan  S...  hari ini?” Bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang keluarga dan teman-teman  ibu S? Mau dimana kita bercakap-cakap? Bagaimana kalau di ruang tamu? Mau berapa lama S...? Bagaimana kalau 15 menit”           
Kerja:
(Jika pasien baru)
”Siapa saja yang tinggal serumah? Siapa yang paling dekat dengan S? Siapa yang jarang bercakap-cakap dengan S? Apa yang membuat S jarang bercakap-cakap dengannya?”
(Jika pasien sudah lama dirawat)
”Apa yang S rasakan selama S dirawat disini?  Apakah S merasa sendirian? Siapa saja yang S kenal di ruangan ini”

 “Apa saja kegiatan yang biasa S lakukan dengan teman yang S kenal?”
 “Apa yang menghambat S dalam berteman atau bercakap-cakap dengan pasien yang  lain?”
Menurut S apa saja keuntungannya kalau kita mempunyai teman ? Wah benar, ada teman bercakap-cakap. Apa lagi ? (sampai pasien dapat menyebutkan beberapa) Nah kalau kerugiannya tidak mampunyai teman apa ya S ? Ya, apa lagi ? (sampai pasien
dapat menyebutkan beberapa) Jadi banyak juga ruginya tidak punya teman ya. Kalau begitu inginkah S belajar bergaul dengan orang lain ?
«  Bagus. Bagaimana kalau sekarang  kita belajar berkenalan dengan orang lain”
 “Begini lho S, untuk berkenalan dengan orang lain kita sebutkan dulu nama kita dan nama panggilan yang kita suka asal kita dan hobi. Contoh: Nama Saya S, senang dipanggil Si. Asal saya dari Bireun, hobi memasak”
“Selanjutnya S menanyakan nama orang yang diajak berkenalan. Contohnya begini: Nama Bapak siapa? Senang dipanggil apa? Asalnya dari mana/ Hobinya apa?”
“Ayo S dicoba! Misalnya saya belum kenal dengan S. Coba berkenalan dengan saya!”
“Ya bagus sekali! Coba sekali lagi. Bagus sekali”
“Setelah S berkenalan dengan orang tersebut S bisa melanjutkan percakapan tentang hal-hal yang menyenangkan S bicarakan. Misalnya tentang cuaca, tentang hobi, tentang keluarga, pekerjaan dan sebagainya.”
Terminasi:
”Bagaimana perasaan S setelah kita  latihan berkenalan?”
”S tadi sudah mempraktekkan cara berkenalan dengan baik sekali”
”Selanjutnya S dapat mengingat-ingat apa yang kita pelajari tadi selama saya tidak ada. Sehingga S lebih siap untuk berkenalan dengan orang lain.  S mau praktekkan ke pasien lain. Mau jam berapa mencobanya. Mari kita masukkan pada jadwal kegiatan hariannya.”
”Besok pagi jam 10 saya akan datang kesini  untuk mengajak S berkenalan dengan teman saya, perawat N. Bagaimana, S mau kan?”
”Baiklah, sampai jumpa.”


VIII. Daftar Pustaka
Balitbang. 2007. Workshop Standar Proses Keperawatan Jiwa. Bogor

Depkes RI. 2000. Keperawatan Jiwa : Teori Dan Tindakan Keperawatan Jiwa. Jakarta : Depkes RI.

Iyus Yosep,2011. Keperawatan jiwa. PT Refika Adimata bandung

Agungmajestic.files.wordpress.com/2011/10/lp-menarik-diri.doc (diakses pada 14 Januari 2017)

https://agungmajestic.files.wordpress.com/2011/10/lp-menarik-diri(diakses pada 14 Januari 2017)



No comments:

Post a Comment