Sunday, May 19, 2019

Laporan Pendahuluan Hepatitis


LAPORAN PENDAHULUAN HEPATITIS

A.  Definisi
Hepatitis virus akut adalah penyakit pada hati yang gejala utamanya berhubungan erat dengan adanya nekrosis pada hati. Biasanya disebabkan oleh virus yaitu virus hepatitis A,virus hepatitis B,virus hepatitis C,dll (Mansjoer, 2006 : 513).
Hepatitis adalah penyakit infeksi akut menular, dengan gejala utama berhubungan erat dengan adanya nekrosis pada hati (Muwarni, 2009 : 37).
Hepatitis merupakan istilah umum yang berarti peradangan pada sel-sel hati. Peradangan hati ini dapat disebabkan oleh infeksi, paparan alcohol, obat-obatan tertentu, bahan kimia, atau racun, atau dari suatu kelainan dari sistem kekebalan tubuh . Hepatitis infeksi dari virus (HAV, HBV, HCV, HDV, HEV) mempunyai perbedaan dalam rute transmisi (Muttaqin, 2011)
Hepatisis adalah peradangan pada hati (liver) yang disebabkan oleh virus. Virus hepatitis termasuk virus hepatotropik yang dapat mengakibatkan hepatitis A atau HAV, hepatitis B (HBV), hepatitis C (HCV), Delta hepatitis (HDV), Hepatitis E (HEV), Hepatitis F dan G (Nanda Nic Noc, 2015).
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hepatitis adalah suatu peradangan dan merupakan penyakit infeksi menular akut yang terjadi pada hati yang disebabkan oleh penyakit infeksi virus, toksin seperti obat-obatan, bahan-bahan kimia, alkohol atau agen penyakit infeksi.
Klasifikasi Hepatitis
Lima jenis penyakit hepatitis virus akut dengan melalui ragam penyerangan, ragam permulaan dan masa inkubasi (Mary Baradero 2008 : 29) . Virus ini untuk jenis parenteral dan non parenteral sehubungan dengan mekanisme transmisi (penyerangan).
Jenis non-parenteral: Hepatitis A dan Hepatitis E, penyebaran virus melalui route oral-fecal. Jenis parenteral: Hepatitis B, Hepatitis C, dan Hepatitis D, penyebarannya  melalui transfusi darah melalui pembuluh darah vena dan hubungan sex.
1.    Hepatitis A
Bahan penyebab yang dapat menjangkit Hepatitis A kemungkinannya adalah virus RNA dari golongan enterovirus. Karakteristik Hepatitis A adalah sama dengan sifat khas dari syndroma virus dan sering kali tidak dapat dikenali. Penyebaran Hepatitis A melalui rute oral-fecal dengan ingesti oral dari ketidakbersihan fecal.
Air yang tidak bersih mengandung sumber penyakit atau infeksi, kerang-kerang yang diambil dari air yang tercemar, dan makanan yang tidak bersih karena terjamah oleh HAV. Virus dapat juga tersebar melalui aktivitas sex oral-anal dan kadang-kadang melalui pembukaan pengeluaran fecal dalam Rumah Sakit. Dalam kasus yang sama, Hepatitis A dapat juga bertransmisi dalam aliran darah. Masa inkubasi Hepatitis A antara dua sampai enam minggu dengan rata-rata waktu empat minggu. Penyakit ini dapat mengancam hidup manusia (sangat berbahaya bagi hidup manusia).
Virus hepatitis A ditemukan pada tinja pasien yang terinfeksi sebelum gejala muncul dan selama beberapa hari pertama menderita sakit. Masa inkubasi 1-7 minggu, rata-rata 30 hari. Gejala anoreksia, ikterus, nyeri epigastrium, nyeri ulu hati, platulensi.
2.    Hepatitis B
Hepatitis B berbentuk sebagai serum hepatitis. Virus Hepatitis B (HBV) adalah partikel double-sheel berisi DNA yang terdiri dari antigen (HBcAg), permukaan antigen (HBsAg) dan protein independent (HBeAg) dalam sirkulasi darah. Jenis penyebaran HBV adalah rute terkontaminasinya jaringan percutaneous dengan darah. Selain itu juga penyebarannya melalui mukosa membran dengan lewat:
1)      Kontak dengan cairan tubuh, seperti: semen, saliva dan darah.
2)      Kontaminasi dengan luka yang terbuka.
3)      Peralatan dan perlengkapan yang terjangkit.
Contoh waktu terjadinya transmisi (penyebaran) antara lain:
1)      Jarum suntik (secara sengaja atau kebetulan).
2)      Transfusi darah yang terkontaminasi dengan luka, goresan atau lecet.
3)      Mulut atau mata yang terkontaminasi selama irigasi luka atau suction.
HBV dapat terjadi klien yang menderita AIDS. HBV lebih menjangkit atau berbahaya dari pada HIV, di mana sebagai penyebab AIDS. Untuk penyebab ini Hepatitis B mendapat tempat terbesar untuk perawatan kesehatan profesional.
Hepatitis B dapat tersebar melalui hubungan sex dan khususnya para gay  (male-homo) (Dindzans,1999). Virus ini dapat juga tersebar dengan melalui penggunaan peralatan tato dan pelubang daun telinga penggunaan yang terkontaminasi pada perlengkapan pembagian obat (terkontaminasinya perlengkapan pembagian obat) berciuman dan perlengkapan lainnya seperti: cangkir, pasta gigi, dan rokok.
Perjalanan penyakit Hepatitis B sangat beragam. Hepatitis B kemungkinan mempunyai serangan tipuan dengan sinyal yang lemah dan sekumpulan penyakit atau komplikasi yang serius seperti: masa inkubasi 40 sampai dengan 180 hari, tetapi Hepatitis B secara umum akan berkembang 60 sampai 90 hari setelah pembukaan (terserang). Penyakit liver kronik berkembang 5% pada klien dengan infeksi HBV akut.
3.    Hepatitis C
Virus Hepatits C (HCV) sama dengan HBV, dan mempunyai pengurai seperti flavi-virus, virus pemutus rantai RNA. HCV penyebarannya melalui darah dan produksi darah dan terindentitas pada gay, tersebar selama hubungan sex. Symptom berkembang 40 sampai 100 hari setelah penyerangan virus.
Masa inkubasi adalah 2 sampai 22 minggu dengan rata-rata masa inkubasi 8 minggu. Akibat meningkatnya Hepatitis C dan Hepatitis B pada klien yang sama, epidemiologi dan hepatologi dipelajari dengan seksama. Klien yang menggunakan obat secara IV menyebabkan 40% terjangkit HCV.
4.    Hepatitis D
Hepatitis D disebabkan karena terinfeksi HDV, virus RNA yang tidak sempurna membutuhkan fungsi pembantu HBV. HDV bergabung dengan HBV dengan kehadirannya dibutuhkan untuk replikasi virus. Virus delta dapat menjangkit pada klien secara simultan dengan HBV atau bisa juga dengan meninfeksi secara superimpose pada klien yang terinfeksi HBV super infeksi kemungkinan mempunyai waktu hidup yang sama dengan Hepatitis B kronik dan mungkin juga berkembang dalam keadaan carrier yang kronik. Transmisi  primer penyakit ini melalui route non-percuntaneous, terutama hubungan personal yang tertutup (selingkuh).
Durasi infeksi HDV ditentukan dengan durasi infeksi HBV tidak lebih lama dari infeksi HBV. Bagaimanapun infeksi HDV kronik menunjukkan adanya kemajuan yang cepat dari penyakit liver, penyebab penambah kerusakan hati yang telah siap disatukan dari infeksi HBV kronik.
5.    Hepatitis E
Virus hepatitis sangat mudah dikenal dengan epidemis cairan dari hepatitis, sejak ditemukan epidemi di Asia, Afrika dan Mexico. Di AS dan Canada hepatitis E terjadi pada orang-orang yang mengunjungi daerah endemic. Virus rantai tunggal  RNA dikirimkan melalui rute oral-fecal dan menyerupai virus hepatitis A. HEV mempunyai periode inkubasi 2-9 minggu. Hepatitis E tidak menuju infeksi kronik atau carier.
B.  Etiologi
Penyebab hepatitis meliputi:
1.    Infeksi virus.
2.    Obat-obatan, bahan kimia, dan racun.
3.    Reaksi transfusi darah yang tidak terlindungi virus hepatitis.
Tanda
Hepatitis A
Hepatitis B
Hepatitis C (non-A, non-B) Hepatitis
Delta Hepatitis
Hepatitis E
Persamaan
·  Infeksi
hepatitis
·  Inkubasi hepatitis yang pendek.
·       Serum hepatiti.
·       Inkubasi hepatitis yang panjang.


Epidemi non-A,non-B hepatitis atau dengan masuknya transmisi hepatitis.
Diagnosis penyakit akut.
Anti HAV Ig  dalam serum.
HBsAg dalam serum.

Anti HDV
Anti HEV
Waktu inkubasi.
28 -94 hari.

17-98 hari.


17-98 hari.
2-9 minggu

Kelompok resiko tinggi.

Lebih
Banyak
pada anak
anak dan latar belakang institusional.
Semua umur berisiko, terutama pecandu obat, dan orang-orang kesehatan.
Semua umur, terjadi setelah transfusi darah.
Pecandu obat.





Orang yang tinggal pada daerah kumuh.
Musim
Penghujan
dan awal
kemarau.
Setiap tahun
Setiap tahun
Setiap tahun
Setiap tahun
Transmisi
Melalui oral fecal antara seseorang yang tinggal bersama dengan kontak langsung.
Melalui transfusi darah dan produk darah.
Darah dan cairan darah.
Infeksi gabungan dari hepatitis B, nonperkutan, kontak tertutup.
Melalui  oral fecal, transmisi dari cairan yang terkontaminasi

C.  Manifestasi Klinis
Menurut Brunner & Suddarth (2013 : 221) tanda gejala hepatitis pada masa tunas yaitu :
Virus A                   : 15-45 hari (rata-rata 25 hari)
Virus B                   : 40-180 hari (rata-rata 75 hari)
Virus non A dan non B: 15-150 hari (rata-rata 50 hari)
Menurut Marwani (2009 : 38) menjelaskan bahwa tanda dan gejala ada 3 fase yaitu:
1.    Fase Pre Ikterik
Keluhan umumnya tidak khas. Keluhan yang disebabkan infeksi virus berlangsung sekitar 2-7 hari. Nafsu makan menurun (pertama kali timbul), nausea, vomitus, perut kanan atas (ulu hati) dirasakan sakit. Seluruh badan pegal-pegal terutama di pinggang, bahu dan malaise, lekas capek terutama sore hari, suhu badan meningkat sekitar 39oC berlangsung selama 2-5 hari, pusing, nyeri persendian. Keluhan gatal-gatal mencolok pada hepatitis virus B.
2.    Fase Ikterik
Urine berwarna seperti teh pekat, tinja berwarna pucat, penurunan suhu badan disertai dengan bradikardi. Ikterus pada kulit dan sklera yang terus meningkat pada minggu I, kemudian menetap dan baru berkurang setelah 10-14 hari. Kadang-kadang disertai gatal-gatal pasa seluruh badan, rasa lesu dan lekas capai dirasakan selama 1-2 minggu.
3.    Fase penyembuhan
Dimulai saat menghilangnya tanda-tanda ikterus, rasa mual, rasa sakit di ulu hati, disusul bertambahnya nafsu makan, rata-rata 14-15 hari setelah timbulnya masa ikterik. Warna urine tampak normal, penderita mulai merasa segar kembali, namun lemas dan lekas lelah.
Menurut Nanda Nic Noc (2015) Manifestasi klinis yang muncul adalah :
1.    Malaise, anoreksia, mual dan muntah
2.    Gejala flu, faringitis, batuk, coryza, fotofobia, sakit kepala dan myalgia.
3.    Demam ditemukan pada infeksi HAV
4.    Ikterus didahului dengan kemunculan urine berwarna gelap
5.    Pruritus (biasanya ringan dan sementara)
6.    Nyeri tekanan pada hati
7.    Splenomegali ringan
8.    Limfadenopati.




Pathway





D.  Pemeriksaan Diagnostik
Menurut Mandal, B.K dkk (2008 : 168) pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada pasien hepatitis adalah:
1.      Laboratorium
a.  Pemeriksaan Pigmen
1)   urobilirubin direk
2)   bilirubun serum total
3)   bilirubin urine
4)   urobilinogen urine
5)   urobilinogen feses
b. Pemeriksaan Protein
1)   protein totel serum
2)   albumin serum
3)   globulin serum
4)   HBsAg
c.  Waktu protombin
1)      respon waktu protombin terhadap vitamin K
d. Pemeriksaan serum transferase dan transaminase
1)   AST atau SGOT
2)   ALT atau SGPT
3)   LDH
4)   Amonia serum
2.      Radiologi
a.  foto rontgen abdomen
b. pemindahan hati dengan preparat technetium,
c.  emas, atau  rose bengal yang berlabel radioaktif
d. kolestogram dan kalangiogram
e.  arteriografi pembuluh darah seliaka
3.      Pemeriksaan tambahan
a.  Laparascopy
b. Biopsi hati
E.  Penatalaksanaan
Jika seseorang telah di diagnosa menderita penyakit hepatitis, maka ia perlu mendapatkan perawatan. Pengobatan harus dipercepat supaya virus tidak menyebar. Jika tindakan penanganan lambat membuat kerusakan lebih besar pada hati dan menyebabkan kanker.
1.    Penanganan dan pengobatan hepatitis A
Penderita yang menunjukan gejala hepatitis A diaharapkan untuk tidak banyak beraktivitas serta segera mengunjungi fasilitas pelayanan kesehatan terdekat untuk mendapatkan pengobatan dari gejala yang timbul. Dapat diberikan pengobatan simptomatik, seperti antipeuretik dan analgetik serta vitamin untuk meningkatkan daya tahan tubuh dan nafsu makan serta obat-obatan yang mengurangi rasa mual dan muntah.
2.    Penanganan dan pengobatan hepatitis B
Setelah diagnose ditegakkan sebagai hepatitis B, maka ada beberapa cara pengobatan untuk hepatitis B, yaitu pengobatan oral dan injeksi.
a.    Pengobatan Oral
1)   Lamivodin; dari kelompok nukleosida analok, dikenal dengan nama 3TC. Obat ini digunakan bagi dewasa maupun anak-anak, pemakaian obat ini cenderung meningkatkan enzim hati (ALT) untuk itu penderita akan mendapat monitor bersinambungan dari dokter.
2)   Adefovir dipivoxil (Hepsera) ; pemberian secara oral akan lebih efektif, tetapi pemberian dengan dosis yang tinggi akan berpengaruh buruk terhadap fungsi ginjal.
3)   Baraclude (Entecavir) ; obat ini berikan pada penderita hepatitis B kronik, efek samping dari pemakaian obat ini adalah sakit kepala, pusing, letih, mual dan terjadi peningkatan enzim hati

b. Pengobatan dengan injeksi
Microsphere; mengandung partikel radioaktif pemancar sinar beta yang akan menghancurkan sel kanker hati tanpa merusak jaringan sehat disekitarnya. Injeksi alfa interferon (intron A, infergen roseron) diberikan secara subkutan dengan skala pemberian 3 kali dalam seminggu selama 12 -16 minggu atau lebih. Efek samping pemberian obat ini adalah depresi, terutama pada penderita yang memiliki riwayat depresi sebelumnya. Efek lainnya adalah rasa sakit pada otot-otot, cepat letih dan sedikit menimbulkan demam yang hal ini dapat dihilangkan dengan pemberian antipeuretik
3.    Penanganan dan pengobatan hepatitis C
Saat ini pengobatan hepatitis C dilakukan dengan pemberian obat interferon alfa, pegeylateg interferon alfa dan ribavirin. Pengobatan pada penderita hepatitis C memerlukan waktu yang cukup lama bahkan ada penderita tertentu hal ini tidak dapat menolong, untuk itu perlu penanganan pada stadium awalnya. 
F.   Pemeriksaan Fisik
Pengkajian pada hepatitis menurut Muttaqin (2011 : 227) Pengkajian hepatitis terdiri atas pengkajian anamnesis, pemeriksaan fisik, dan evaluasi diagnostik. Pada pengkajian anamnesis didapatkan kondisi fase akut (subklinis hepatitis, hepatitis ikterik), fase subakut, dan faase kronis (asimtomatik hepatitis kronis, sirosis hepatoma).
Pengkajian riwayat penyakit sekarang didapatkan keluhan nyeri kepala, gangguan pola tidur, dan bisa didapatkan adanya perubahan kesadaran secara progresif sebagai respon dari hepatik ensefalopati, seperti kesadaran somnolen sampai koma (periode ini disebut juga dengan fase subakut). Pasien pada fase kronis palin umum adalah cepat lelah dalam melakukan aktivitas. Pada kondisi sirosis hepatis, keluhan yang didapatkan adalah perut membesar (asites), edema ekstrimitas dan adanya riwayat perdarahan (hematemesis dan melena).
Pengkajian riwayat penyakit terdahulu disesuaikan dengan predisposisi secara hematogen dan seksual. Perawat menanyakan pola hidup , penggunaan alkohol, perilaku seksual, penggunaan NAPZA (narkotik dan zat adiktif). Pengkajian riwayat penyakit dan pembedahan sebelumnya perlu dilakukan khususnya bila pernah mendapat terapi tranfusi darah.
Riwayat keluarga, khususnya pada ibu yang pernah menderita penyakit hepatitis kronik. Pada pemeriksaan fisik fokus akan di dapatkan hasil sebagai berikut:
1.    B1: Breathing (Respirasi)
Inspeksi               :  Penafasan normal, namun apabila sudah menjadi sirosis hepatis akan terlihat sesak dan menggunakan otot bantu nafas sekunder dari penurunan ekspansi rongga dada dari asites atau hepatomegali.
Palpasi                 :  Taktil premitus seimbang
Perkusi                 : Lapangan paru resonan.
Auskultasi           :  Secara umum normal, namun apabila sudah menjadi sirosis akan didapatkan suara nafas tambahan ronkhi akibat akumulasi sekret.
2.    B2: Blood (kardiovaskular, hematologi)
Inspeksi               :  Terdapat gejala Anemia dan terdapat tanda dan gejala pendarahan apabila hepatitis sudah kronis dan sudah menjadi sirosis hepatis. Dapat terjadi hipertermi karena invansi agent didalam sirkulasi darah terhadap inflamasi hepar.
Palpasi                 :  Peningkatan denyut nadi   
Perkusi                 :  -
Auskultasi           :  Biasanya normal.
3.    B3: Brain
Inspeksi               :  Sistem saraf : composmentis, namun pada kasus yang sudah sirosis hepatis akan terjadi penurunan kesadaran.
Palpasi                 :  -
Perkusi                 :  -
Auskultasi           :  -
4.    B4: Bladder (Genitourinari)
Inspeksi               :  Urine gelap warna kecoklatan, seperti teh atau cola
Palpasi                 :  Biasanya normal, tidak didapatkan tenderness
Perkusi                 :  -
Auskultasi           :  -
5.    B5: Bowel (Gastrointestinal)
Inspeksi               :  Tanda dan gejala gangguan gastrointestinal, seperti mual, muntah serta anoreksia dengan penurunan berat badan.
Palpasi                 :  Hepatosplenomegali ringan dan nyeri tekan (tenderness pada kuadran kanan atas.
Perkusi                 :  Nyeri ketuk pada kuadran kanan atas.
Auskultasi           :  Biasanya bising usus normal
6.    B6: Bone (Muskuloskeletal, integument)
Inspeksi               :  Pasien tampak kelelahan (fatigue), akan terjadi tremor dan atropi otot pada hepatitis kronis yang sudah menjadi sirosis hepatis. Kulit menjadi kuning akibat penumpukan pigmen empedu pada kulit.
Palpasi                 :  Penurunan kekuatan otot dan penurunan kemampuan dalam beraktifitas.
Perkusi                 :  -
Auskultasi           :  -
Pengkajian keperawatan berdasarkan Doengoes (2010) yaitu :
1.        Aktivitas/ Istirahat
Gejala                       : Kelemahan, kelelahan, malaise umum
2.        Sirkulasi
Tanda                       : Bradikardi hiperbilirubinemia berat, Ikterik pada sklera, kulit dan membran mukosa
3.        Eliminasi
Gejala                       : Urine gelap, Diare/konstipasi, feses warna tanah liat, adanya/ berulangnya hemodialisa.
4.        Makanan/Cairan
Gejala                       : Hilang nafsu makan (anoreksia), penurunan berat badan atau meningkat (edema), Mual atau muntah
Tanda                       : Asites
5.        Neurosensori
Tanda                       : Peka Rangsang, cenderung tidur, letargi, asteriksis
6.        Nyeri/Kenyamanan
Gejala                       : Kram abdomen, nyeri tekan kuadran kanan. Mialgia, artralgia, sakit kepala, gatal-gatalan (pruritus).
Tanda                       : Otot tegang, Gelisah
7.        Pernafasan               
Gejala                       : Tidak minat/ enggan merokok (perokok)
8.        Keamanan
Gejala                       : Adanya transfusi darah/produk darah
Tanda                       : Demam, ultikarya, lesi makulopapular, eritema. Eksaserbasi jerawat, Angioma jaring-jaring, eritema falmer, ginekomastia. (kadang- kadang ada pada hepatitis alkoholik), Splenomegali, pembesaran nodus servikal Posterior.     
9.        Seksualitas
Gejala                       : Pola prilaku meningkatkan risiko terpajan.
10.    Penyuluhan/Pembelajaran
Gejala                       : Riwayat diketahui / mungkin terpajan pada virus, bakteri, atau toksin (makanan terkontaminasi, air, jarum, alat bedah atau darah: Pembawa (simptomatik atau asimptomatik), adanya prosedur bedah dengan anestesi haloten: terpajan pada kimia  toksik (contoh; karbon tertraklorida, vinil  klorida) Obat resep (contoh; Sulfonamid, fenotiazid, isoniazid) Obat jalanan (IV) atau penggunaan alkohol. Diabetes, Gagal jantung kronis, atau penyakit yang adanya infeksi seperti Flu pada pernafasan atas.


G. Diagnosa keperawatan
Diagnosa Keperawatan menurut Nanda Nic Nic (2015) Beberapa masalah keperawatan yang mungkin muncul pada penderita hepatitis:
1.    Hipertermi berhubungan dengan invasi agent dalam sirkulasi darah sekunder terhadap inflamasi hepar.
2.    Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan perasaan tidak nyaman di kuadran kanan atas, gangguan absorbs dan metabolism pencernaan makanan, kegagalan masukan untuk memenuhi kebutuhan metabolic karena anoreksia, mual, muntah.
3.    Nyeri akut berhubungan dengan pembengkakan hepar yang mengalami inflamasi hati dan bendungan vena porta.
4.    Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum respon dari perubahan metabolism sistemik, ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
5.    Aktual/ resiko ketidakseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan muntah, penurunan intake cairan oral, diaphoresis.
6.    Pemenuhan Informasi berhubungan dengan ketidakadekuatan informasi penatalaksanaan perawatan dan pengobatan, rencana perawatan dirumah.
H.  Intervensi
Diagnosa Keperawatan 1
Hipertermi berhubungan dengan invasi agent dalam sirkulasi darah sekunder
terhadap inflamasi hepar.
Tujuan                      :  Dalam waktu 1 x 24 jam terjadi penurunan suhu tubuh
Kriteria hasil             :  Suhu tubuh dalam batas normal, diaphoresis berkurang
Intervensi :
1.    Kaji pengetahuan pasien dan keluarga tentang cara menurunkan suhu tubuh
Rasional     :  Sebagai data dasar untuk memberikan intervensi selanjutnya.
2.    Lakukan tirah baring pada fase akut
Rasional     :  Penurunan aktivitas akan menurunkan laju metabolism yang tinggi pada fase akut, dengan demikian dapat membantu menurunkan suhu tubuh.
3.    Atur lingkungan yang kondusif
Rasional     :  Kondisi ruangan kamar yang tidak panas, tidak bising dan sedikit pengunjung memberikan efektivitas terhadap proses penyembuhan. Pada suhu ruangan kamar yang tidak panas, maka akan terjadi perpindahan suhu tubuh dari tubuh pasien keruangan. Proses pengeluaran ini disebut radiasi dan konveksi.
4.    Beri kompres dengan air dingin (air biasa) pada daerah aksila, lipat paha, dan temporal bila terjadi panas.
Rasional     :  Kompres dingin merupakan teknik penurunan suhu tubuh dengan meningkatkan efek konduktivitas. Area yang digunakan adalah tempat di mana pembuluh darah arteri besar berada sehingga meningkatkan efektivitas dari proses konduksi.
5.    Beri dan ajurkan keluarga untuk memakaikan pakaian yang dapat menyerap keringat seperti katun.
Rasional     :  Pengeluaran suhu tubuh dengan cara evavorasi berkisar 22% deri pengeluaran suhu tubuh. Pakaian yang mudah menyerap keringat sangat efektif meningkatkan efek dari evaporasi.
6.    Lakukan dan anjurkan keluarga untuk melakukan masase pada eksteremitas
Rasional     :  Masase dilakukan untuk meningkatkan aliran darah ke perifer dan terjadi vasodilatasi perifer yang meningkatkan efek evavorasi. Penggunaan cairan penghangat seperti minyak kayu putih dapat digunakan untuk meningkatkan efektivitas intervensi masase.
7.    Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat antipiretik.
Rasional     :  Antipiretik bertujuan untuk memblok respons panas sehingga suhu tubuh pasien dapat lebih cepat menurun.
Diagnosa Keperawatan 2
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan perasaan tidak nyaman di kuadran kanan atas, gangguan absorbs dan metabolism pencernaan makanan, kegagalan masukan untuk memenuhi kebutuhan metabolic karena anoreksia, mual, muntah.
Tujuan                      :  Dalam waktu 3x24 jam pasien akan mempertahankan kebutuhan nutrisi yang adekuat.
Kriteria evaluasi       :  Membuat pilihan diet untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dalam situasi individu
                                    Menunjukan peningkatan BB (Berat Badan)
Intervensi
1.    Kaji status nutrisi pasien, turgor kulit, berat badan, dan derajat penurunan berat badan, integritas mukosa oral, kemampuan menelan, riwayat mual/muntah serta diare.
Rasional     :  Memvalidasi dan mentapkan derajat masalah untuk menetapkan pilihan intevensi yang tepat.
2.    Kaji pengetahuan pasien tentang intake nutrisi
Rasional     :  Tingkat pengetahuan dipengaruhi oleh kondisi sosial ekonomi pasien. Perawat menggunakan pendekatan yang sesuai dengan kondisi pasien. Dengan mengetahui tingkat pengetahuan tersebut perawat dapat lebih terarah dalam memberikan pendidikan yang sesuai dengan pengetahuan pasien secara efisien dan efektif.
3.    Monitor perkembangan berat badan
Rasional     :  Penimbangan berat badan dilakukan sebagai evaluasi terhadap intervensi yang diberikan.
4.    Anjurkan makan tiga kali sehari dengan diet yang disukai pasien, tetapi menghindari predisposisi peningkat asam.
Rasional     :  Karena sedikit bukti bahwa yang mendukung teori bahwa diet saring (blender) lebih menguntungkan daripada makanan biasa, maka pasien telah dianjurkan untuk makan apa saja yang disukainya. Namun ada beberapa kewaspadaan untuk dipertimbangkan pada tahap awal penyembuhan. Selain itu, upaya dibuat untuk menetralisasi asam dengan makan tiga kali sehari makanan biasa. Makan sedikit tapi sering tidak diperlukan selama antasida atau penyekat histamine digunakan.
5.    Beri diet sesuai kondisi klinik
Rasional     :  Pada kondisi akut dan hepatitis kronis (non sirosis) pemberian diet tidak ada pembatasan. Pada sirosis (tanda-tanda yang menonjol atau ensefalopati hipertensi portal). Diet natrium rendah (1,5g/hari), tinggi kalori protein. Dalam kasus hiponatremia cairan pembatasan (1,5L/hari).
6.    Berikan makan dengan perlahan pada lingkungan yang tenang
Rasional     :  Pasien dapat berkonsentrasi pada mekanisme makan tanpa adanya distraksi atau gangguan dari luar.
7.    Kolaborasi dengan ahli diet untuk menetapkan komposisi dan jenis diet yang tepat.
Rasional     ;  Merencanakan diet dengan kandungan nutrisi yang adekuat untuk memenuhi peningkatan kebutuhan energi dan kalori sehubungan dengan perubahan metabolik pasien.

Diagnosa Keperawatan 3
Nyeri akut berhubungan dengan pembengkakan hepar yang mengalami inflamasi hati dan bendungan vena porta.
Tujuan                      :  Individu mengungkapkan kepuasan setelah pemberian tindakan pereda nyeri.
Intervensi
1.    Kaji nyeri yang dialami klien
Rasional     :  Mengidentifikasi keadaan nyeri yang sedang dirasakan dan dapat dilakukan intervensi lebih lanjut.
2.    Kaji faktor yang meningkatkan nyeri
Rasional     :  Nyeri dapat dikurangi apabila penyebab nyeri sudah diketahui.
3.    Anjurkan klien melakukan kompres panas apabila nyeri
Rasional     :  Pembuluh darah akan berdilatasi sehingga suplai darah akan meningkat dan dapat mengurangi nyeri.
4.    Ajarkan klien melakukan metode distraksi (berhitung atau berbicara dengan orang lain) apabila nyeri terasa.
Rasional     :  Intervensi kognitif untuk nyeri berupaya memodifikasi proses pikir guna menghilangkan nyeri.
5.    Kolaborasi: pemberian analgetik
Rasional     :  Membantu mengurangi nyeri.

Diagnosa Keperawatan 4
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum respon dari perubahan metabolism sistemik, ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.
Tujuan                      :  Dalam waktu 3x24 jam perawatan diri pasien optimal sesuai dengan tingkat intoleransi individu.
Kriteria Evaluasi      :  Kebutuhan sehari-hari pasien dapat terpenuhi
                                    Tidak terjadi komplikasi sekunder, seperti peningkatan suhu tubuh dan diaphoresis.
Intervensi
1.    Kaji skala otot dan skala aktivitas
2.    Kaji perubahan sistem saraf pusat
Rasional     :  Identifikasi terhadap kondisi penurunan tingkat kesadaran
3.    Lakukan tirah baring, khususnya pada fase akut
Rasional     :  Selama stadium akut pada hepatitis, intervensi ditujukan menghentikan peradangan sel-sel hati sampai terjadi peningkatan regenerasi sel hati. Istirahat merupakan intervensi yang penting untuk mengurangi permintaan metabolism hati sehingga hati mempunyai kesempatan untuk melakukan recovery atau perbaikan.
4.    Berikan lingkungan psikologis yang kondusif
Rasional     :  Lingkungan yang tenang akan menurunkan stimulus psikologis eksternal dan pembatasan pengunjung akan membantu meningkatkan kondisi oksigen ruangan dimana akan berkurang apabila banyak pengunjung yang berada diruangan.
5.    Bantu aktivitas sehari-hari pasien
Rasional     :  Walaupun pasien mengalami intervensi tirah baring, aktivitas sehari-hari pasien seperti makan sendiri dan menggunakan pakaian dapat dilakukan seperti biasa ditempat tidur. Perawat membantu menfasilitasi kebutuhan pasien untuk melakukan perawatan diri.
Diagnosa Keperawatan 5
Aktual/resiko ketidakseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan muntah, penurunan intake cairan oral, diaphoresis.
Tujuan                      :  Dalam waktu 3x24 jam pascarehidrasi, asupan cairan dan elektrolit optimal.
Kriteria Evaluasi      : 
·      Pasien tidak mengeluh pusing, TTV dalam batas normal, kesadaran optimal.
·      Membran mukosa lembab, turgor kulit normal, CRT <3 detik
·      Laboraturium: Nilai elektrolit normal, analisis darah normal.
·      Penurunan respons muntah.
Intervensi
1.    Intervensi pemenuhan cairan :
a.    Identifikasi faktor penyebab, awitan (onset), spesifikasi usia dan adanya riwayat penyakit lain.
Rasional          :  Parameter dalam menentukan intervensi kedaruratan. Adanya riwayat keracunan dan usia anak atau usia lanjut usia memberikan tingkat keparahan dari kondisi ketidakseimbangan cairan dan elektrolit.
b.    Kolaborasi skor dehidrasi
Rasional          :  Menentukan jumlah cairan yang akan diberikan sesuai dengan derajat dehidrasi dari individu.
c.    Lakukan pemasangan IVFD
Rasional          :  Apabila kondisi diare dan muntah berlanjut, maka lakukan pemasangan IVFD. Pemberian cairan intravena disesuaikan dengan derajat dehidrasi. Pemberian 1-2 L cairal RL secara tetes cepat sebagai kompensasi awal hidrasi cairan diberikan untuk mencegah syok hipovolemik.
2.    Dokumentasi dengan akurat tentang intake dan output cairan
Rasional     :  Sebagai evaluasi penting dari intervensi hidrasiu dan mencegah terjadinya overhidrasi.
3.    Bantu pasien apabila muntah
Rasional     :  Aspirasi muntah dapat terjadi terutama pada usia lanjut dengan perubahan kesadaran. Perawat mendekatkan tempat muntah dan memberikan masase ringan pada pundak untuk membentu menurunkan respons nyeri dan muntah
4.    Intervensi pada penurunan kadar elektrolit:
a.    Evaluasi kadar elektrolit serum
Rasional          :  Untuk mendeteksi adanya kondisi hiponatremi dan hipokalemi sekunder dan hilangnya elektrolit dari plasma.
b.    Dokumentasi perubahan kinik dan laporkan dengan tim medis.
Rasional          :  Perubahan klinik seperti penurunan urine output secara akut perlu diberitahu kepada tim medis untuk mendapatkan intervensi selanjutnya dan menurunkan resiko terjadinya asidosis metabolik.

Diagnosa Keperawatan 6
Pemenuhan Informasi berhubungan dengan ketidakadekuatan informasi penatalaksanaan perawatan dan pengobatan, rencana perawatan dirumah.
Tujuan                      :  Dalam waktu 1x24 jam informasi kesehatan terpenuhi
Kriteria Evaluasi      :  Pasien mampu menjelaskan kembali pendidikan kesehatan yang diberikan
                                    Pasien termotivasi untuk melaksanakan penjelasan yang telah diberikan.
Intervensi
1.    Kaji tingkat pengetahuan pasien tentang koindisi penyakit dan rencana perawatan dirumah.
Rasional     :  tingkat pengetahuan dipengaruhi oleh kondisi sosial ekonomi pasien. Perawat menggunakan pendekatan yang sesuai dengan kondisi individu pasien. Dengan mengetahui tingkat pengetahuan tersebut, perawat dapat lebih terarah dalam memberikan pendidikan yang sesuai dengan pengetahuan pasien secara efisien dan efektif.
2.    Cari sumber yang meningkatkan penerimaan informasi
Rasional     :  Keluarga terdekat dengan pasien perlu dilibatkan dalam pemenuhan informasi untuk menurunkan resiko misinterpretasi terhadap informasi yang diberikan.
3.    Beritahu kondisi penyakit hepatitis A
Rasional     :  Pasien dan orang tua harus diberitahu mengenai penularan virus hepatitis A dan kebersihan yang layak.
                     Pencegahan umum terdiri atas menjaga kebersihan, mencuci tangan, menelan air minum yang dimasak, dan sanitasi yang baik.
                     Buah-buahan dan sayuran tidak boleh dimakan kecuali dimasak atau dikupas.
                     Jangan makan makanan laut mentah atau setengah matang atau kerang-kerangan seperti tiram didaerah-daerah yang dipertanyakan kondisi sanitasinya.
4.    Berikan informasi pada pasien yang akan menjalani perawatan rumah meliputi :
a.    Anjurkan istirahat setelah pulang
Rasional          :  Pasien selama satu minggu tidak dianjurkan melakukan aktivitas rutin yang berat, seperti jogging, bersepeda, atau lari. Untuk aktivitas rutin dapat dilakukan sesuai tingkat toleransi individu. Pasien harus tidak kembali kesekolah atau bekerja selama satu minggu setelah onset penyakit.
b.    Beritahu untuk melakukan kontrol (follow up)
Rasional          :  Manindaklanjuti studi enzim hati harus dilakukan pada interval bulanan sampai pada tingkat normal. Jika ketinggian bertahan lebih lama dari 3 bulan, komplikasi atau tambahan diagnosis harus dipertimbangkan.
c.    Anjurkan pada keluarga lain untuk melakukan vaksinasi hepatitis A
Rasional          :  Praktek imunisasi di Indonesia telah merekomendasikan imunisasi universal pada semua anak berusia lebih dari satu tahun, termasuk imunisasi hepatitis A. pada anak lainnya atau orang dewasa dianjurkan untuk dilakukan pemberian vaksin hepatitis A.
d.   Ajarkan pasien untuk meningkatkan asupan cairan oral
Rasional          :  Minum banyak cairan dapat mencegah dehidrasi.
e.    Beritahu untuk menghindari obat yang bersifat hepatotoksik
Rasional          :  Hindari obat-obatan dari zat-zat yang dapat menyebabkan kerusakan pada hati seperti asetaminofen atau parasetamol dan preparat yang mengandung asetaminofen.
f.     Hindari minuman beralkohol
Rasional          :  Alkohol akan masuk ke intestinal dan harus dimetabolisme di hati sehingga memperberat fungsi hati.
g.    Beritahu pasien dan keluarga apabila didapatkan perubahan klinik untuk segera memeriksakan diri
Rasional          :  Intervesi penting untuk mencegah resiko kerusakan hati yang lebih parah.


DAFTAR PUSTAKA

Brunner dan Suddart. 2013. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC
Doengoes, Marilynn E. 2010. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta : EGC
Muttaqin, Arif. 2011. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem Gastrointestinal. Jakarta: Salemba Medika.
Mandal, B.K, dkk.  2008. Penyakit infeksi. Edisi keenam. Jakarta: EMS (Erlangga Medical Series).
Nanda Nic Noc. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis. Jogjakarta. Mediaction.
       

No comments:

Post a Comment