LAPORAN PENDAHULUAN HEPATITIS
A. Definisi
Hepatitis virus akut adalah penyakit pada hati yang
gejala utamanya berhubungan erat dengan adanya nekrosis pada hati. Biasanya
disebabkan oleh virus yaitu virus hepatitis A,virus hepatitis B,virus hepatitis
C,dll (Mansjoer, 2006 : 513).
Hepatitis adalah penyakit infeksi akut menular, dengan
gejala utama berhubungan erat dengan adanya nekrosis pada hati (Muwarni, 2009 :
37).
Hepatitis merupakan istilah umum yang berarti peradangan
pada sel-sel hati. Peradangan hati ini dapat disebabkan oleh infeksi, paparan
alcohol, obat-obatan tertentu, bahan kimia, atau racun, atau dari suatu
kelainan dari sistem kekebalan tubuh . Hepatitis infeksi dari virus (HAV, HBV,
HCV, HDV, HEV) mempunyai perbedaan dalam rute transmisi (Muttaqin, 2011)
Hepatisis adalah peradangan pada hati (liver) yang
disebabkan oleh virus. Virus hepatitis termasuk virus hepatotropik yang dapat
mengakibatkan hepatitis A atau HAV, hepatitis B (HBV), hepatitis C (HCV), Delta
hepatitis (HDV), Hepatitis E (HEV), Hepatitis F dan G (Nanda Nic Noc, 2015).
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hepatitis adalah
suatu peradangan dan merupakan penyakit infeksi menular akut yang terjadi pada
hati yang disebabkan oleh penyakit infeksi virus, toksin seperti obat-obatan,
bahan-bahan kimia, alkohol atau agen penyakit infeksi.
Klasifikasi Hepatitis
Lima jenis penyakit hepatitis virus akut dengan melalui
ragam penyerangan, ragam permulaan dan masa inkubasi (Mary Baradero 2008 : 29)
. Virus ini untuk jenis parenteral dan non parenteral sehubungan dengan
mekanisme transmisi (penyerangan).
Jenis non-parenteral: Hepatitis A dan Hepatitis E,
penyebaran virus melalui route oral-fecal. Jenis parenteral: Hepatitis B,
Hepatitis C, dan Hepatitis D, penyebarannya
melalui transfusi darah melalui pembuluh darah vena dan hubungan sex.
1.
Hepatitis
A
Bahan penyebab yang dapat menjangkit Hepatitis A
kemungkinannya adalah virus RNA dari golongan enterovirus. Karakteristik
Hepatitis A adalah sama dengan sifat khas dari syndroma virus dan sering kali
tidak dapat dikenali. Penyebaran Hepatitis A melalui rute oral-fecal dengan
ingesti oral dari ketidakbersihan fecal.
Air yang tidak bersih mengandung sumber penyakit atau
infeksi, kerang-kerang yang diambil dari air yang tercemar, dan makanan yang
tidak bersih karena terjamah oleh HAV. Virus dapat juga tersebar melalui
aktivitas sex oral-anal dan kadang-kadang melalui pembukaan pengeluaran fecal
dalam Rumah Sakit. Dalam kasus yang sama, Hepatitis A dapat juga bertransmisi
dalam aliran darah. Masa inkubasi Hepatitis A antara dua sampai enam minggu
dengan rata-rata waktu empat minggu. Penyakit ini dapat mengancam hidup manusia
(sangat berbahaya bagi hidup manusia).
Virus hepatitis A ditemukan pada tinja pasien yang
terinfeksi sebelum gejala muncul dan selama beberapa hari pertama menderita
sakit. Masa inkubasi 1-7 minggu, rata-rata 30 hari. Gejala anoreksia, ikterus,
nyeri epigastrium, nyeri ulu hati, platulensi.
2.
Hepatitis
B
Hepatitis B berbentuk sebagai serum hepatitis. Virus
Hepatitis B (HBV) adalah partikel double-sheel berisi DNA yang terdiri dari
antigen (HBcAg), permukaan antigen (HBsAg) dan protein independent (HBeAg)
dalam sirkulasi darah. Jenis penyebaran HBV adalah rute terkontaminasinya
jaringan percutaneous dengan darah. Selain itu juga penyebarannya melalui
mukosa membran dengan lewat:
1)
Kontak dengan cairan tubuh, seperti:
semen, saliva dan darah.
2)
Kontaminasi dengan luka yang terbuka.
3)
Peralatan dan perlengkapan yang
terjangkit.
Contoh waktu
terjadinya transmisi (penyebaran) antara lain:
1)
Jarum suntik (secara sengaja atau
kebetulan).
2)
Transfusi darah yang terkontaminasi
dengan luka, goresan atau lecet.
3) Mulut
atau mata yang terkontaminasi selama irigasi luka atau suction.
HBV
dapat terjadi klien yang menderita AIDS. HBV lebih menjangkit atau berbahaya
dari pada HIV, di mana sebagai penyebab AIDS. Untuk penyebab ini Hepatitis B
mendapat tempat terbesar untuk perawatan kesehatan profesional.
Hepatitis
B dapat tersebar melalui hubungan sex dan khususnya para gay (male-homo) (Dindzans,1999). Virus ini dapat
juga tersebar dengan melalui penggunaan peralatan tato dan pelubang daun
telinga penggunaan yang terkontaminasi pada perlengkapan pembagian obat (terkontaminasinya
perlengkapan pembagian obat) berciuman dan perlengkapan lainnya seperti:
cangkir, pasta gigi, dan rokok.
Perjalanan
penyakit Hepatitis B sangat beragam. Hepatitis B kemungkinan mempunyai serangan
tipuan dengan sinyal yang lemah dan sekumpulan penyakit atau komplikasi yang
serius seperti: masa inkubasi 40 sampai dengan 180 hari, tetapi Hepatitis B
secara umum akan berkembang 60 sampai 90 hari setelah pembukaan (terserang).
Penyakit liver kronik berkembang 5% pada klien dengan infeksi HBV akut.
3.
Hepatitis
C
Virus Hepatits C (HCV) sama dengan HBV, dan mempunyai
pengurai seperti flavi-virus, virus pemutus rantai RNA. HCV penyebarannya
melalui darah dan produksi darah dan terindentitas pada gay, tersebar selama
hubungan sex. Symptom berkembang 40 sampai 100 hari setelah penyerangan virus.
Masa inkubasi adalah 2 sampai 22 minggu dengan rata-rata
masa inkubasi 8 minggu. Akibat meningkatnya Hepatitis C dan Hepatitis B pada
klien yang sama, epidemiologi dan hepatologi dipelajari dengan seksama. Klien
yang menggunakan obat secara IV menyebabkan 40% terjangkit HCV.
4.
Hepatitis
D
Hepatitis D disebabkan karena terinfeksi HDV, virus RNA
yang tidak sempurna membutuhkan fungsi pembantu HBV. HDV bergabung dengan HBV
dengan kehadirannya dibutuhkan untuk replikasi virus. Virus delta dapat
menjangkit pada klien secara simultan dengan HBV atau bisa juga dengan
meninfeksi secara superimpose pada klien yang terinfeksi HBV super infeksi
kemungkinan mempunyai waktu hidup yang sama dengan Hepatitis B kronik dan
mungkin juga berkembang dalam keadaan carrier yang kronik. Transmisi primer penyakit ini melalui route
non-percuntaneous, terutama hubungan personal yang tertutup (selingkuh).
Durasi infeksi HDV ditentukan dengan durasi infeksi HBV
tidak lebih lama dari infeksi HBV. Bagaimanapun infeksi HDV kronik menunjukkan
adanya kemajuan yang cepat dari penyakit liver, penyebab penambah kerusakan
hati yang telah siap disatukan dari infeksi HBV kronik.
5.
Hepatitis
E
Virus hepatitis sangat mudah dikenal dengan epidemis
cairan dari hepatitis, sejak ditemukan epidemi di Asia, Afrika dan Mexico. Di
AS dan Canada hepatitis E terjadi pada orang-orang yang mengunjungi daerah
endemic. Virus rantai tunggal RNA
dikirimkan melalui rute oral-fecal dan menyerupai virus hepatitis A. HEV
mempunyai periode inkubasi 2-9 minggu. Hepatitis E tidak menuju infeksi kronik
atau carier.
B. Etiologi
Penyebab hepatitis meliputi:
1.
Infeksi
virus.
2.
Obat-obatan,
bahan kimia, dan racun.
3.
Reaksi
transfusi darah yang tidak terlindungi virus hepatitis.
Tanda
|
Hepatitis A
|
Hepatitis B
|
Hepatitis
C (non-A, non-B) Hepatitis
|
Delta
Hepatitis
|
Hepatitis
E
|
Persamaan
|
· Infeksi
hepatitis
· Inkubasi hepatitis yang pendek.
|
·
Serum hepatiti.
·
Inkubasi
hepatitis yang panjang.
|
|
|
Epidemi non-A,non-B hepatitis
atau dengan masuknya transmisi hepatitis.
|
Diagnosis penyakit akut.
|
Anti HAV
Ig dalam serum.
|
HBsAg dalam serum.
|
|
Anti HDV
|
Anti HEV
|
Waktu inkubasi.
|
28 -94 hari.
|
17-98 hari.
|
|
17-98 hari.
|
2-9 minggu
|
Kelompok resiko tinggi.
|
Lebih
Banyak
pada anak
anak dan latar belakang institusional.
|
Semua umur berisiko, terutama pecandu obat, dan
orang-orang kesehatan.
|
Semua umur, terjadi setelah
transfusi darah.
|
Pecandu obat.
|
Orang yang tinggal pada
daerah kumuh.
|
Musim
|
Penghujan
dan awal
kemarau.
|
Setiap tahun
|
Setiap tahun
|
Setiap tahun
|
Setiap tahun
|
Transmisi
|
Melalui
oral fecal antara seseorang yang tinggal bersama dengan kontak langsung.
|
Melalui transfusi darah dan produk darah.
|
Darah dan cairan darah.
|
Infeksi gabungan dari
hepatitis B, nonperkutan, kontak tertutup.
|
Melalui oral fecal, transmisi dari cairan yang
terkontaminasi
|
C. Manifestasi
Klinis
Menurut
Brunner & Suddarth (2013 : 221) tanda gejala hepatitis pada masa tunas yaitu :
Virus
A : 15-45 hari
(rata-rata 25 hari)
Virus
B : 40-180 hari
(rata-rata 75 hari)
Virus
non A dan non B: 15-150 hari (rata-rata 50 hari)
Menurut
Marwani (2009 : 38) menjelaskan bahwa tanda dan gejala ada 3 fase yaitu:
1.
Fase Pre Ikterik
Keluhan
umumnya tidak khas. Keluhan yang disebabkan infeksi virus berlangsung sekitar
2-7 hari. Nafsu makan menurun (pertama kali timbul), nausea, vomitus, perut
kanan atas (ulu hati) dirasakan sakit. Seluruh badan pegal-pegal terutama di
pinggang, bahu dan malaise, lekas capek terutama sore hari, suhu badan
meningkat sekitar 39oC berlangsung selama 2-5 hari, pusing, nyeri
persendian. Keluhan gatal-gatal mencolok pada hepatitis virus B.
2.
Fase Ikterik
Urine
berwarna seperti teh pekat, tinja berwarna pucat, penurunan suhu badan disertai
dengan bradikardi. Ikterus pada kulit dan sklera yang terus meningkat pada minggu
I, kemudian menetap dan baru berkurang setelah 10-14 hari. Kadang-kadang
disertai gatal-gatal pasa seluruh badan, rasa lesu dan lekas capai dirasakan
selama 1-2 minggu.
3.
Fase penyembuhan
Dimulai
saat menghilangnya tanda-tanda ikterus, rasa mual, rasa sakit di ulu hati,
disusul bertambahnya nafsu makan, rata-rata 14-15 hari setelah timbulnya masa
ikterik. Warna urine tampak normal, penderita mulai merasa segar kembali, namun
lemas dan lekas lelah.
Menurut Nanda Nic Noc (2015) Manifestasi klinis yang
muncul adalah :
1.
Malaise,
anoreksia, mual dan muntah
2.
Gejala
flu, faringitis, batuk, coryza, fotofobia, sakit kepala dan myalgia.
3.
Demam
ditemukan pada infeksi HAV
4.
Ikterus
didahului dengan kemunculan urine berwarna gelap
5.
Pruritus
(biasanya ringan dan sementara)
6.
Nyeri
tekanan pada hati
7.
Splenomegali
ringan
8.
Limfadenopati.
Pathway
D. Pemeriksaan
Diagnostik
Menurut Mandal, B.K dkk (2008 : 168) pemeriksaan
penunjang yang dilakukan pada pasien hepatitis adalah:
1.
Laboratorium
a. Pemeriksaan Pigmen
1)
urobilirubin
direk
2)
bilirubun
serum total
3)
bilirubin
urine
4)
urobilinogen
urine
5)
urobilinogen
feses
b. Pemeriksaan Protein
1)
protein
totel serum
2)
albumin
serum
3)
globulin
serum
4)
HBsAg
c. Waktu protombin
1)
respon
waktu protombin terhadap vitamin K
d. Pemeriksaan serum transferase dan transaminase
1)
AST
atau SGOT
2)
ALT
atau SGPT
3)
LDH
4)
Amonia
serum
2.
Radiologi
a. foto rontgen abdomen
b. pemindahan hati dengan preparat technetium,
c. emas, atau rose
bengal yang berlabel radioaktif
d. kolestogram dan kalangiogram
e. arteriografi pembuluh darah seliaka
3.
Pemeriksaan
tambahan
a. Laparascopy
b. Biopsi hati
E. Penatalaksanaan
Jika seseorang telah di diagnosa menderita penyakit
hepatitis, maka ia perlu mendapatkan perawatan. Pengobatan harus dipercepat
supaya virus tidak menyebar. Jika tindakan penanganan lambat membuat kerusakan
lebih besar pada hati dan menyebabkan kanker.
1.
Penanganan
dan pengobatan hepatitis A
Penderita yang menunjukan gejala hepatitis A diaharapkan
untuk tidak banyak beraktivitas serta segera mengunjungi fasilitas pelayanan
kesehatan terdekat untuk mendapatkan pengobatan dari gejala yang timbul. Dapat
diberikan pengobatan simptomatik, seperti antipeuretik dan analgetik serta
vitamin untuk meningkatkan daya tahan tubuh dan nafsu makan serta obat-obatan
yang mengurangi rasa mual dan muntah.
2.
Penanganan
dan pengobatan hepatitis B
Setelah diagnose ditegakkan sebagai hepatitis B, maka ada
beberapa cara pengobatan untuk hepatitis B, yaitu pengobatan oral dan injeksi.
a.
Pengobatan
Oral
1)
Lamivodin;
dari kelompok nukleosida analok, dikenal dengan nama 3TC. Obat ini digunakan
bagi dewasa maupun anak-anak, pemakaian obat ini cenderung meningkatkan enzim
hati (ALT) untuk itu penderita akan mendapat monitor bersinambungan dari
dokter.
2)
Adefovir
dipivoxil (Hepsera) ; pemberian secara oral akan lebih efektif, tetapi
pemberian dengan dosis yang tinggi akan berpengaruh buruk terhadap fungsi
ginjal.
3)
Baraclude
(Entecavir) ; obat ini berikan pada penderita hepatitis B kronik, efek samping
dari pemakaian obat ini adalah sakit kepala, pusing, letih, mual dan terjadi
peningkatan enzim hati
b. Pengobatan dengan injeksi
Microsphere; mengandung partikel radioaktif pemancar
sinar beta yang akan menghancurkan sel kanker hati tanpa merusak jaringan sehat
disekitarnya. Injeksi alfa interferon (intron A, infergen roseron) diberikan
secara subkutan dengan skala pemberian 3 kali dalam seminggu selama 12 -16
minggu atau lebih. Efek samping pemberian obat ini adalah depresi, terutama
pada penderita yang memiliki riwayat depresi sebelumnya. Efek lainnya adalah
rasa sakit pada otot-otot, cepat letih dan sedikit menimbulkan demam yang hal
ini dapat dihilangkan dengan pemberian antipeuretik
3.
Penanganan
dan pengobatan hepatitis C
Saat ini pengobatan hepatitis C dilakukan dengan
pemberian obat interferon alfa, pegeylateg interferon alfa dan ribavirin.
Pengobatan pada penderita hepatitis C memerlukan waktu yang cukup lama bahkan
ada penderita tertentu hal ini tidak dapat menolong, untuk itu perlu penanganan
pada stadium awalnya.
F. Pemeriksaan
Fisik
Pengkajian pada hepatitis menurut Muttaqin (2011 : 227)
Pengkajian hepatitis terdiri atas pengkajian anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
evaluasi diagnostik. Pada pengkajian anamnesis didapatkan kondisi fase akut
(subklinis hepatitis, hepatitis ikterik), fase subakut, dan faase kronis
(asimtomatik hepatitis kronis, sirosis hepatoma).
Pengkajian riwayat penyakit sekarang didapatkan keluhan
nyeri kepala, gangguan pola tidur, dan bisa didapatkan adanya perubahan
kesadaran secara progresif sebagai respon dari hepatik ensefalopati, seperti
kesadaran somnolen sampai koma (periode ini disebut juga dengan fase subakut).
Pasien pada fase kronis palin umum adalah cepat lelah dalam melakukan
aktivitas. Pada kondisi sirosis hepatis, keluhan yang didapatkan adalah perut
membesar (asites), edema ekstrimitas dan adanya riwayat perdarahan (hematemesis
dan melena).
Pengkajian riwayat penyakit terdahulu disesuaikan dengan
predisposisi secara hematogen dan seksual. Perawat menanyakan pola hidup ,
penggunaan alkohol, perilaku seksual, penggunaan NAPZA (narkotik dan zat
adiktif). Pengkajian riwayat penyakit dan pembedahan sebelumnya perlu dilakukan
khususnya bila pernah mendapat terapi tranfusi darah.
Riwayat keluarga, khususnya pada ibu yang pernah
menderita penyakit hepatitis kronik. Pada pemeriksaan fisik fokus akan di
dapatkan hasil sebagai berikut:
1.
B1:
Breathing (Respirasi)
Inspeksi : Penafasan
normal, namun apabila sudah menjadi sirosis hepatis akan terlihat sesak dan
menggunakan otot bantu nafas sekunder dari penurunan ekspansi rongga dada dari
asites atau hepatomegali.
Palpasi : Taktil premitus seimbang
Perkusi : Lapangan paru resonan.
Auskultasi : Secara
umum normal, namun apabila sudah menjadi sirosis akan didapatkan suara nafas
tambahan ronkhi akibat akumulasi sekret.
2.
B2:
Blood (kardiovaskular, hematologi)
Inspeksi : Terdapat
gejala Anemia dan terdapat tanda dan gejala pendarahan apabila hepatitis sudah
kronis dan sudah menjadi sirosis hepatis. Dapat terjadi hipertermi karena
invansi agent didalam sirkulasi darah terhadap inflamasi hepar.
Palpasi : Peningkatan denyut nadi
Perkusi : -
Auskultasi : Biasanya
normal.
3.
B3:
Brain
Inspeksi : Sistem
saraf : composmentis, namun pada kasus yang sudah sirosis hepatis akan terjadi
penurunan kesadaran.
Palpasi : -
Perkusi : -
Auskultasi : -
4.
B4:
Bladder (Genitourinari)
Inspeksi : Urine
gelap warna kecoklatan, seperti teh atau cola
Palpasi : Biasanya normal, tidak didapatkan tenderness
Perkusi : -
Auskultasi : -
5.
B5:
Bowel (Gastrointestinal)
Inspeksi : Tanda
dan gejala gangguan gastrointestinal, seperti mual, muntah serta anoreksia
dengan penurunan berat badan.
Palpasi : Hepatosplenomegali ringan dan nyeri tekan (tenderness pada kuadran
kanan atas.
Perkusi : Nyeri ketuk pada kuadran kanan atas.
Auskultasi : Biasanya
bising usus normal
6.
B6:
Bone (Muskuloskeletal, integument)
Inspeksi : Pasien
tampak kelelahan (fatigue), akan terjadi tremor dan atropi otot pada hepatitis
kronis yang sudah menjadi sirosis hepatis. Kulit menjadi kuning akibat
penumpukan pigmen empedu pada kulit.
Palpasi : Penurunan kekuatan otot dan penurunan kemampuan dalam beraktifitas.
Perkusi : -
Auskultasi : -
Pengkajian keperawatan berdasarkan Doengoes (2010) yaitu :
1.
Aktivitas/
Istirahat
Gejala : Kelemahan, kelelahan, malaise umum
2.
Sirkulasi
Tanda : Bradikardi hiperbilirubinemia berat, Ikterik
pada sklera, kulit dan membran mukosa
3.
Eliminasi
Gejala : Urine gelap, Diare/konstipasi, feses warna
tanah liat, adanya/ berulangnya hemodialisa.
4.
Makanan/Cairan
Gejala : Hilang nafsu makan (anoreksia), penurunan berat
badan atau meningkat (edema), Mual atau muntah
Tanda : Asites
5.
Neurosensori
Tanda : Peka Rangsang, cenderung tidur, letargi,
asteriksis
6.
Nyeri/Kenyamanan
Gejala : Kram abdomen, nyeri tekan kuadran kanan.
Mialgia, artralgia, sakit kepala, gatal-gatalan (pruritus).
Tanda : Otot tegang, Gelisah
7.
Pernafasan
Gejala : Tidak minat/ enggan merokok (perokok)
8.
Keamanan
Gejala : Adanya transfusi darah/produk darah
Tanda : Demam, ultikarya, lesi makulopapular, eritema.
Eksaserbasi jerawat, Angioma jaring-jaring, eritema falmer, ginekomastia.
(kadang- kadang ada pada hepatitis alkoholik), Splenomegali, pembesaran nodus
servikal Posterior.
9.
Seksualitas
Gejala : Pola prilaku meningkatkan risiko terpajan.
10.
Penyuluhan/Pembelajaran
Gejala : Riwayat diketahui / mungkin terpajan pada virus, bakteri, atau
toksin (makanan terkontaminasi, air, jarum, alat bedah atau darah: Pembawa
(simptomatik atau asimptomatik), adanya prosedur bedah dengan anestesi haloten:
terpajan pada kimia toksik (contoh;
karbon tertraklorida, vinil klorida)
Obat resep (contoh; Sulfonamid, fenotiazid, isoniazid) Obat jalanan (IV) atau
penggunaan alkohol. Diabetes, Gagal jantung kronis, atau penyakit yang adanya
infeksi seperti Flu pada pernafasan atas.
G. Diagnosa
keperawatan
Diagnosa Keperawatan menurut Nanda Nic Nic (2015)
Beberapa masalah keperawatan yang mungkin muncul pada penderita hepatitis:
1. Hipertermi
berhubungan dengan invasi agent dalam sirkulasi darah sekunder terhadap
inflamasi hepar.
2. Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan perasaan tidak nyaman di
kuadran kanan atas, gangguan absorbs dan metabolism pencernaan makanan,
kegagalan masukan untuk memenuhi kebutuhan metabolic karena anoreksia, mual,
muntah.
3. Nyeri
akut berhubungan dengan pembengkakan hepar yang mengalami inflamasi hati dan
bendungan vena porta.
4. Intoleransi
aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum respon dari perubahan metabolism sistemik,
ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
5. Aktual/ resiko ketidakseimbangan
cairan dan elektrolit berhubungan dengan muntah, penurunan intake cairan oral,
diaphoresis.
6. Pemenuhan Informasi berhubungan
dengan ketidakadekuatan informasi penatalaksanaan perawatan dan pengobatan,
rencana perawatan dirumah.
H. Intervensi
Diagnosa Keperawatan 1
Hipertermi
berhubungan dengan invasi agent dalam sirkulasi darah sekunder
terhadap
inflamasi hepar.
Tujuan : Dalam waktu 1 x 24 jam terjadi penurunan suhu tubuh
Kriteria
hasil : Suhu tubuh dalam batas normal, diaphoresis berkurang
Intervensi
:
1.
Kaji
pengetahuan pasien dan keluarga tentang cara menurunkan suhu tubuh
Rasional : Sebagai
data dasar untuk memberikan intervensi selanjutnya.
2.
Lakukan
tirah baring pada fase akut
Rasional : Penurunan
aktivitas akan menurunkan laju metabolism yang tinggi pada fase akut, dengan
demikian dapat membantu menurunkan suhu tubuh.
3.
Atur
lingkungan yang kondusif
Rasional : Kondisi
ruangan kamar yang tidak panas, tidak bising dan sedikit pengunjung memberikan
efektivitas terhadap proses penyembuhan. Pada suhu ruangan kamar yang tidak
panas, maka akan terjadi perpindahan suhu tubuh dari tubuh pasien keruangan.
Proses pengeluaran ini disebut radiasi dan konveksi.
4.
Beri
kompres dengan air dingin (air biasa) pada daerah aksila, lipat paha, dan
temporal bila terjadi panas.
Rasional : Kompres
dingin merupakan teknik penurunan suhu tubuh dengan meningkatkan efek
konduktivitas. Area yang digunakan adalah tempat di mana pembuluh darah arteri
besar berada sehingga meningkatkan efektivitas dari proses konduksi.
5.
Beri
dan ajurkan keluarga untuk memakaikan pakaian yang dapat menyerap keringat
seperti katun.
Rasional : Pengeluaran
suhu tubuh dengan cara evavorasi berkisar 22% deri pengeluaran suhu tubuh.
Pakaian yang mudah menyerap keringat sangat efektif meningkatkan efek dari
evaporasi.
6.
Lakukan
dan anjurkan keluarga untuk melakukan masase pada eksteremitas
Rasional : Masase
dilakukan untuk meningkatkan aliran darah ke perifer dan terjadi vasodilatasi
perifer yang meningkatkan efek evavorasi. Penggunaan cairan penghangat seperti
minyak kayu putih dapat digunakan untuk meningkatkan efektivitas intervensi
masase.
7.
Kolaborasi
dengan dokter dalam pemberian obat antipiretik.
Rasional : Antipiretik
bertujuan untuk memblok respons panas sehingga suhu tubuh pasien dapat lebih
cepat menurun.
Diagnosa Keperawatan 2
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
perasaan tidak nyaman di kuadran kanan atas, gangguan absorbs dan metabolism
pencernaan makanan, kegagalan masukan untuk memenuhi kebutuhan metabolic karena
anoreksia, mual, muntah.
Tujuan : Dalam waktu 3x24 jam pasien akan
mempertahankan kebutuhan nutrisi yang adekuat.
Kriteria evaluasi : Membuat pilihan diet untuk memenuhi kebutuhan
nutrisi dalam situasi individu
Menunjukan
peningkatan BB (Berat Badan)
Intervensi
1. Kaji status nutrisi pasien,
turgor kulit, berat badan, dan derajat penurunan berat badan, integritas mukosa
oral, kemampuan menelan, riwayat mual/muntah serta diare.
Rasional : Memvalidasi dan mentapkan derajat masalah
untuk menetapkan pilihan intevensi yang tepat.
2. Kaji pengetahuan pasien tentang
intake nutrisi
Rasional : Tingkat pengetahuan dipengaruhi oleh kondisi
sosial ekonomi pasien. Perawat menggunakan pendekatan yang sesuai dengan
kondisi pasien. Dengan mengetahui tingkat pengetahuan tersebut perawat dapat
lebih terarah dalam memberikan pendidikan yang sesuai dengan pengetahuan pasien
secara efisien dan efektif.
3. Monitor perkembangan berat badan
Rasional : Penimbangan berat badan dilakukan sebagai
evaluasi terhadap intervensi yang diberikan.
4. Anjurkan makan tiga kali sehari
dengan diet yang disukai pasien, tetapi menghindari predisposisi peningkat
asam.
Rasional : Karena sedikit bukti bahwa yang mendukung
teori bahwa diet saring (blender) lebih menguntungkan daripada makanan biasa,
maka pasien telah dianjurkan untuk makan apa saja yang disukainya. Namun ada
beberapa kewaspadaan untuk dipertimbangkan pada tahap awal penyembuhan. Selain
itu, upaya dibuat untuk menetralisasi asam dengan makan tiga kali sehari
makanan biasa. Makan sedikit tapi sering tidak diperlukan selama antasida atau
penyekat histamine digunakan.
5. Beri diet sesuai kondisi klinik
Rasional : Pada kondisi akut dan hepatitis kronis (non
sirosis) pemberian diet tidak ada pembatasan. Pada sirosis (tanda-tanda yang
menonjol atau ensefalopati hipertensi portal). Diet natrium rendah (1,5g/hari),
tinggi kalori protein. Dalam kasus hiponatremia cairan pembatasan (1,5L/hari).
6. Berikan makan dengan perlahan
pada lingkungan yang tenang
Rasional : Pasien dapat berkonsentrasi pada mekanisme
makan tanpa adanya distraksi atau gangguan dari luar.
7. Kolaborasi dengan ahli diet untuk
menetapkan komposisi dan jenis diet yang tepat.
Rasional ; Merencanakan diet dengan kandungan nutrisi
yang adekuat untuk memenuhi peningkatan kebutuhan energi dan kalori sehubungan
dengan perubahan metabolik pasien.
Diagnosa
Keperawatan 3
Nyeri akut berhubungan dengan pembengkakan hepar yang mengalami inflamasi
hati dan bendungan vena porta.
Tujuan : Individu mengungkapkan kepuasan setelah pemberian tindakan pereda
nyeri.
Intervensi
1.
Kaji
nyeri yang dialami klien
Rasional : Mengidentifikasi
keadaan nyeri yang sedang dirasakan dan dapat dilakukan intervensi lebih
lanjut.
2.
Kaji
faktor yang meningkatkan nyeri
Rasional : Nyeri
dapat dikurangi apabila penyebab nyeri sudah diketahui.
3.
Anjurkan
klien melakukan kompres panas apabila nyeri
Rasional : Pembuluh
darah akan berdilatasi sehingga suplai darah akan meningkat dan dapat
mengurangi nyeri.
4.
Ajarkan
klien melakukan metode distraksi (berhitung atau berbicara dengan orang lain)
apabila nyeri terasa.
Rasional : Intervensi
kognitif untuk nyeri berupaya memodifikasi proses pikir guna menghilangkan
nyeri.
5.
Kolaborasi:
pemberian analgetik
Rasional : Membantu
mengurangi nyeri.
Diagnosa Keperawatan 4
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum respon dari
perubahan metabolism sistemik, ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan
oksigen.
Tujuan : Dalam waktu 3x24 jam perawatan diri pasien
optimal sesuai dengan tingkat intoleransi individu.
Kriteria Evaluasi : Kebutuhan sehari-hari pasien dapat terpenuhi
Tidak
terjadi komplikasi sekunder, seperti peningkatan suhu tubuh dan diaphoresis.
Intervensi
1. Kaji skala otot dan skala
aktivitas
2. Kaji perubahan sistem saraf pusat
Rasional : Identifikasi terhadap kondisi penurunan
tingkat kesadaran
3. Lakukan tirah baring, khususnya
pada fase akut
Rasional : Selama stadium akut pada hepatitis, intervensi
ditujukan menghentikan peradangan sel-sel hati sampai terjadi peningkatan
regenerasi sel hati. Istirahat merupakan intervensi yang penting untuk
mengurangi permintaan metabolism hati sehingga hati mempunyai kesempatan untuk
melakukan recovery atau perbaikan.
4. Berikan lingkungan psikologis
yang kondusif
Rasional : Lingkungan yang tenang akan menurunkan
stimulus psikologis eksternal dan pembatasan pengunjung akan membantu
meningkatkan kondisi oksigen ruangan dimana akan berkurang apabila banyak
pengunjung yang berada diruangan.
5. Bantu aktivitas sehari-hari
pasien
Rasional : Walaupun pasien mengalami intervensi tirah
baring, aktivitas sehari-hari pasien seperti makan sendiri dan menggunakan
pakaian dapat dilakukan seperti biasa ditempat tidur. Perawat membantu
menfasilitasi kebutuhan pasien untuk melakukan perawatan diri.
Diagnosa Keperawatan 5
Aktual/resiko
ketidakseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan muntah, penurunan
intake cairan oral, diaphoresis.
Tujuan : Dalam waktu 3x24 jam pascarehidrasi, asupan cairan dan elektrolit
optimal.
Kriteria
Evaluasi :
·
Pasien tidak
mengeluh pusing, TTV dalam batas normal, kesadaran optimal.
·
Membran mukosa
lembab, turgor kulit normal, CRT <3 detik
·
Laboraturium:
Nilai elektrolit normal, analisis darah normal.
·
Penurunan
respons muntah.
Intervensi
1.
Intervensi
pemenuhan cairan :
a.
Identifikasi
faktor penyebab, awitan (onset), spesifikasi usia dan adanya riwayat penyakit
lain.
Rasional : Parameter
dalam menentukan intervensi kedaruratan. Adanya riwayat keracunan dan usia anak
atau usia lanjut usia memberikan tingkat keparahan dari kondisi
ketidakseimbangan cairan dan elektrolit.
b.
Kolaborasi skor
dehidrasi
Rasional : Menentukan
jumlah cairan yang akan diberikan sesuai dengan derajat dehidrasi dari
individu.
c.
Lakukan
pemasangan IVFD
Rasional : Apabila
kondisi diare dan muntah berlanjut, maka lakukan pemasangan IVFD. Pemberian
cairan intravena disesuaikan dengan derajat dehidrasi. Pemberian 1-2 L cairal
RL secara tetes cepat sebagai kompensasi awal hidrasi cairan diberikan untuk
mencegah syok hipovolemik.
2.
Dokumentasi
dengan akurat tentang intake dan output cairan
Rasional : Sebagai
evaluasi penting dari intervensi hidrasiu dan mencegah terjadinya overhidrasi.
3.
Bantu pasien
apabila muntah
Rasional : Aspirasi
muntah dapat terjadi terutama pada usia lanjut dengan perubahan kesadaran.
Perawat mendekatkan tempat muntah dan memberikan masase ringan pada pundak
untuk membentu menurunkan respons nyeri dan muntah
4.
Intervensi pada
penurunan kadar elektrolit:
a.
Evaluasi kadar
elektrolit serum
Rasional : Untuk
mendeteksi adanya kondisi hiponatremi dan hipokalemi sekunder dan hilangnya
elektrolit dari plasma.
b.
Dokumentasi
perubahan kinik dan laporkan dengan tim medis.
Rasional : Perubahan
klinik seperti penurunan urine output secara akut perlu diberitahu kepada tim
medis untuk mendapatkan intervensi selanjutnya dan menurunkan resiko terjadinya
asidosis metabolik.
Diagnosa Keperawatan 6
Pemenuhan
Informasi berhubungan dengan ketidakadekuatan informasi penatalaksanaan
perawatan dan pengobatan, rencana perawatan dirumah.
Tujuan : Dalam waktu 1x24 jam informasi kesehatan terpenuhi
Kriteria
Evaluasi : Pasien mampu menjelaskan kembali pendidikan kesehatan yang
diberikan
Pasien
termotivasi untuk melaksanakan penjelasan yang telah diberikan.
Intervensi
1.
Kaji tingkat
pengetahuan pasien tentang koindisi penyakit dan rencana perawatan dirumah.
Rasional : tingkat
pengetahuan dipengaruhi oleh kondisi sosial ekonomi pasien. Perawat menggunakan
pendekatan yang sesuai dengan kondisi individu pasien. Dengan mengetahui
tingkat pengetahuan tersebut, perawat dapat lebih terarah dalam memberikan
pendidikan yang sesuai dengan pengetahuan pasien secara efisien dan efektif.
2.
Cari sumber yang
meningkatkan penerimaan informasi
Rasional : Keluarga
terdekat dengan pasien perlu dilibatkan dalam pemenuhan informasi untuk
menurunkan resiko misinterpretasi terhadap informasi yang diberikan.
3.
Beritahu kondisi
penyakit hepatitis A
Rasional : Pasien
dan orang tua harus diberitahu mengenai penularan virus hepatitis A dan
kebersihan yang layak.
Pencegahan umum terdiri
atas menjaga kebersihan, mencuci tangan, menelan air minum yang dimasak, dan
sanitasi yang baik.
Buah-buahan dan sayuran
tidak boleh dimakan kecuali dimasak atau dikupas.
Jangan makan makanan laut
mentah atau setengah matang atau kerang-kerangan seperti tiram didaerah-daerah
yang dipertanyakan kondisi sanitasinya.
4.
Berikan
informasi pada pasien yang akan menjalani perawatan rumah meliputi :
a.
Anjurkan
istirahat setelah pulang
Rasional : Pasien
selama satu minggu tidak dianjurkan melakukan aktivitas rutin yang berat,
seperti jogging, bersepeda, atau lari. Untuk aktivitas rutin dapat dilakukan
sesuai tingkat toleransi individu. Pasien harus tidak kembali kesekolah atau
bekerja selama satu minggu setelah onset penyakit.
b.
Beritahu untuk
melakukan kontrol (follow up)
Rasional : Manindaklanjuti
studi enzim hati harus dilakukan pada interval bulanan sampai pada tingkat
normal. Jika ketinggian bertahan lebih lama dari 3 bulan, komplikasi atau
tambahan diagnosis harus dipertimbangkan.
c.
Anjurkan pada
keluarga lain untuk melakukan vaksinasi hepatitis A
Rasional : Praktek
imunisasi di Indonesia telah merekomendasikan imunisasi universal pada semua
anak berusia lebih dari satu tahun, termasuk imunisasi hepatitis A. pada anak
lainnya atau orang dewasa dianjurkan untuk dilakukan pemberian vaksin hepatitis
A.
d.
Ajarkan pasien
untuk meningkatkan asupan cairan oral
Rasional : Minum
banyak cairan dapat mencegah dehidrasi.
e.
Beritahu untuk
menghindari obat yang bersifat hepatotoksik
Rasional : Hindari
obat-obatan dari zat-zat yang dapat menyebabkan kerusakan pada hati seperti
asetaminofen atau parasetamol dan preparat yang mengandung asetaminofen.
f.
Hindari minuman
beralkohol
Rasional : Alkohol
akan masuk ke intestinal dan harus dimetabolisme di hati sehingga memperberat
fungsi hati.
g.
Beritahu pasien
dan keluarga apabila didapatkan perubahan klinik untuk segera memeriksakan diri
Rasional : Intervesi
penting untuk mencegah resiko kerusakan hati yang lebih parah.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner dan Suddart. 2013. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC
Doengoes, Marilynn E. 2010. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian
Perawatan Pasien. Jakarta : EGC
Muttaqin, Arif. 2011. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem Gastrointestinal.
Jakarta: Salemba Medika.
Mandal, B.K, dkk. 2008. Penyakit
infeksi. Edisi keenam. Jakarta: EMS (Erlangga Medical Series).
Nanda Nic
Noc. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis. Jogjakarta. Mediaction.
No comments:
Post a Comment